Tanpa disadari, aku, Oma dan Tante Vira membuat suatu koneksi dengan jiwa Opa dan Mama melalui benda dan suasana.
Setelah memahami kalimatnya, aku pun melanjutkan halaman, judul pembuka pada bab pertama, membuatku langsung merasa bagian dari komunitas, Â "Selamat Datang di Klub Berduka".Â
Setiap kata dalam halaman membuatku meneteskan air mata, hal yang sudah kukira tidak akan pernah bisa lagi dilakukan.
Proses dokter dan istrinya kehilangan dan mesti menerima kepergian anaknya, begitu membuatku menangis sesunggukkan.Â
Ada penjelasan juga dimana sang dokter mengulang terus cerita bagaimana anaknya pergi pada semua orang yang melayat dan bertanya penyebab sang buah hati meninggal.
Menceritakan ulang kejadiannya, hanya berat diawal, namun membuatnya merasa tetap dekat dengan jiwa anaknya, saking seringnya sampai menciptakan sebuah keikhlasan.
Ternyata selama ini, aku memilih diam, bisa jadi bagian dari diriku yang belum ikhlas atas kepergian Opa dan mamaku.
Aku takut ketika aku bercerita, semua detik terakhir yang ada didepan mataku kembali muncul, dan rasa sesal terus menyelimuti diriku.
Aku terlambat datang...
Menyesali seandainya sore itu, aku bersikeras libur dari kantor, biar aku saja yang membawa Opa ke rumah sakit, pasti Opa dan mama masih bernapas.Â
Tapi aku memilih masuk kerja, tidak mengindahkan permintaan mamaku untuk menemaninya membawa Opa check up ke rumah sakit.Â