Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan juga menulis di Dingcafe.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Terkoneksi melalui Kenangan

18 Desember 2024   16:45 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:46 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring" | Dokumentasi Pribadi

Aku langsung mengikutinya dengan langkah yang cepat, mengibaskan gorden pembatas, dan memandang adegan yang kukira hanya dalam film saja.

Seorang suster menutup wajah Opa dengan selimut putih. 

Di sebelahnya, aku lihat mama tertidur, wajahnya pucat pasi, tubuhnya tidak bergerak. 

"Ibu, keluarganya?"

Aku lupa apakah pertanyaan itu aku jawab atau tidak. 

Yang aku ingat aku hanya bisa tertegun melihat apa yang ada didepan mataku. 

Selimut putih dengan tubuh yang tidak bergerak.

Baru menyadari mama dan Opa pergi untuk selamanya ketika peti ditutup, tanah merah mulai beradu menutupi peti. 

Baru bisa menyadari ini semua bukan mimpi, ketika Tante Vira dan Oma berlomba mau terkubur didalamnya, hingga harus diseret menjauh.

Walau saudara tiri, tapi Tante Vira dan mama sangat akrab, seperti saudara kandung.

Disini aku memahami istilah "sakit tak berdarah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun