"Baik, saya segera ke sana. Boleh tahu nama kakak?"
"Friska, Kak. Tadi saya dan orang sekitar yang bantu mama dan kakeknya keluar dari mobil."
Aku langsung terduduk.Â
Jantungku berdebar, tapi masih berusaha mengembalikan logikaku.Â
Apakah ini serius? Atau penipuan?
Lenny langsung merebut ponselku, "Shareloc, ya, Kak, kami ke sana sekarang. Terima kasih."
Aku lupa kejadian selanjutnya, yang aku ingat aku, Lenny dan Bahar langsung mengendarai mobil secepat mungkin dari kantor.Â
Kedua rekan kerjaku langsung menemaniku, karena tidak tahu penelepon itu benar memberitahu, atau sedang menjebakku.
Sesampainya di rumah sakit, aku langsung berlari kesetanan, dan bertanya pada resepsionis.Â
Gerakannya begitu lelet, pertanyaannya terlalu banyak, membuatku frustasi hingga berteriak, "FRISKAA!! FRISKAA!", supaya cepat keluar.
Seorang perempuan muda langsung menghampiriku dengan tergopoh-gopoh, bajunya penuh bekas darah, "Kak Ria, ya? Sini..."