Kata andai selalu bersahutan, dan ternyata dalam buku sang dokter, itu adalah suatu kewajaran, karena beliau juga mengalaminya.Â
Wajar dalam diri manusia yang berandai-andai, walau waktu tidak mungkin terulang lagi.
Merasa senasib, aku membacanya terus, nyaris lupa untuk tidur.Â
Membalik setiap halaman, serasa aku bisa belajar dari pengalaman dokter dr.ndreamon yang akhirnya bisa mengikhlaskan kepergian anaknya yang belum satu tahun, sekaligus ayahnya.
***
"Ria, kamu sakit apa? Kok dari tadi cuman cuci piring, bukannya siap-siap ke toko?", tanya Tante Vira yang setelah kepergian Opa dan mama, tinggal dengan Oma, untuk menjaganya bersamaku.
"Menyalurkan duka...", kataku sambil tersenyum.
Tante Vira memandangku dengan tertegun.
"Terima kasih Opa, sudah hadir dalam hidup kami. Terima kasih Mama udah ngelahirin, Ria.. Maaf, Ria telat ke rumah sakit", bisikku pelan-pelan, sambil mencuci piring dengan khusyuk, mengikuti tutorial dalam buku.
Tanpa terasa air mataku mengalir.Â
Tante Vira, pertama kalinya memelukku, dari belakang. Ikut menangis...