Mereka pun mencoba meyakinkan saya mengenai logika pria, "tidak mungkin seorang pria yang berprofesi sebagai pengusaha, dan duda pula, dengan berani ingin menikahi wanita asing dari negeri nun jauh pula dalam waktu perkenalan yang sangat singkat."
Tapi saya tidak percaya sama sekali, dan merasa mereka terlalu bersikap menghakimi, apalagi saya terlalu dibuai dengan angan akan cinta sejati. Cih!
Tidak berapa lama kemudian, Alex mengirimkan bukti tiket dia mau datang ke Indonesia. Saking senangnya, saya tidak mengecek lagi kebenaran akan tiket tersebut.Â
Sampai Alex menelepon kalau dirinya terjebak di Malaysia (tempat transit), tertangkap polisi, dan kemudian dipenjara. Dan saya, sebagai "calon istrinya", diminta untuk berbelas kasih membebaskannya dari penjara, menebusnya dengan sejumlah uang.
Saya dibuat bingung, kemudian saya meminta tolong teman yang saat itu berada di Malaysia, untuk mengecek kebenarannya.Â
Dan hampir sekali teman saya itu diculik oleh sekelompok orang, yang menurut pengakuannya, salah satu wajah orang tersebut seperti Arab. Â
Tapi entah kenapa, saya menepis bahwa si Alex ini adalah pembohong, saya agak merasa bisa jadi teman saya salah melihat orang.Â
Tiga hari kemudian, Alex dibebaskan dari penjara, dan meminta saya untuk mengirimkan sejumlah uang, karena uangnya habis diambil polisi disana.Â
Awalnya saya masih tidak mau mengirimkan, karena merasa aneh. Saya pun berdiskusi dengan teman online, dan ia menasihati untuk tidak mengirimkan uang pada siapapun yang cuman dikenal melalui online.
Ditelepon terus-menerus oleh Alex, akhirnya saya merasa kasihan padanya. Dan singkat cerita, saya mengirimkan sejumlah uang yang saya pinjam dari perusahaan, melalui western union.
Saat akan mengirimkan uang, staff western union memberikan banyak pertanyaan, dan meminta saya untuk mempertimbangkan lagi untuk mengirimkan uang.Â