Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Air menjadi Langka

27 Desember 2024   14:28 Diperbarui: 27 Desember 2024   14:28 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kemarau panjang | Foto : Pexels.com/Julia Volk

"Santai, Fara... memang kondisinya kayak gini. Kemarin aku rasanya mau pukul Ella karena tumpahin air. Ga sengaja dia...."

Suara Nancy semakin melemah, yang diiringi dengan tetesan air mata.

Bila ini terjadi empat tahun yang lalu, mungkin orang lain, termasuk aku, akan tertawa melihat Nancy bisa menangis hanya karena air yang tumpah. 

Tapi kondisi air saat ini sekarat.

Setitik air yang jatuh, begitu berharga. 

Kami rela menangis, dan berkelahi untuk mendapatkan setitik air, saking langkanya. 

Negeri kami sudah hampir seperti gurun. Hampir... hanya hampir...

"Ga nyangka ya, Fara, kita ada dititik ini...", suara Nancy memecah keheningan.

"Iya, Nan.. cuman bisa nyalahin diri sendiri aja, ga dari dulu aja kita jaga lingkungan kita", kataku muram sambil melihat telapak tanganku yang kulitnya sudah mengelupas semua, tanda kekeringan.

Kami kini tinggal di ujung pulau. 

Pulau yang selama ini jadi kebanggaan negeri kami, sebagai ibukota, telah tenggelam sebagian, dikarenakan tsunami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun