Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hati-hati pada Penipuan Online Berkedok Cinta ataupun Agama

18 Oktober 2021   13:34 Diperbarui: 18 Oktober 2021   21:00 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hati-hati dalam menggunakan dating app, jangan terlalu mudah percaya seseorang karena bisa saja kita menjadi korban "love scam" | Sumber: Theverge via Kompas.com

Bisa jadi Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah "love scam", "scam", "scamming", ataupun "scammer", yang artinya adalah penipuan secara online. 

Menurut PPTAK.go.id, korban yang terkena scamming pada tahun 2020 sampai 2021 semakin tinggi jumlahnya dan kerugian yang mereka alami bisa hingga milyaran rupiah. 

Saya percaya dengan hasil riset PPTAK.go.id, karena kenalan saya (yang tidak ingin disebutkan namanya) mengalaminya, dengan kerugian mencapai angka milyaran. Sadis! Itulah kata yang tepat untuk para penipu seperti itu.

Jujur saja, saya pernah mengalaminya, tapi beruntung tidak mencapai angka yang fantastis. Saya pun malu menceritakannya pada orang lain, kecuali keluarga saya. 

Lagipula saya merasa penipuan semacam ini sudah banyak dibahas di internet, pastinya kemungkinan ada korban akan semakin kecil. 

Akan tetapi kejadian yang menimpa kenalan saya baru-baru ini, ditambah dengan adanya hasil riset tentang korban penipuan yang jumlahnya semakin banyak, saya merasa sangat perlu untuk berbagi pengalaman, agar jangan sampai hasil jerih payah Anda selama ini, dengan mudahnya bergeser ke rekening para penipu yang mengatas-namakan cinta, agama atau apapun lah yang menjadi titik kelemahan yang tidak Anda sadari.

Apalagi, para penipu ini memiliki modus dan cara kerja yang hampir sama. Dengan begitu, saya rasa tulisan ini masih relevan dengan scamming zaman now.

Izinkan saya bercerita dari awal. 

Kira-kira 11 tahun yang lalu, keinginan saya untuk meninggalkan keluarga sangat menggebu. Biasa lah gejolak jiwa muda yang menginginkan kebebasan, tanpa banyak pertimbangan. Satu-satunya cara bisa pergi jauh, saya pikir saya harus menikah dengan orang luar negeri. 

Target saya saat itu adalah orang Amerika atau Inggris, karena kalau di film-film kan mereka terlihat baik, ganteng, dan sebagainya. 

Berujung lah saya bergabung dalam website perjodohan dan berkenalan dengan banyak orang yang juga join disana.

Dari ngobrol punya ngobrol, saya kepincut dengan satu orang asal Inggris yang bernama Alex Giorgino. Ia mengaku sebagai duda, memiliki satu putri yang berusia 10 tahun, dan berprofesi sebagai pengusaha. 

Tutur katanya dalam teks chat sangat romantis dan sopan. Kalau saya belum online, pria ini akan memberikan chat yang sangat panjang tentang betapa berharganya saya baginya. 

Tentu sebagai wanita, membaca chat seperti itu bikin hati klepek-klepek.

Tidak itu saja, saya sering dikirimkan puisi indah, dan lagu-lagu romantis olehnya. Setiap malam juga sering telponan, tapi tidak video call. Rentetan kejadian tersebut membuat hati saya luluh, dan langsung hanya fokus berbicara dengan pria itu saja. 

Kira-kira sebulan perkenalan, kalau tidak salah, Alex melamar saya. 

Wahhh! Senangnya setengah mati, karena itulah impian saya, menikah dengan orang luar negeri. 

Saya bercerita pada dua teman online lain yang saya anggap sebagai teman, karena kami sering curhat. Dan mereka langsung curiga! Mereka meminta saya mengirimkan profil Alex, dan teks yang dikirimkan olehnya. 

Profil Alex pun saya kirimkan pada mereka, tapi tidak berikut dengan teks, karena saya merasa itu bagian dari privasi. 

Kedua teman saya itu langsung mengatakan bahwa Alex ini adalah seorang penipu. Salah satu dari teman saya, mengatakan bahwa IP Address Alex ini berada di Malaysia, bukan di Inggris, seperti yang Alex akui. 

Saya tidak mempercayainya. 

Mereka pun mencoba meyakinkan saya mengenai logika pria, "tidak mungkin seorang pria yang berprofesi sebagai pengusaha, dan duda pula, dengan berani ingin menikahi wanita asing dari negeri nun jauh pula dalam waktu perkenalan yang sangat singkat."

Tapi saya tidak percaya sama sekali, dan merasa mereka terlalu bersikap menghakimi, apalagi saya terlalu dibuai dengan angan akan cinta sejati. Cih!

Tidak berapa lama kemudian, Alex mengirimkan bukti tiket dia mau datang ke Indonesia. Saking senangnya, saya tidak mengecek lagi kebenaran akan tiket tersebut. 

Sampai Alex menelepon kalau dirinya terjebak di Malaysia (tempat transit), tertangkap polisi, dan kemudian dipenjara. Dan saya, sebagai "calon istrinya", diminta untuk berbelas kasih membebaskannya dari penjara, menebusnya dengan sejumlah uang.

Saya dibuat bingung, kemudian saya meminta tolong teman yang saat itu berada di Malaysia, untuk mengecek kebenarannya. 

Dan hampir sekali teman saya itu diculik oleh sekelompok orang, yang menurut pengakuannya, salah satu wajah orang tersebut seperti Arab.  

Tapi entah kenapa, saya menepis bahwa si Alex ini adalah pembohong, saya agak merasa bisa jadi teman saya salah melihat orang. 

Tiga hari kemudian, Alex dibebaskan dari penjara, dan meminta saya untuk mengirimkan sejumlah uang, karena uangnya habis diambil polisi disana. 

Awalnya saya masih tidak mau mengirimkan, karena merasa aneh. Saya pun berdiskusi dengan teman online, dan ia menasihati untuk tidak mengirimkan uang pada siapapun yang cuman dikenal melalui online.

Ditelepon terus-menerus oleh Alex, akhirnya saya merasa kasihan padanya. Dan singkat cerita, saya mengirimkan sejumlah uang yang saya pinjam dari perusahaan, melalui western union.

Saat akan mengirimkan uang, staff western union memberikan banyak pertanyaan, dan meminta saya untuk mempertimbangkan lagi untuk mengirimkan uang. 

Awalnya, staff tersebut tetap tidak mau memproses pengiriman uang, tapi karena saya terus mendesak, akhirnya staff tersebut memprosesnya.

 Setelah mengucapkan terima kasih, saya ingat staff tersebut mengatakan, "Mba, kalau bisa jangan sembarang kirim uang ke luar negeri". 

Saya hanya tersenyum, dan perasaan mulai tidak enak. 

Sesampainya di kantor, saya pun mulai googling yang namanya Alex Giorgino. Ia ternyata memiliki banyak nama Alexander Giorgino, Thomas Giorgino dan sebagainya. 

Banyak wanita yang telah menjadi korban penipuannya. Salah satu dari wanita tersebut ada yang menuliskan kalau ada orang dengan nama yang sama, tapi menampakkan foto profil yang berbeda.

Kaki saya pun langsung terasa lemas. 

"Bodoh sekali, saya bukannya googling terlebih dahulu", sesalku, tapi yah sudahlah sudah kejadian juga. 

Ilustrasi scamming | Foto : Policebank.com.au
Ilustrasi scamming | Foto : Policebank.com.au

Dari sana saya banyak mempelajari tentang scamming, dan bagaimana cara mereka menipu para korbannya. Ditambah dengan kondisi kejiwaan para korbannya, yang tidak sedikit menjadi gila.

Saya masih beruntung tidak mengirimkan uang dalam jumlah banyak, dan sama sekali tidak memberikan data pribadi. Karena, hati saya merasa sedikit was-was atas peringatan teman online bahwa Alex ini penipu.

Suatu hari Alex kembali menelepon saya, dan saya hanya tertawa, kemudian menyebutkan semua nama aliasnya di Google. Dan saya ingat dia tertawa terbahak-bahak.

Dari sana saya mengobrol dengannya seperti teman, bukan karena saya suka ditipu, tapi sangat ingin tahu bagaimana cara mereka bekerja. 

Tidak semuanya ia beritahu pada saya, hanya kurang lebih saja. 

Saya pun meminta tolong teman online yang berprofesi sebagai IT tersebut untuk membantu saya menyamarkan IP Address selama mengobrol dengan Alex. Dia mengiyakan, sampai satu hari, mungkin dia cape juga, ia menasihati supaya saya berhenti ngobrol dengan orang tersebut karena sepertinya akan semakin berbahaya. 

Kita tidak pernah tahu mereka, si penipu, sindikat yang profesional atau masih keronco. 

Dan belakangan, sepertinya cara kerja para penipu ini (bukan cuman yang menipu saya saja), semakin terlatih dengan baik. Saya baru tahu di salah satu channel YouTube yang menayangkan modus penipuan love scam. Hampir sama dengan yang saya alami, dan ditambah ternyata penipunya bekerja sama dengan orang Indonesia. 

Nah, untuk love scam, kinerja mereka hampir sama, yakni :

  1. Profil fotonya terlihat sangat cantik ataupun ganteng, kemudian bio-nya membutuhkan hubungan yang serius. 
  2. Perkenalan dan ngobrol dengannya terasa nyaman, dan kita akan merasa benar-benar diperhatikan dan dihargai layaknya berkenalan secara offline.
  3. Sangat ekspresif dalam menyatakan rasa cintanya dengan kalimat yang begitu panjang. Bagai pria yang berperan dalam drama romantis.
  4. Biasanya duda atau janda yang memiliki putra atau putri yang masih kecil dan lucu (fotonya). 
  5. Jarang sekali mau video call, andai mau, palingan hanya beberapa detik saja, atau gelap gulita. Ia akan beralasan kalau signalnya sedang tidak bagus. 
  6. Berkeinginan untuk menikahi kita, hingga dengan romantisnya mau menyebrangi lautan yang luas demi bertemu dengan kita. Tiket pesawat pun akan diberikan sebagai bukti. 
  7. Setelah sampai ditempat transit, penipu ini akan bilang kalau ia mendapatkan masalah, dan meminta kita untuk membantunya. Segala macam bujuk rayu supaya kita jatuh kasihan akan dilakukannya, bahkan terkadang ada ancaman terselubung.

Kurang lebih seperti itu, dan ternyata ada yang terbaru, yakni 

  • Mengajak kita join usaha, atau usahanya memakai atas nama kita, si korban yang katanya sudah dianggap sebagai pasangan resminya.
  • Mengirimkan hadiah, yang kemudian untuk membayar pajak ataupun biayanya, mesti dibayar oleh kita sendiri, sebagai penerima.

Bagaimana dengan agama? 

Kinerja hampir sama, hanya saja penipu ini akan menyamar menjadi pemimpin atau tokoh agama. Mereka memberikan pelayanan VIP untuk orang-orang yang kedamaian hatinya sangat terusik karena tekanan hidup. Tidak ada tempat untuk berbicara. 

Ujung-ujungnya penipu yang menyamar ini akan membujuk kita untuk memberikan donasi, sebagai bentuk kepedulian, supaya hati kita terasa damai dan tentram. 

Kalau belum damai juga, kirim lagi, dan kirim lagi, dengan bujuk rayu penentraman hati yang begitu memukau. 

Selanjutnya bagaimana cara kerja mereka yang sebenarnya?

Pengalaman 11 tahun yang lalu, para penipu ini merupakan komplotan orang yang duduk disatu kamar dengan daya wifi yang cukup tinggi. Mereka membuat akun email sebanyak-banyaknya, kemudian mengambil foto-foto orang yang ada di sosial media.

Mereka akan mengaku sebagai orang Inggris, Amerika dan sebagainya, yang kira-kira memiliki daya tarik yang tinggi, dan mampu menciptakan ekspetasi yang tinggi dari para korbannya. Namun kenyataannya, mereka sebagian besar adalah orang, maaf, berkulit hitam yang berasal dari Nigeria atau Afrika Selatan.

Ketikan teks mereka sangat manis dan begitu membuai, membuat kita serasa menjadi pemain utama dalam drama yang sering kita imajinasikan. Hati-hati pada ketikan ini, karena penipu profesional sangat memahami situasi psikologi kita. Dan tidak menutup kemungkinan, mereka sebenarnya sudah mengetahui kurang lebih tentang kehidupan kita dari sosial media.

Kemudian untuk penipu profesional biasanya akan menggunakan IP Address dari negara lain, seperti Malaysia, Filipina dan sebagainya, supaya tidak terlacak, selama mengobrol dengan kita. 

Saat kita kira sedang mengobrol dengan satu orang,komplotan tersebut sebenarnya sedang bergantian melayani para korbannya untuk mengobrol. 

Jadi, bagi Anda yang sedang berkenalan online dengan orang lain, silahkan saja. 

Namun sebagai saran, jangan berikan foto ataupun data pribadi, seperti keluarga, rumah, tempat kerja dan seterusnya, karena foto tersebut akan dipakai sebagai menipu orang lain lagi, yang tinggalnya di negara yang berbeda.

Nama pun cukup perkenalkan panggilan saja. 

Juga, jangan merasa kasihan atau bertanggung jawab atas drama yang mereka buat dengan mengirimkan sejumlah uang. Kalau bisa pun tidak  perlu menerima telepon mereka, khawatir mereka akan melakukan hipnotis.

Percayalah, ketika Anda mengirimkan uang hasil jerih payah Anda ataupun orang tua, mereka menari-nari bahagia, sama sekali tidak menderita seperti yang kita bayangkan saat mendengar suaranya atau ceritakan melalui chat.

Selama Anda belum pernah bertemu langsung dengan orang yang Anda kenal secara online, jangan pernah mengirimkan uang apapun dengan alasan kasihan, cinta ataupun kepedulian pada rasa kemanusiaan. 

Akan lebih baik perasaan dan uang tersebut disimpan, hingga Anda memang sudah bertemu langsung dengan orangnya. 

Bagaimana kalau sudah terlanjur mengirimkan uang?

Ganti semua password akun sosial media dan bank Anda, kalau bisa ganti juga seluruh akun bank Anda. Nomor pun yang biasa berhubungan dengan penipu itu, diganti saja.

Khawatir bila mereka merupakan penipu profesional, tidak menutup kemungkinan seluruh data diri dan akun bank yang Anda milik akan disalah gunakan untuk bertransaksi hal yang berbahaya.

Semoga bermanfaat, terima kasih.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun