Mohon tunggu...
Siti Nafisah Analis
Siti Nafisah Analis Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya anak ke 2 dari 3 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Historisitas Islam Nusantara, Karakteristik Islam Nusantara, Khazanah Islam Nusantara dan Kepesantrenan

4 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 4 Juni 2023   18:10 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di Susun Oleh:

Nama : Siti Nafisah Analis

NIM : 222101010014

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHASA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS NEGRI KIAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER 2023

 

 

KATA PENGANTAR

 

Segala puji serta rasa syukur kami limpah curahkan kepada Allah swt atas kasih serta rahmatnya. sebagai akibatnya penugasan makalah berjudul “Historisitas Islam Nusantara, Karakteristik Islam Nusantara, Khazanah Islam Nusantara Dan Kepesantrenan” ini sampai bab akhir. Kami mengucapkan berterima kasih kepada bapak Bahrul Munib, S.H.i, MPd.I selaku dosen pengampu Mata Kuliah “Peradaban Islam serta Islam Nusantara”.

pada makalah ini kami membahas seputar “Historisitas Islam Nusantara, Karakteristik Islam Nusantara, Khazanah Islam Nusantara Dan Kepesantrenan” Proses penyusunan makalah ini kami susun menggunakan kesungguhan, kami pula memaklumi bahwa makalah ini belum sepenuhnya sesuai. karena itu, kritik dan  saran akan kami terima lapang.

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN

  •   Latar Belakang
  •   Rumusan masalah
  •   Maksud dan tujuan

BAB II PEMBAHASAN

  • 2.1   Historisitas Islam Nusantara
  • 2.2   Karakteristik Islam Nusantara
  • 2.3   Khazanah Islam Nusantara Dan Kepesantrenan

BAB III PENUTUP

  • 3.1   Kesimpulan

PENDAHULUAN

Latar Belakang 

Islam Nusantara ialah konsep yang mengacu pada pengembangan dan penyebaran agama Islam di wilayah Nusantara, yaitu wilayah yang sekarang menjadi Indonesia dan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Konsep ini menekankan adanya kekayaan warisan Islam yang khas di wilayah tersebut, yang dihasilkan melalui proses akulturasi dan interaksi antara Islam dengan budaya lokal.

Sejarah Islam Nusantara dimulai pada abad ke-13, ketika pedagang dan ulama Muslim mulai memasuki wilayah ini melalui jalur perdagangan maritim yang aktif pada saat itu. Mereka membawa ajaran Islam serta membentuk jaringan perdagangan dan komunitas Muslim di pelabuhan-pelabuhan penting seperti Aceh, Pasai, Demak, dan Malaka.

 Pada abad-abad berikutnya, Islam terus menyebar melalui berbagai upaya dakwah, baik oleh pedagang Muslim maupun para ulama lokal. Dakwah dilakukan dengan cara berinteraksi dengan masyarakat setempat, mengadopsi budaya dan tradisi lokal, serta menyesuaikan ajaran agama dengan nilai-nilai budaya yang ada. Hal ini memungkinkan pengembangan bentuk Islam yang khas di wilayah Nusantara, dengan adanya harmoni antara Islam dan budaya lokal.

 Salah satu perkembangan penting dalam sejarah Islam Nusantara adalah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, dan Kesultanan Mataram. Kerajaan-kerajaan ini berperan penting dalam penyebaran Islam dan pemeliharaan nilai-nilai agama di wilayah-wilayah mereka

Pada masa penjajahan kolonial Belanda, Islam Nusantara mengalami tantangan dan penindasan. Meskipun demikian, gerakan-gerakan Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama muncul sebagai kekuatan penting dalam mempertahankan dan memperkuat ajaran Islam di tengah tekanan kolonial.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Islam terus menjadi agama mayoritas di negara ini. Pada era modern, Islam Nusantara menjadi konsep yang semakin penting, menekankan pentingnya toleransi, moderasi, dan harmoni antara Islam dan budaya lokal dalam membangun masyarakat Indonesia yang plural. Namun, penting untuk dicatat bahwa istilah "Islam Nusantara" menjadi lebih terkenal dan kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Ada perdebatan mengenai interpretasi dan pemahaman konsep ini, serta kritik terhadap penggunaannya yang dianggap mengesampingkan keragaman dan variasi pengalaman Islam di Indonesia.

Rumusan Masalah

Siapakah tokoh-tokoh penting dalam sejarah islam nusantara ?

Bagaimana peran pesantren dalam perkembangan islam nusantara ?

Apa saja karakteristik islam nusantara ?

Tujuan

 Untuk mengetahui historisitas islam nusantara

Untuk mengetahui karakteristik islam nusantara

Untuk mengetahui khazanah islam nusantara dan kepesantrenan


  • PEMBAHASAN

2.1  Historisitas Islam Nusantara

Istilah Islam Nusantara telah menimbulkan kegemparan di masyarakat Indonesia. Beberapa kelompok menyampaikan pandangannya tentang Islam Nusantara. Ada yang melihatnya sebagai agama Islam yang berkembang di Indonesia,hal ini baik-baik saja. Ada juga yang mengklaim bahwa Islam Nusantara tidak benar-benar disana, hanya islam yang dipertimbangkan ada satu dan label Islam Nusantara atau jenis Islam lainnya tidak cocok. Beberapa pemikir muslim mempresentasikan pemikirannya. 

“Islam Nusantara adalah pemahaman dan pengamalan Islam di nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariah dengan realitas budaya lokal. Definisi yang pertama menjelaskan bahwa islam adalah nusantara pemahaman Islam yang isi dan implementasinya hadir dalam bentuk kepulauan.” keterkaitan antarakiamat dan budaya nusantara inilah yang menjadikan islam nusantara sebagai corak khas nusantara.Definisi kedua mengatakan Islam Nusantara itu adalah Islam yang bercirikan Indonesia, yang merupakan hasil interaksif nilai Islam teologis dengan warisan Indonesia.

Pengertian yang kedua membatasi ruang jangkauan saja pada wilayah Indonesia dan lebih sempit dari pengertian yang pertama, yang menyebutkan kepulauan, tetapi tidak menjelaskan batas-batas suatu kepulauan yang meliputi suatu wilayah. Sisi baik dan buruk Islam Nusantara juga bisa dilihat di media sosial. Para pendukung merasa sulit untuk memperjuangkan penerimaan Islam Nusantara oleh semua kelompok. Sementara pihak lawan berusaha menyerang dan menghancurkan semua argumentasi yang dibangun oleh umat Islam Nusantara. Tudingan pihak oposisi agak rancu karena mereka menduga gagasan Islam Nusantara adalah produk Barat.

Para penentang percaya bahwa hanya ada satu Islam, yaitu Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Islam tidak bisa disebut karena pendekatan atau wilayahnya sebagai Islam Nusantara. Islam dengan karakteristik seperti Islam Nusantara dipandang negatif dan dianggap salah. Di mata mereka, kelompok muslim nusantara itu sesat karena menyimpang dari visi Islam idealnya. Dalam pandangan mereka, Islam Nusantara sudah tidak murni lagi karena pemahaman telah didapat dari luar.

Di sisi lain, ahli tersebut mendapat dukungan dari para pemikir Islam. Menurut kesimpulan mereka, Islam itu satu, tetapi ekspresinya berbeda. Islam Nusantara menunjukkan keunikan Islam Indonesia yang tidak dimiliki Islam di belahan dunia lain. Islam menyebar dengan damai di Indonesia, tanpa kekerasan dan tanpa paksaan. 

Tidak mudah bagi para mubaligh khususnya Walisongo untuk menyebarkan islam di Indonesia. Nyatanya paling penduduknya memeluk agama Hindu dan Budha, dan beberapa kerajaan Hindu dan Budha yang masih berkuasa di Nusantara, menuntut mereka untuk berdakwah dengan cara yang berbeda dan tidak monoton. Berbagai cara meliputi interaksi bisnis, pendidikan, perkawinan dan akulturasi budaya.

Menurut kami, unsur akulturasi budaya adalah yang paling berkesan sekaligus paling menantang. Ritual ala Hindu yang mengakar kuat di masyarakat Indonesia, “mungkin” disebut Syiriki, sarat dengan nilai-nilai Islam. Peringatan 7 dan 40 tahun kematian dirayakan dengan kegiatan Yasinan dan Tahlilan serta doa-doa  khusus  almarhum.

Dakwah Islam para ulama disesuaikan dengan kondisi zaman dan situasi nusantara. Bisa dibayangkan, jika Islam diberitakan menyebarkan kekerasan dan kekerasan pada masa itu, Islam tidak akan pernah hidup di Nusantara seperti saat ini. Di Nusantara, khususnya di Walisongo, para da'i Islam sangat memahami kondisi masyarakat Indonesia saat itu dan menyebarkan Islam melalui metode yang dapat ditrima secara sosial. Aborigin  penduduk pulau tidak serta merta ditolak, tetapi dengan modifikasi tertentu dan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diterima dengan sangat baik.


  • Sejarah Masuknya Islam Ke Nusantara

Penghuni kepulauan Indonesia sudah sisebut sejak zaman prasejarah Dikenal sebagai pelaut yang bisa melintasi laut lepas. Sejak zaman kita, telah ada jalur antara pelayaran dan pedagangan kepulauan Indonesia dan berbagai belahan benua Asia Bagian tenggara dan pulau barat dan sejak disekitar Malaka zaman dahulu The Ancient Lands merupakan kawasan yang menjadi point of interest, pertama karena barang menarik yang dijual di sana dibuat berdagang maka area tersebut menjadi Area jalur hubungan Cina dan India sangat penting. Juga, pala dan Cengkih dari Maluku, dijual di Jawa dan Sumatera, Lalu jual ke pengusaha luar negeri. Pelabuhan Penting antara Sumatera dan Jawa abad ke-1 dan ke-7 Masehi Ramuri (Aceh), Barus (Barus) gemerincingn Palembang di Sumatera (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa). 

 Juga pengusaha Muslimah dari Arab, Persia dan India Beberapa mencapai pulau Indonesia telah Perdagangan dimulai pada abad ke-7 M (abad ke-1 M), ketika Islam pertama kali muncul muncul tumbuh di Timur Tengah. Malaka adalah pusatnya jauh sebelum penaklukan Portugis (1511). lalu lintas komersial dan pengiriman yang besar. Melalui hasil Malaka Hutan dan cabang dibawa ke sana dariseluruh penjuru nusantara China dan India, khususnya Gujarat, melanjutkan hubungan bisnis lalu langsung dengan Malaka. 

Lalu Malaka menjadi mata rantai penting dalam rantai transportasi. Barat dari Gujarat, sebuah perjalanan melalui Laut Arab. Perjalanan dari sana pejuang Rute pertama utara Ke Teluk Oman, melalui Selat Hormuz ke Teluk Persia. Jalan Yang kedua melewati Teluk Aden dan Laut Merah. serta jalur perdagangan harus melewati kota Suez Benua ke Kairo dan Alexandria. Tentang metode pengiriman Kapal-kapal Arab, Persia, dan India ini. bergerak dari barat ke timur dan menggunakan monsun ke Cina perjalanan kembali. 

 Terdapat petunjuk bahwa kapal-kapal dari Cina juga mengunjungi rute tersebut setelah abad ke-9 Masehi, namun kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai barat India karena barang-barang yang dibutuhkan telah tersedia di sana. Dari catatan Cina, dapat diketahui bahwa pada masa Dinasti Tang (abad ke-9 hingga ke-10), orang-orang Arab dan Persia yang sudah menjadi Muslim, yang disebut sebagai Ta-Shih, telah hadir di Kanton (Kanfu) dan Sumatera. 

Kemungkinan, perkembangan perdagangan internasional antara negara-negara di Asia Barat dan Timur diciptakan oleh kerajaan Islam di bawah Dinasti Umayyah di Asia Barat dan kekaisaran Sanfoqi di Asia Tenggara. Ada masa Sriwijaya, para pedagang Indonesia berkunjung  pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika. 

 Pada periode-periode berikutnya, penduduk pulau-pulau ini masuk Islam, berasal dari penduduk asli pemukiman pedagang umat Islam ini. Pada abad ke-13 M, komunitas Muslim ada di Samudera Pasai, Perak dan Palembang di Sumatera. makam Fatimah binti Maimun di jawa di Lerins (Gresik) sejak tahun 475 H (1082 M) dan sebua makam Muslim abad ke-19 di Tralaya Tahun 13 M merupakan bukti pertumbuhan masyarakat muslim, termasuk dalam pusat-pusat kekuasaan Hindu di Jawa saat itu, Majapahit. 

Teori Tentang Masuknya Islam Ke Nusantara

pertama untuk membawa Islam ke Nusantara? Setidaknya ada tiga teori menjelaskan. Dalam dokumen sejarah, ada tiga teori tentang kedatangan Islam di Indonesia

Nusantara, yaitu doktrin Gujarat, doktrin Mekkah dan doktrin Persia. Selain ketiga teori tersebut, Ada teori baru yang disebut teori Cina. Ada argumen untuk masing-masing teori ini mendukung sudut pandang mereka, meskipun beberapa percaya teori itu Yang satu membuktikan lainnya. Itu  teori-teori tentang  Islam ke Nusantara.

Teori Gujarat

Teori paling awal yang menjelaskan aksesi Islam ke Nusantara dikenal sebagai "teori Gujarat". Teori ini mengatakan bahwa Islam diperkenalkan oleh pedagang Gujarat yang berdagang di kepulauan pada abad ke-13. Teori ini didukung oleh tokoh-tokoh Barat seperti Pijnappel, G.W.J. diterima menggambar dan pengembangan ditulis oleh Snouck Hurgronje.[1] Untuk mendukung teorinya, Snouck Hurgronje mengemukakan pendapatnya karena tiga alasan, yaitu:

 Kurangnya fakta yang menjelaskan peran orang Arab dalam penyebaran islam di Indonesia.

 Hubungan dagangan Indi dan India telah lama terjalin melalui saluran Indonesia-Cambay-TimurTengah-Eropa.

 menemukan prasasti tertua tentang Islam yang ditemukan di Sumatera pada tahun 1297. Prasasti ini menguraikan hubungan antara Sumatera dan sumatera. Karena aksaranya memiliki pola khas Gujarati. Prasasti tersebut berupa Nisan Malik as-Saleh, Sultan Samudra Pasai. Ini adalah tiga alasan yang dikutip oleh pendukung teori ini untuk mendukung pandangan mereka. Dengan ketiga alasan tersebut, teori kedatangan Islam dari Gujarat bisa dijelaskan secara ilmiah. Selain Snouck Hurgronje, teori tersebut juga didukung oleh Bernard H.M. Vlekke, J.P. Moquetta dan W.F. Stutheim mendukung atau menegaskan. 

Bagi Anda pendukung teori Gujarat, mereka lebih mengkhawatirkan munculnya kekuatan politik Islam, yaitu keberadaan kerajaan Samudra Pasai. Pijnapel, salah satu pendiri atau penggagas teori Gujarat, menggugat teori Mekkah tentang kedatangan Islam di Nusantara. Menurutnya, orang yang menyebarkan Islam di Nusantara bukan dari Arab atau dari Mekkah, melainkan dari Gujarat yang masuk Islam dan berdagang dengan wilayah timur. Pendapat J. Pijnapel ini dibenarkan oleh C. Snouck Hurgronye dan J.P Moquetta karena tiga alasan yang disebutkan di atas.

Selain itu, batu nisan juga ditemukan di Samudra Pasai di Aceh. Menurut dia, di makam Pasai dan Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun  Gresik, Jawa Timur, 1419 bentuknya mirip dengan yang dari Gujarat. Oleh karena itu, Moquetta pun menyimpulkan bahwa batu nisan tersebut kemungkinan didatangkan dari Gujarat atau dibuat oleh orang Gujarat.

 Kebenaran teori Gujarati juga diperkuat dengan pengakuan Marco Polo, seorang traveler dan penjelajah asal Venesia, Italia, yang merupakan salah satu orang Italia paling populer di dunia, khususnya di Asia, menjadi penjelajah Eropa pertama. Far East Asia, yang pengalamannya terekam dalam sebuah buku tentang perjalanan Marco Polo.[2] Menurut Marco Polo siapa yang berhenti di Perlak (Perureula) pada tahun 1292, banyak penduduk Perlak yang memeluk Islam dan banyak pedagang muslim dari India, menyebarkan ajaran Islam.

 

Teori Makkah

 Teori adalah sanggahan dari teori Gujarati, khususnya teori Mekkah/Arab. Menurut teori ini, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Telah membawa pedagang Arab, tidak oleh Gujarat. [3] Pendapat ini didukung oleh mayoritas ahli sejarah, termasuk Buya Hamka. Menurut sebagian besar sejarawan, orang yang membawa Islam ke pulau-pulau tersebut adalah di kalangan pedagang Arab, khususnya Alawiyyin dari Hadramout. Teori ini juga didukung oleh sejarawan Barat, seperti van Leur, T.W. Arnold, Crawfurd, Niemann dan de Hollander. 

[4] Buya Hamka mengatakan ada bukti berupa artikel dalam laporan berita Dinasti Tang tentang pengusaha Arab yang telah mendiami pesisir barat Sumatera sejak abad ke-7. kontak komersial dengan kapur barus antara penduduk Kepulauan dan pedagang Arab." Teori Mekah dikonfirmasi selama konferensi tahun 1962 di Medan tentang munculnya Islam di Indonesia. Pendukung dalam hal ini adalah atas nama sejarawan Indonesia Naquib al-Attas, Hamka, A. Hasjmi dan Bapak Yunus Jamil; dan sejarawan orang asing antara lain Niemann, De Holander, Keyzer, Crawfurd dan Vetsh.

 

Teori Persia

 Di samping teori Gujarati dan Mekkah, para ahli sejarah juga mengakui teori Persia sebagai salah satu teori yang dapat menjelaskan kedatangan Islam di pulau. Teori ini sejalan dengan teori Gujarat bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13, mengingat waktu kedatangannya. Namun, teori Persia memiliki perbedaan dalam hal asal-usul para pelopornya. Menurut teori ini, agama Islam diperkenalkan ke Nusantara oleh orang-orang yang berasal dari Persia (Iran). Umar Amir Husein dan Hoesein Djajadiningrat mendukung teori Persia dengan argumentasi yang kuat. 

Salah satu argumentasi yang digunakan adalah perayaan Asyura pada tanggal 10 Muharram. Perayaan ini sangat dihormati oleh umat Islam Syiah/Iran dan juga dikenal di Sumatera Barat sebagai upacara Tabuik/Tabut. Namun sayangnya teori Persia tidak cukup kuat untuk meruntuhkan teori Mekkah. Mengapa? Karena jika berpedoman pada fakta bahwa Islam datang ke Nusantara pada abad ke-7, berarti terjadi pada masa pemerintahan khalifah Bani Umayyah. Jadi Persia belum menjadi pemimpin dunia Islam saat ini. Ini membantah teori Persia.

 

Teori Cina

 Selain tiga teori terkenal disebutkan sebelumnya, sebuah teori asal baru tentang saran   telah ditemukan Islam berasal dari Nusantara, yaitu ajaran Cina. Menurut teori ini, Islam dibawa ke Indonesia adalah imigran dari China. Salah satu argumen di balik teori ini adalah bahwa Orang Tionghoa telah hadir di Nusantara sejak abad pertama Hijriah.

Teori cina dikembangkan oleh Hamka dan para ahli sejarah Tiongkok Kong Yuanzhi. teori ini Berasal dari dua buku besar yang sangat populer di sejarawan Barat dan Timur, Ma Huan (Ying Ai Shenglan/The Beauty of Traveling Hai, 1433) dan Feixin (Xing-Ch'a Sheng-lan/ Mengagumi pemandangan yang indah Dengan Rakit Ajaib, 1436), menemani Zheng He (Muslim Tionghoa) ke Di seluruh Asia[5], termasuk pulau-pulau. Juga, Sumanto Al Qurtuby. dalam bukunya Chinese-Islamic-Javanese Current, disebutkan bahwa menurut catatan sejarah Dinasti Tang (618-960), di Canton, Zhang-zhao, Quanzhou dan wilayah pesisir selatan China, terdapat koloni-koloni tertentu.

Teori-Teori Awal Mula Masuknya Islam Ke Nusantara

Islam Masuk Ke Nusantara pada Abad ke-7

Adapun tokoh-tokoh yang mendukung pendapat ini adalah sebagai berikut:[1]

 Wan Hussein Azmi. Mendukung pendapat ini:

 Di antara pedagang Arab Selatan Arab yang kembali ke wilayah Melayu (630) masuk Islam.

 Dokumen Cina dari Kerajaan Taa Chi di Kepulauan Melayu, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Cina antara tahun 630 dan 655. Sedangkan Tas Chi adalah nama yang diberikan kepada umat Islam di Kepulauan Melayu pada pertengahan abad ke-7.

 Ada ajaran Islam yang memaksa umat Islam untuk melakukannya Sebarkan dakwah Islamiyah.

 A. Hasjmy. Ia mendukung pernyataan Dr. Ilyas Ismail (Imam Kepala Masjid Manila) bahwa Islam masuk ke Aceh Besar pada masa Utsman bin Affan (abad pertama Masehi). berdasarkan catatan para pedagang Arab dalam manuskrip kuno di Manila.

 Hamka tentu pendukung pandangan ini karena dia percaya teori Mekkah dan Cina. Menurutnya, Islam masuk ke Nusantara sejak abad ke-7. Alasan yang digunakan Hamka untuk mendukung pendapatnya adalah sebagai berikut:

 Orang Arab memainkan peran penting di atas air Selat Malaka. Kota Kalah (Kedah, Kra, Klang) menjadi tempat pertemuan antara pedagang Arab dan Cina (Muslim).

 Pada tahun 674, umat Islam ditemukan di Jawa. Menurut informasi Cina, Raja Ta Chi/Ta Cheh mengirim utusan ke Cho-po (Jawa). Kerajaan Ho-ling (Kalingga) memiliki harta karun emas. itu dia adalah nama Muslim Cina.

 H. Agus Salim. Menurutnya, Islam masuk ke Nusantara bersamaan dengan kedatangan Islam di Cina (pada abad ke-7). Pasalnya, perdagangan antara China dan Nusantara sudah marak, terutama di Sumatera. e. Zainal Arifin Abas, Beliau juga salah satu penganjur teori abad ke-7. Karena orang-orang di dunia Arab yang menerima Islam mempertahankan hubungan dagang yang luas dengan dunia Timur.

 T.W. Arnold. Ia merupakan salah satu sejarawan Barat yang mendukung teori Mekkah dan teori awal masuknya Islam di Nusantara pada abad ke-7. Dalam bukunya The Preaching of Islam, ia menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena bangsa Arab berdagang dengan dunia Timur.

 D.G.E Hall, Dia adalah sejarawan barat lain yang mendukung teori ini. Menurut dia dalam bukunya A History of Southeast Asia, pedagang Arab Muslim berdagang dengan beberapa kerajaan di Nusantara sejak abad ke-7.

 

Islam Masuk Ke Nusantara Pada Abad ke-11

 Teori lain tentang awal kedatangan Islam di Nusantara adalah teori abad ke-11. Tidak banyak bukti yang mendukung teori ini. Bukti yang dikutip oleh pendukung teori ini antara lain ditemukannya nisan Fatimah binti Maimun di Leren, Gresik, Jawa Timur. Angka yang terukir di makam Fatima adalah 1028. Selain itu, Ludvik Kalus memperkirakan cap ini berdasarkan penemuan Barus berupa cap jimat kaca dengan tulisan "Demi Allah, Muhammad". berasal dari abad ke-19 atau ke-20 -11

 

Islam Masuk Ke Nusantara Pada Abad ke-13

 Menurut teori ini, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13. Sumber sejarah digunakan untuk mendukung teorinya adalah sebagai berikut:

 perjalanan Marco Polo menunjukkan bahwa dia bertempat tinggal di Perlak pada tahun 1292 dan bertemu dengan orang-orang yang memeluk Islam.

 Batu Nisan Raja Samudra Artikel, Sultan Malik as-Saleh ditemukan pada tahun 1297 Masehi.

 K.F.H. van Langen menyebutkan keberadaan kerajaan Pase (kemungkinan Pasai) di Aceh pada tahun 1298 M menurut berita di Cina.

 J. P. Moquette menyatakan di De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit Hindoesten tentang masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13.

 Beberapa sarjana Barat seperti R.A. Kern, C. Snouck Hurgronje dan Schrieke more menyimpulkan bahwa Islam masuk Nusantara pada abad ke-13. Menurut mereka, hal itu disebabkan adanya beberapa kerajaan Islam di Nusantara

 

Jalur Awal Mula Masuknya Islam Ke Nusantara

 

Melalui Jalur Perdagangan

 Cara pertama masuknya Islam ke Nusantara, menurut buku sejarah, adalah melalui jalur perdagangan. Hal itu sangat masuk akal karena salah satu penyebar  agama Islam adalah pedagang dari orang Arab (ada yang mengatakan dari Gujarat menurut teori Gujarati). Dari sini dapat disimpulkan bahwa para pedagang ini (menurut teori Mekkah dari Arab, menurut teori Gujarati dari Gujarat dan menurut teori Persia dari Iran) menyebarkan Islam selain dari pengangkutan barang dan perdagangan. bagi penduduk setempat (Nusantara) yang saat itu masih menganut agama Hindu-Buddha. 

Meskipun perdagangan bukan satu-satunya jalan masuknya Islam ke Nusantara, namun melalui perdagangan itulah masyarakat adat mengenal dan memeluk agama Islam. Pedagang Arab yang beragama Islam terlibat dalam penyebaran Islam ke berbagai negara melalui perdagangan. Mereka bertindak dengan mengirimkan agama Islam ke negara-negara di luar Arab, termasuk Nusantara. Pada awalnya mereka hanya menyebarkan Islam di Jazirah Arab, namun sejak seluruh Jazirah Arab menerima Islam, satu abad kemudian, Islam mulai menyebar ke luar Jazirah Arab, seperti di Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Eropa. 

Perdagangan di Timur Tengah dan kawasan lain di Eropa, kemudian Afrika, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara semakin memperluas penyebaran Islam, yang kemudian menyebabkan munculnya jalur perdagangan internasional yang didominasi oleh umat Islam. Ini terjadi pada masa khalifah Rashidun, khalifah Bani Umayyah dan khalifah Abbasiyah. [3] Pedagang muslim menggunakan dua jenis jalur perdagangan untuk menyebarkan Islam, yaitu jalur perdagangan negara atau yang disebut Jalur Sutera dan Merikauppareitti. 

Nah, penyebaran Islam di Nusantara itu melalui jalur lain, yaitu perdagangan laut. Jalur ini dulunya merupakan jalur perdagangan Semenanjung Arab, India, dan Asia Tenggara. Dengan demikian, tidak mengherankan jika teori kedatangan Islam di Nusantara mengklaim bahwa Islam datang ke Nusantara dari Gujarat (teori Gujarat) dan Mekkah (teori Mekkah).

 Mengenai teori-teori tentang kedatangan Islam di Nusantara, terlihat jelas bahwa jalur perdagangan antar Asia melibatkan para pedagang Muslim dari Arab (teori Mekkah), Persia (teori Persia) dan India (teori Gujarat). Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara dari abad ke-7 hingga ke-16. Dengan demikian, para pedagang muslim yang akhirnya singgah di nusantara juga berperan penting dalam kedatangan Islam di nusantara.

 

Melalui Jalur Perkawinan

 Selain perdagangan, cara yang tak kalah pentingnya dalam proses islamisasi nusantara adalah perkawinan. Metode ini sangat efektif. Hal itu dilakukan oleh para saudagar muslim yang menikahi putri-putri bangsawan. Umumnya para pedagang yang menggunakan cara ini bermukim di kota-kota pelabuhan dan mendirikan pemukiman yang disebut Pekojan.

 Pernikahan itu diakhiri secara Islami dengan terlebih dahulu membuat dua syahadat. Misalnya, putri seorang bangsawan yang menikah dengan seorang saudagar muslim otomatis masuk Islam karena dia mengucapkan syahadat. Dari perkawinan itu banyak keturunan mereka yang kemudian menjadi ulama dan penyebar Islam di Nusantara. Contoh Babad Tanah Jawi adalah pernikahan antara Maulana Ishaq dengan putri Raja Blambangan yang kemudian melahirkan Suna Gir. Seperti diketahui, Sunan Giri merupakan salah satu Wali Sanga yang berperan penting dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa.

 Meski tidak menjadi ulama besar, setidaknya anak-anak yang lahir dari perkawinan saudagar muslim dengan perempuan setempat kemudian lahir muslim. Dari sana, Islam secara bertahap menyebar ke seluruh nusantara dan pengikutnya juga meningkat secara signifikan.

 

Melalui Jalur Struktur Sosial

 Islam juga menyebar melalui proses struktur sosial. Dalam hal ini para penyebar Islam (ulama) terlebih dahulu mengislamkan para bangsawan dan raja yang memiliki struktur sosial tertinggi di antara penduduk pribumi. Ketika raja dan bangsawan masuk Islam, penduduk asli yang struktur sosialnya di bawah mereka otomatis mengikuti rajanya dan memeluk Islam. Nah, cara ini bisa digambarkan dengan istilah "pukul di kepala, tampar di ekor". Tujuan dari konsep ini adalah untuk mengubah raja menjadi Islam (tamparan di kepala) dan kemudian orang-orang akan memeluk Islam menurut rajanya (tamparan di ekor). Dengan demikian penyebaran Islam di Nusantara menjadi lebih efektif dan pemeluknya lebih banyak.

 

Melalui Jalur Pendidikan

 Metode selanjutnya yang digunakan oleh para penyebar Islam di Nusantara ini adalah pendidikan dan pengajaran. Instrumen yang digunakan untuk menyebarkan Islam melalui jalur ini adalah pendirian pesantren. Pendiri pondok pesantren adalah ustadz, ustadz dan ustadz. Pesantren merupakan lembaga pendidikan penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat penyambutan bagi calon ustadz, ustadz atau ustadz.

 Dalam proses inilah santri dilatih untuk menjadi ahli dalam bidang keislaman. Para santri yang mengikuti pelatihan dan pembinaan kader akhirnya mendapatkan gelar ulama. Kaum terpelajar kemudian menyebar dan menjadi ujung tombak penyebaran Islam di Nusantara. Mereka berdakwah kepada penduduk asli, dari elit sampai rakyat jelata, yang memungkinkan Islam menyebar ke seluruh nusantara.

 

Melalui Jalur Seni dan Budaya

 Cara lain yang digunakan para cendekiawan atau propagandis Islam di Nusantara untuk menyebarkan Islam adalah melalui seni budaya. Cara inilah yang digunakan oleh Wali Sanga untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Melalui cara tersebut penyebaran Islam di tanah Jawa berhasil, karena masyarakat pada masa itu sangat menyenangi berbagai pertunjukan seni dan budaya. Salah satu kesenian yang disukai oleh masyarakat Jawa adalah wayang. 

Oleh karena itu, Sunan Kalijaga (salah seorang Wali Sanga) menggunakan wayang untuk memperkenalkan dan mengislamkan masyarakat Jawa. Menjadikan wayang sebagai sarana penyebaran agama Islam, Sunan Kalijaga yang memiliki kepiawaian besar dalam memainkan wayang berhasil menanamkan nilai-nilai religi Islam pada masyarakat dengan memasukkan unsur Islam ke dalam cerita dan pertunjukan wayang, misalnya Puntadewa. pistol bernama Jimat. Ada dua klausul yang terkait dengan Kalimasada: kredo yang mengandung kredo. 

Kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Jimat ini milik keluarga baik seperti keluarga Pandawa. Istilah Pandawa Lima sering diartikan sebagai rukun Islam yang lima. Penonton Sunan Kalijaga akhirnya mengenal Islam dan tertarik untuk menjadikan Islam sebagai agamanya. 

Tidak hanya para wali yang menggunakan pertunjukan wayang untuk menyebarkan Islam, tetapi berbagai seni dan budaya lainnya juga digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan Islam. Beberapa kesenian yang juga dijadikan sarana untuk menyebarkan agama Islam adalah seni ukir, gamel dan seni mistik. Salah satu gending atau seni suara yang paling terkenal dan melekat di hati masyarakat sebagai alat dakwah pada masa itu adalah Tombo Ati karya Sunan Bonang.

 Jika perlu, maulid Nabi dirayakan setiap tahun di lobi Masjid Demak, diiringi rebana, gamelan, dan pertunjukan wayang. Untuk merebut hati masyarakat, beranda dihias dengan berbagai hiasan bunga yang cantik. Para wakil mengumpulkan jemaah dengan memukul gong berkali-kali yang suaranya terdengar di mana-mana. Karena sudah mengetahui isyarat suara Gong, maka orang-orang pada waktu itu segera berdatangan. Anda masuk melalui gerbang yang dijaga oleh penjaga, dengan keyakinan sebagai tiket Anda. Membaca dua kalimat syahadat, otomatis mereka masuk Islam.

 Usai pembacaan syahadat, para wali jamaah terlebih dahulu memerintahkan agar air cucian dialirkan ke sisi kiri kolam. Setelah itu, mereka memasuki masjid untuk mendengarkan cerita wayang yang ditulis oleh para wali yang mewujudkan nilai-nilai Islam. Ketika waktu sholat tiba, mereka dipanggil untuk sholat di bawah arahan seorang penjaga. Inilah kronologi penyebaran Islam melalui seni budaya para wali Jawa.

 

Melalui Jalur Ajaran Taswuf

 Metode lain yang dimanfaatkan oleh pengikut Islam di Nusantara ialah tasawuf. Karena penduduk pulau mempercayai hal-hal gaib dengan sangat kuat, ilmu tasawuf terbukti efektif dalam menyebarkan Islam di kalangan mereka. Salah satu ulama yang menggunakan pendekatan sufistik dalam menyebarkan Islam di Jawa ialah Syekh Siti Jenar, meskipun kontroversi mengelilingi tokoh sufi ini. Salah satu murid tercinta beliau ialah Ki Ageng Pengging, keturunan terakhir Raja Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, dan Jaka Tingkir alias Mas Karebet alias Sultan Hadiwijaya, yang kemudian menjadi Sultan pertama Kerajaan Pajang. 

Dibandingkan dengan Wali Sanga, Syekh Siti Jenar lebih berhasil menyebarkan ajarannya kepada raja-raja di Jawa. Terdapat laporan dari Kiel dalam Babad Jaka Tingkir, yang mengkaji 40 tokoh yang belajar dari Syekh Siti Jenar. 

Mereka antara lain Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng Getas Aji, Ki Ageng Balak, Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Jati, The Tingkir, Ki Ageng Watalunan, Ki Ageng Pringpus, Ki Ageng Ngangas, Ki Ageng Ngambat, Kiai Ageng Taruntum , Kiai Ageng Kitaruman , Kiai Ageng Pataruman , Patarugen , Ageng, Grand Pasture Kiai Karagen, Grand Pasture Wanasaba, Grand Pasture Gunung Pragota, Grand Pasture Gunung Pragota, Grand Pasture Karssung Grogadan Pasture Karssung hei, Persatuan Gereja Besar , Gereja Besar Pertambangan Gereja Bangsri Bangsri.

 Wali Sanga adalah tokoh tasawuf menurut Syekh Siti Jenar. Ya Syekh Siti Jenarin opetuksista, sahabat bapak ibu, sebelum Manunggaling Kawula Gusti dan raja hanya Dio. Menurut saya, instruo untuk salah satu homo kun Dio contraŭdiras instruojn of Islamo, tial ŝejko Siti Jenar estas mempertimbangkan kiel erarvaginta. Meski dianggap sesat oleh walinya, tak sedikit orang, terutama yang semula beragama Hindu, yang ternyata menerima ajaran Syekh Siti Jenar. Di sisi lain, ajaran Syekh Siti Jenar dianggap sebagai ajaran Tasawuf yang tinggi.

 Selain Wali Sanga, raja Demak yang saat itu bernama Raden Patah menentang Syekh Siti Jenari. Namun, alasan perlawanan Raden Patah bukan hanya karena ajaran Tasawuf Syekh Siti Jenar dianggap sesat dan menyesatkan, tetapi juga karena salah seorang muridnya adalah keturunan Prabu Brawijaya dan dikhawatirkan akan memberontak. Oleh karena itu, Syekh Siti Jenar terpaksa melepaskan jabatan mengajarnya.

 Raden Patah dan Wali Sanga melakukan banyak upaya untuk menghentikan dakwah Syekh Siti Jenar, dimulai dengan cara damai dengan mengutus Suna Kalijaga untuk merundingkan penangkapan paksa. Kemudian menurut versi populer, Syekh Siti Jenar dieksekusi oleh raja Demak. Ada dua versi kematian Syekh Siti Jenar. Versi pertama yang umum dikenal di kalangan petani mengatakan bahwa wali (wali sanga) menjinakkan siti jenari. Cara kematian yang dia terima mirip dengan seorang Sufi Baghdadi bernama Al-Hallaj. Keduanya menyampaikan informasi yang menyesatkan orang. Keduanya mengaku sebagai Tuhan. Karena itu, keduanya dihukum penyaliban. Bedanya, darah Siti Jenar menyembur keluar dan membentuk kitab suci Allah, sedangkan darah Al-Hallaj menetes ke tanah seperti kebanyakan orang yang disalib.

 Versi lain dari kematian Syekh Siti Jenar mengatakan bahwa sufi yang kontroversial itu tidak mati dengan cara dipukuli, tetapi memilih kematiannya sendiri. Jadi Syekh Siti Jenar menanggung kematiannya sendiri. Ini terjadi ketika para penjaga menyeretnya ke hadapan raja Demak dan dia kemudian menyerahkan nyawanya sendiri.

Karakteristik Islam Nusantara

Islam Nusantara memiliki keistimewaan tersendiri yang membedakannya dengan karakteristik keislaman daerah lainnya, khususnya Islam Timur Tengah, yang mempengaruhi Islam keliling dunia Nusantara memiliki banyak keunikan berbeda dengan negara lain karena keunikan, keunikan geografis, tradisi sosial-politik dan peradaban. Islam tidak hanya diterima masyarakat nusantara, namun justru karena itu juga layak membentuk budaya nusantara. Mengenali sifat adaptifnya, yaitu rahmata li al-'alam. Sebuah pesan kasih karunia al-'alamin dijiwai oleh karakteristik Islam Nusantara, moderat, rasa toleran yang tinggi, damai dan menghormati keragaman.  

Islam yang melarang memukul sesama Islam konstruktif, bukan serangan Islam yang menggunakan hati tidak mengutuk Islam menuntut pertobatan, bukan penghujatan dan Islam memberi Memahami tidak menipu. Islam Indonesia sejak awal memiliki corak dan tipologi tersendiri. yaitu Islam yang baik dan moderat dan Islam garis tengah merepresentasikan alasan-alasan ideologis dan filosofis yang moderat.

Peran Islam moderat adalah menjaga keseimbangan dua macam ekstrem, khususnya antara pemikiran dan pemahaman serta gerak Islam fundamental dan liberalisme, dua kutub ekstrim yang sulit digabungkan Beginilah cara Islam moderat menjaga dan mengembangkan perdamaian komprehensif, yaitu perdamaian antara umat Islam dan dengan orang lain yang lain, sehingga Islam moderat dapat membebaskan manusia dari rasa takut. Islam moderat menawarkan pembahasan yang berwawasan luas tentang pembebasan karena tidak didasarkan pada pendekatan kekuatan dan ketergesaan.

Istilah “Islam Nusantara” harus mulai memahami model dan karakter Islam di Nusantara muda, yang karakternya sebenarnya berbeda dengan model Islam Timur Tengah, tempat Islam berkembang. Di wilayah-wilayah regional, seperti yang pernah dikemukakan oleh Gusdur, yang menantang sarjana Islam unik untuk mengembangkan teori yang disebut studi Islam berdasarkan wilayah Clasdar, diyakini ada enam wilayah Islam: Timur Tengah, Afrika, India Kontinental, dan Tengah. Asia bergabung dengan Rusia, Nusantara, dan Enops. Menurut Gusiuri, masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Dipadukan Dengan ciri-ciri islam di nusantara dapat dilihat dengan ciri-cirinya seperti, Pertama Islam di Nusantara merupakan produk dakwah yang tokohnya kemudian dikenal dengan nama Wali Songo, proses Islamisasi secara damai melalui akulturasi budaya dan rumah inti Islam. Itulah sebabnya Islam bisa berkembang pesat tanpa kekerasan. Cendekiawan Islam, termasuk Anwar Ibrahim, menilai situasi ini sebagai proses terbaik Islamisasi.

Kedua, pengikut setia memahami sifat ahlusunna yang bersahaja. Inilah keistimewaan yang terkemuka dalam Islam Nusantara. Apakh seperti itu. kontras gunakan cara berpikir Islami di Timur Tengah

Ketiga, para ulama atau masyarakat muslim nusantara tidak asal-asalan atau asal-asalan dalam memilih mazhabnya. Selama ini, panutan dipilih atau diciptakan bagi mereka dan memiliki intelijel yang sangat cukup serta telah di uji oleh penelitian sejarah dan bagi mereka yang berintegritas, karakter ulama yang bersikap mandiri, hingga ijtihad adalah hasil ilmu yang sempurna. serta hati yang bersih tanpa menginginkan keuntungan dari nafsu. Dalam bidang fikih, masyarakat muslim nusantara mengikuti salah satu mazhab fikih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Tetapi  salah satu mazhab yang banyak diikuti adalah sekte syafi’i, jadi wajar saja, sastra buku perdamaian di masyarakat muslim nusantara didominasi oleh kitab-kitab mazhab Syafi'i. .

Keempat, mayoritas masyarakat muslim di nusantara terdiri dari praktisi sufi, itulah sebabnya Tarckat tumbuh subur. Tokoh Sufi yang dijadikan tokoh panutan antara lain Imam Ghazali, Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam Syazili dan lain-lain. sangat populer di kalangan umat Islam Indonesia. Sejak saat itu, Islam Nusantara menjadi Islam sangat sejati rukun dan toleran, menghargai pluralisme sebagai fitrah asli ajaran tasawuf.

Kelima: dalam masyarakat yang mengutamakan perdamaian, kerukunan serta toleransi. Toleransi atau sikap egaliter ini dipraktekkan oleh masyarakat muslim nusantara sebagai bagian dari landasan ajaran Islam yang menjamin kebebasan beragama. Islam tidak hanya mengutuk pemaksaan agama, tetapi juga dengan gigih membela sesuatu yang benar serta memberikan  hak non-Muslim dalam mengambil sebagian pemerintahan Kerajaan Islam, karena. relasi Muslim dan non-Muslim adalah hubungan persahabatan kecuali terjadi peristiwa yang mengarah pada konflik antara Kerajaan Islam. dua pihak.

Keenam, adaptasi kultural alami komunitas Muslim Indonesia terhadap visi seni lokal tidak dapat dengan mudah dibalik. Itu harus dilestarikan sebagai identitas suatu bangsa selama tidak bertentangan dengan syariah. Hal ini dibenarkan dalam Al-Qur'an dengan fakta bahwa Allah membagi manusia menjadi berbagai suku (qobail) dan kebangsaan (syu'uba) untuk saling bed taarafu ta'aruf (saling pengertian) , tentu juga dengan budaya.

Ketujuh, perspektif Islam Rahmat Lil'alamin mengatur pikiran Islam di Nusantara. Umat Islam berusaha memaksakan pandangan Islam Rahmat Lil'alamin sebagai tugas utama. menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan. Dalam hal ini selalu mengacu pada misi mulia Nabi Muhammad SAW yang paling utama, yaitu misi suci, misi sempurna dan sempurna. misi umum ajaran para nabi. Karena jelas bahwa tesis Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk menunjukkan rahmat karena firman Allah berarti "Kami tidak mengutus kamu Muhammad bertindak sebagai rahmat bagi semua dunia" Al Anbiya 107. Tanpa diragukan lagi Islam adalah rahmat dan petunjuk, Memunculkan terang penebusan. Artinya Itu berarti rahmat bagi dunia dan akhirat

Kedelapan: cara Menggunakannya harafiah untuk memahami nash-nash tentang hal-hal yang bersifat kathian, seperti kewajiban shalat dan tata cara ibadah Mahdha, rukun Islam, rukun iman, dll. Oleh karena itu, pendekatan penggunaan teks secara literal lebih menitikberatkan pada isu-isu yang bersifat religius dan isu-isu teologis. Pada saat yang sama dalam hubungan. Masyarakat menggunakan pendekatan kontekstual yang tidak hanya mempertimbangkan makna teks, melainkan isi atau nilai-nilai teks.

Oleh karena itu Islam Nusantara adalah cara untuk mempraktekkan Islam melalui pendekatan budaya, untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya (tradisional) Berlandaskan ajaran Islam dan berusaha menambah warna budaya lokal (tradisional) dengan nilai-nilai Islam ketika berbudaya (tradisional). belum sesuai dengan Islam. Islam sangat menghargai kreasi budaya perusahaan, sepanjang tidak menodai prinsip humanistik, itu dipertahankan. Namun, jika budaya (tradisional) mencederai harkat dan martabat manusia kemanusiaan, itu harus ditolak. Jadi Islam Nusantara tidak melayani tentang tradisi karena tidak kebal terhadap pengkritik. Hanya tradisi yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan harus dipertahankan.

Khazanah Islam Nusantara

keberhasilan perkawinan antara Tradisi lokal dan Islam Generasi berbagai kearifan lokal (local wisdom) dapat dilihat dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat muslim di Indonesia. Berbeda Peradaban nusantara yang antara lain merupakan hasil akulturasi dengan Islam dapat dilihat pada Mencerminkan berbagai bangunan masjid. perpaduan sangat berbudaya harmonis. Di Kudus, Masjid Raya Kuduz menjadi saksi bisu. bagaimana budaya Islam dan Hindu dapat bekerja sama. menyatu tanpa listrik. 

Menara masjid dibiarkan berbentuk candi. Demikian juga dengan Masjid Agung Demak yang dibangun Walisongo Gabungkan elemen tempat Jawa dalam semangat ajaran Islam. Pada saat yang sama, bangunannya tetap bergaya Hindu. atap berlapis tiga dikatakan Bangunan tiga tempat suci tersebut mewujudkan ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan iman, islam dan Ihsan Bentuk bangunan atap banyak terdapat pada candi-candi di Jawa Timur seperti candi Surawana, Jawa dan Jagosi. 

Pijper bahkan beranggapan  bentuk itu penataan atap masjid merupakan kelanjutan dari tradisi meru (kelangsungan hidup). Tidak hanya menyambut Muncul dari kepulauan Timur Tengah, nilai-nilai Islam juga bisa melebur dengan tradisi budaya lainnya. Pembangunan ada Masjid Zheng He di beberapa tempat mencerminkan bahwa umat Islam Indonesia juga sangat mudah beradaptasi dengan budaya asing (baca:Cina). Begitu pula dengan Masjid Lao Tze yang dibangun oleh komunitas Tionghoa Muslim di Jakarta yang mengadopsi tradisi arsitektur lokal Tionghoa. dikombinasikan dengan tradisi Islam. Selain arsitektur masjid, warisan Islam Nusantara. Yang kedua lahir satu lagi manuskrip Al-Qur'an Nusantara Fitur dalam Al Quran Mushaf Timur Tengah.

Fadhal AR Bafadhal dan Rosihan Anwar. mencontohkan hal tersebut bahwa kegiatan Penulisan mushaf sedang dalam proses. berasal dari abad ke-13 Masa Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu, sejarah mendokumentasikannya memperluas kitab suci Mushaf Al-Qur'an Nusantara pada abad ke-16 dan ke-20 dibiayai besar-besaran oleh Negara Petani dan elit sosial. Mushaf Al-Qur'an Nusantara ini punya fitur unik, Informasi lebih lanjut adalah Tajwid dan kaligrafi digunakan secara sederhana. Beberapa menggunakan Naskhi untuk syair dan khat-tsuluts untuk penulisan juz. 

Dia Gunakan kaligrafi bunga atau bergaya aksara lokal, sedangkan mushaf timur Gaya dekoratif untuk penggunaan sedang geometris Mushaf Alquran Ada banyak Kepulauan kuno ini terletak di bekas pusat Kerajaan Lama. disebagian masih ada stoknya Pesantren seperti Pesantren Telagasar, Ponorogo, Buntet dan Cirebon dll.

Kepulauan warisan Islam lainnya. tentu Munculnya banyak harta yang tak ternilai harganya. sarjana Indonesia Sejauh ini dengan mahakaryanya tetap menjadi sumber ilmu dan penelitian bagi para intelektual Indonesia dan bukan dunia. munculnya pekerjaan yang berharga di berbagai bidang pengetahuan, tafsir yang baik, hadits, tasawuf, Fiqh, Tarikh (cerita), tauhid serta sastra islam untuk menyelidiki. kembali Sejarah Awal dari Tradisi Intelektual muslim pulau. masalah ini tidak bisa dibedakan dari yang dikepang jaringan antar peneliti Kepulauan Melayu dengan Geografi Haramay sejak abad ke-17. 

Ini berfungsi sebagai pusat ibadah dan pusat studi Islam. Saat itu adalah para penjelajah nusantara Ziarah ke Tanah Haramayn Jalani saja rukun Islam lima tetapi juga membutuhkan pengetahuan Diantaranya adalah seperti itu Lalu pulang dan terus bekerja lapangan irigasi dan pegembangan ajaran dan Ilmu islam di jurusannya masing-masing dan beberapa lainnya pengembangan karir akademisnya di tanah Al-Haramanites..

Beberapa ulama yang pernah menimba ilmu di Tanah Haramayn yang kemudian dikenal sebagai jama'at al-Jawi Kalangan (komunitas jawi) Mekah antara lain Nuruddin al-Raniry (wafat 1658 M), Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri (1615-1693 M), Yusuf al-Maqassari (1629-1699 M), Abdussamad al-Palimbani, Arsyad al-Banjari (1710-1812 M), Dawud al-Fattani (w. 1847 M), Nawawi al-Bantani (1813-1879 M), Mahfudz al-Tarmasy (w.1919 M), Ahmad Rifa'i Kalisasak ( 1786-1870 M), Ahmad Khatib Sambas (1803-1875 M), Muhammad Saleh Darat al-Samarani (wafat 1903 M), Ahmad Khatib al-Minangkabawi (1860-1916 M), K.H. De Dharam (1868-1923 M) , K.H. Hasyim Asy'ari (1871-1947 M), dan sampai sekarang banyak lagi.

Setelah belajar di negara tersebut Haramayn, sebagian ulama di atas berkembang pengetahuan di tanah air. Seperti yang kita ketahui, Nuruddin al Raniry dan Abdurrauf al-Sinkili.. Nuruddin alRaniry dan Abdurrauf al-Sinkili, seperti yang kita tahu, terlepas dari evolusi Pengetahuan tentang negara asal, terutama fiqh, syariah, hadits dan interpretasi berkarier di dunia politik Mufti (Sheikh al-Islam) di kerajaan Aceh Darussalam saat itu pemerintahan Sultan Iskandar Thani (1637-1641M) (lihat buku 100 edisi). 

Karya Nuruddin al-Raniry in situ fiqh, Ṣirȃṭ al-Mustaqȋm adalah kitab fiqh ibadah pertama di Melayu bidang Hadits karyanya yang berjudul Hidȃyȃt al-Habȋb fȋ alTarghȋb wa al-Tarhȋb digelar kitab hadits pertama dalam bahasa Indonesia Melayu Sebuah buku diyakini telah ditulis 6 Syawal 1045 H/14 maret 1636 M berisi 831 hadits beberapa sumber, seperti buku Bukhȃrȋ, Muslim, Turmudhȋ dll. Selama karirnya ia menjadi Syaikh al-Islam, Nur ad-Din al-Raniry pernah berselisih dengan Hamzah al-Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatera yang mengembangkan ajaran tasawuf filosofis Menurut Al-Raniry, ajarannya begitu dikembangkan oleh kedua organisasi tersebut berupa ajaran-ajaran yang ada menyesatkan dan berbahaya Aqidah dan karenanya harus ditekan. 

Dengan kekuatan yang dimilikinya, dia untuk mengambil tindakan radikal revolusioner membakar segalanya Hamzah al-Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani di depan Masjid Baiturrahman, Aceh dan keduanya dikutuk sebagai orang murtad. Dalam karya-karyanya disebut al-Fath al-Mubȋn 'ala al-Mulhidȋn (kemenangan atas ateis) bahkan al-Raniry menyalahkan al-Fansuri sebagai ulama zindiq

sementara Abdurrauf al Sinkili, lalu melanjutkan Karier Al-Raniry sebagai mufti Pemerintahan Sultanah Tajul Alam(1641-1674) berhasil di antara para pembela rekonsiliasi tasawuf filosofis dengan pengikut tasawuf moral. bagian dari pekerjaan ditulis oleh Abdurrauf al-Sinkili buku lain dari Mir'ȃt al-Ṭulȃb, the adalah kitab fikih Muamalat pertama dalam bahasa Melayu. Karya al-Sinkili, antara lain Tarjumȃn al-Mustafid, sebuah karya Peneliti di bidang tafsir bahasa melayu

Yang pertama adalah bahwa ada banyak kesepakatan Terinspirasi oleh Tafsir al-Jalȃlayn dari Al-Suyȗṭȋ. Selain kedua peneliti tersebut, beberapa lainnya Penjelajah Nusantara membuat surat wasiat karyanya untuk Muslim Nusantara adalah Dawud bin Abdullah al-Fattani (w.1847 M) yang menulis buku tentang masalah ini Sebuah hadis berjudul Farȃ'id Fawȃ'id al-Fikr fi al-Imȃm al-Mahdi. Meskipun buku Ini adalah pekerjaan terjemahan Kitab Syekh Mirghani bin Yusuf dengan nama yang sama tetapi sebuah buku yang selesai pada tahun 1215 H/1800 M berlaku sebagai buku Hadits pertama dalam bahasa Melayu kita berbicara secara konkret Imam Mahdi Pada saat yang sama beberapa ulama Nusantara akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke tanah airnya dan memilih karir di negara bagian Haramayn.

Anggotanya antara lain Syekh Nawawi al-Bantani, Mahfudz alTarmasy dan Ahmad Khatib al Minangkabawi Pendeta Jawi melakukannya Hal ini. Nawawi bin Umar bin Arabi atau lebih dikenal dengan Nawawi al-Bantani adalah peneliti dari Desa Tanara, Tirtayasa, Kabupaten Serang, turun Setelah hampir 30 studi Bertahun-tahun dengan penjelajah hebat Mekkah, al-Bantani dimulai karir sebagai guru Masjidil Haram. Itu sebabnya dia yang disebut Syekh, Guru penting Para siswa keluar di berbagai negara Islam. 

Di antara para siswa al-Bantani, kemudian menjadi penjelajah hebat Di antaranya KH Kholil Bangkalan, KH Asy'ari Bawean Madura, KH Hasyim Asy'ari Jombang, KH Raden Asnawi Kudus, dan KH Dawud dari Perak, Malaysia. Banten. semua yang terbaik populer dengan peziarah dan Siswa Muslim di seluruh dunia akan diberkati reputasi al-Bantani. sementara 69 tahun dalam pelayanan mengajarkan ilmu-ilmu keislaman Mekkah, dia menghasilkan beberapa Mahakarya di berbagai bidang Ilmu-ilmu seperti hermeneutika, monoteisme, Fiqh, Akhlak, Data, Bahasa Arab dan dll. 

Karena popularitasnya Inilah kitab al-Munjid yang berlanjut Nama Nawawi al-Bantani sebagai tokoh Indonesia Sebelum nama Soekarno. Kiprahnya di berbagai bidang, Tafsir al-Munir, Bidayatul Hidayah, Lubab al-Bayan, Fath al-Majid dan masih banyak lagi. sejauh ini masih menjadi referensi terpenting pesantren dan madrasah universitas di mana-mana

Dunia Islam, seperti Timur Tengah, Asia, serta bahasa Indonesia. Sedangkan, Muhamad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Manan bin Abdullah bin Ahmad alTarmasi, lahir di Termas, Pacitan, 12. Jumadil Awal 1285 H/31. Agustus 1868 M dan meninggal di Mekkah 1. Rajab 1338 H/20/5/1919 M dikenal sebagai Ilmuwan Nusantara pemimpin di bidang Hadits.[1] pada saat yang sama Ahmad Khatib al Minangkabawi yang lahir di Bukitting, Sumatera Barat pada tahun 1860 adalah peneliti Indonesia berhasil mencapai puncak karirnya Intelektual sebagai Imam Besar Masjidil Haram. 

Pendirinya juga salah satu muridnya Ormas Muhammadiyah yaitu KH Ahmad Dahlan, Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari, Syaikh Muhammad Nur (Mufti Langkat), Syekh Hasan Maksum (Mufti Kerajaan Delhi), Syaikh Muhammad Saleh (Mufti Kerajaan Selangor), Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syaikh Ibrahim Musa, Abdul Malik Karim Amrullah, Syekh Sulaiman Rasul dan seterusnya. Bahkan jika Anda tinggal di Mekkah tapi Ahmad Khatib al-Minangkabawi untuk mengamati masalah yang menghadapi Bangsa Indonesia. terhadap tulisannya adalah Al-Manhaj al-Marsyu, yang berisi jawaban dan kritik juga masalah keturunan garis keturunan matrilineal. Artikel ini memunculkan banyak hal

 penolakan terhadap penguasa adat Minangkabau. Saya juga menulis tentang itu bernama Izhar Zagli al-Kȃzibȋn fȋ Tasyabbuhihim bi al-Sȃdiqȋn adalah kritik terhadap tarekat Naqsabandiyah, katanya tidak demikian berdasarkan hukum Islam. Bukunya berjudul Dau al-Siraj ditulis pada tahun 1312 H dibahas Peristiwa dan setting Isra Mi'raj kebijakannya tidak menyukai penjajah Belanda di Indonesia, Negara Air.[2] Ini juga berlaku untuk karya-karyanya lain di bidang ushul fiqh, ilmu Analisis, Fiqh dan sebagainya membuktikan kemampuan mereka seorang peneliti yang produktif.

 Dua murid Ahmad Khatib alMinangkabawi yaitu Ahmad Dahlan dan Hasim Asy’ari, setelah kembali dari sana dan terakhir Tanah Haramayn muncul sebagai pembaharu negara. Meskipun saya belajar dari seorang guru yang memiliki keduanya ketidaksepakatan tentang urusan agama Bersama Ahmad Dahla kemudian mendirikan Muhammadiyah sebagai gerakan modernis palsu Tujuannya adalah melakukannya Pemurnian ajaran Islam. Padahal Hasyim Asy'ari salah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, yaitu Salah satu alasan penciptaannya ini untuk pelestarian nilai tradisional. Sejauh ini baik organisasi keagamaan tetap eksis dan tumbuh sebagai organisasi massa terbesar se-Indonesia

 Selain terpengaruh oleh Pemikiran Ahmad Khatib al Minangkabawi yang tidak setuju dengan praktik tarekat karena Tidak ada cadangan yang dipertimbangkan Rasulullah SAW, pemikiran religius Ahmad Dahlan sangat berpengaruh Dari pemikiran Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Trio reformis ini mengorganisir bangsa Islam pembebasan Rantai sekte dan kembali ajaran Islam murni yang sesuai Dengan Alquran dan Hadits. 

Mereka  menghargai kemunduran  ini Muslim adalah untuk keberadaan Stagnasi, beku dan berdiri berpikir dengan ungkapan terkenal, al-Islȃmu mahjȗbun bi al-muslimȋn (agama Islam tertutup bagi kesempurnaan umat Islam sendiri), Abduh memanggil orang-orang Umat Islam harus berdiri dan gunakan akal Bukalah pintu ijtihad seluas-luasnya. Karena Islam memberi banyak menjunjung tinggi peran akal. Yaitu sejak lahir jelas Muhammadiyah melihat dirinya sebagai gerakan non-sektarian dan non-tariqat. 

Di bidang agama Muhammadiyah berhubungan langsung Kepada Alquran atau Al-Hadits Perintah QS Al-Nisa (4): 59, "Jika kamu tidak setuju dengan sesuatu, kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya,” tambah Ijtihad Para ulama, sesuai dengan petunjuk hadis, “barang Siapa yang melakukan ijtihad dan Benar, maka baginya mendapat dua pahala, Sedangkan bila salah saat melakukan ijtihad, baginya satu pahala” (Al-Hadits). Sekarang KH Ahmad Dahlan telah meninggalkan  warisan yang tak tergantikan Organisasi Muhammadiyah bagi umat Islam Indonesia hingga sampai sekarang Ada banyak amal serta pendidikan, sosial, kesehatan dan ekonomi, budaya dll.

 sebagai ahli astronomi kontribusi Ahmad Dahlan terhebat Perbaiki arah kiblat karena bekas masjid Indonesia menghadap lurus ke barat. Dalam komputasi ilmiah Falak, kiblat sebenarnya menuju Ka'bah itu harus miring ke utara 24 derajat dari sebelah barat. Meskipun mendapat banyak penolakan Ijtihad Ahmad Dahlan pada akhirnya berhasil meyakinkan para pemuka agama dan sekarang masjid-masjid di Indonesia menghadap kiblat, bukan lurus ke barat, Melainkan miring ke utara 24 derajat dari sebelah barat.

 Pada saat yang sama murid Al Minangkabawi lainnya bernama Hasyim Asy'ari juga meninggalkan warisan yang tak terhitung Bentuk organisasi NU yang tak tergantikan. Berbeda dengan Muhammadiyah sejak saat itu dinyatakan sebagai organisasi non mazhab dan non tarekat sejak kelahirannya. Diketahui NU menyandarkan pemikiran keagamaannya terutama pemikiran Mazhab Syaf'i dan sangat terkenal dengan praktek dan pengajaran Thariqat, khususnya tarekat Mu'tabarah. Belajar untuk Hasyim Asy'ar Pelajaran agama harus melalui pintu-pintunya dan pintu-pintu ilmu Agama adalah pendapat para imam mazhab.

 Selain bekerja di bidang percetakan kader ulama’ dengan mendirikan salah satu pelopor pondok pesantren di nusantara Pesantren Tebu Ireng di Jombang dan menghasilkan banyak karya bertindak sebagai pedoman bagi masyarakat Santri dan ulama, termasuk kontribusi terpenting Hasyim Asy'ar dan NU perannya sebagai lembaga konservasi Tradisi. Jika bukan Komite Hijaz, yang kemudian menjadi NU tentunya Muslim di seluruh dunia tidak melakukan itu tidak pernah bisa membuktikan sisi ini lagi Sejarah di Tanah Haramayn Makam Rasulullah SAW dan Para teman baiknya. Seperti gerakan Wahhabi Pada 1920-an mereka berniat penghancuran situs web ini dan hampir mendapatkan legitimasi Penguasa Tanah Hijaz, Komite Hijaz

 yang berhasil meyakinkan pihak berwenang Arab Saudi tidak Masih banyak peninggalan Islam Nusantara lain. Tidak hanya bentuk kebudayaan material Peradaban seperti bangunan Masjid, lembaga berupa pesantren dan organisasi keagamaan saat ini Pertahankan Mushaf Al-Qur'an dasar Anda Nusantara dengan keunikan dan kekhasan lokal mereka, karya para sarjana yang seni kaligrafi yang berharga, Penggunaan kalender Hijriah, ritual agama yang bekerja sama licin dengan semacam tradisi campuran, juga slam dance dan sejenisnya Penggunaan bahasa agama (Arab). nama orang yang sangat terkenal, Lokasi dan Persyaratan pemerintahan dan sosial dll.

 Islam Nusantara juga mewarisi banyak kearifan lokal lainnya. Wajar untuk menghormati leluhur Agama dan nilai-nilai yang menjadi kesepakatan masyarakat, kelenturan dan Fleksibilitas dalam pengaturan tampilan dan termasuk keyakinan agama Tingkatkan toleransi sambil mempertahankan selektivitas berasal dari budaya asing serta ukhwah Islamiyah terjalin dengan persamaan menjadi karakteristik sebagai warisan Islam asli nusantara.

Kepesantrenan 

Istilah pesantren merupakan kelanjutan dari kata pesantren, disini pesantren diartikan sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem pengajaran dan latihan tersendiri, dimana pesantren dalam kajian ini berarti program kegiatan di lembaga pendidikan Islam (sekolah/madrasah) yang mengikuti atau meniru bentuk kegiatan lain yang biasa dilakukan di sekolah tani untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kata pesantren adalah tempat pendidikan Islam tradisional yang juga memiliki asrama untuk pelajar atau mahasiswa. Dengan kata lain, santri hidup bersama dan belajar agama di bawah asuhan guru yang disebut kiai.

Asal usul pesantren telah diklaim dikenal sebagai Syekh Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal Bersama Sunan, Ampel mendirikan pertapaan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Meskipun. saat itu tidak disebut sebagai petani, namun bisa dikatakan aksi Sunan Ampel ini menjadi cikal bakal pesantren di Indonesia. Dengan Sois Ampel Dental, hadiah dari Raja Majapahit, beliau membangun dan mengembangkan pesantren. Pertama, dia merangkul masyarakat di sekitarnya. Sejak pertengahan abad ke-16, para petani menjadi pusat pembelajaran yang memiliki pengaruh besar bahkan di nusantara di luar negeri Diantara santri tersebut adalah Sunan Giri dan Raden Patah. 

Volume satuan murid kemudian disebar untuk berdakwah di berbagai penjuru Jawa dan Madura. Sejak awal abad ke-19, Kiai Hasan Besari memegang peranan penting dan mendirikan pesantren di Tegalsar, Ponorogo, Jawa Timur. Sultan Paku Buwono II mendirikan Pesantren Tegalsar pada tahun 1742 sebagai rasa syukur Kepada Kiai Hasan Besar. Kemudian, menjelang akhir abad itu, datanglah sarjana besar lainnya Melayani dalam kapasitas juga Kiai Kholil dari Bangkalan, Madura. 

itu jumlahnya Mendorong hadirnya ulama besar lain yang juga mendirikan pesantren, yakni Kiai Hasyim Asy'ari Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng di Jombang dan mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), kini menjadi pesantren terbesar. di Indonesia. Di sisi lain, guru Kiai Hasyim Mekkah, Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah pusat pendidikan Islam yang didirikan lebih modern, kurikulumnya sedikit berbeda. Kini, seiring berjalannya waktu, pesantren menjadi semakin modern baik dari segi kurikulum juga struktur fisiknya bangunan. maupun struktur fisik bangunannya. Namun, kesederhanaan dan keikhlasan yang diekspresikan dalam kehidupan para kiai dan santrinya tetap menjadi nilai yang paling utama untuk ditiru dalam ajaran pesantren.

Ciri-ciri Lembaga pendidikan kepesantrenan memiliki karakteristik yang sangat penting serta  umum ditandai dengan:

1. Kyai, sebagai tokoh yang juga biasanya pemilik

2. Santri, yang belajar dari Kyai

3. Asrama, sebagai tempat santri beristirahat, dan  masjid sebagai tempat beribadah.

4. Ada sistem pengajian dengan metode pembelajaran agama (Weto, Sorogan dan

Bandongan),

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki akar sejarah serta cukup kuat untuk mengambil sikap relatif sentral dalam dunia ilmu pengetahuan. dalam masyarakat, Bersamanya, pesantren lahir dan berkembang sebagai subkultur perubahan masyarakat global. Satu juga lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.Secara historis, pesantren adalah sebuah bentuk Lembaga adat tertua di Indonesia. Pesantren telah dikenal sejak jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, bahkan sejak Islam Setelah kedatangan mereka di Indonesia, pesantren terus berkembang sesuai dengan itu perkembangan pendidikan pada umumnya.

Pesantren memiliki peran penting dalam sejarah dan perkembangan Islam di masa lalu. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang berfokus pada pengajaran agama, pembentukan akhlak, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Di masa lalu, pesantren berperan sebagai pusat pendidikan dan pemahaman agama bagi umat Muslim. Pesantren didirikan untuk menjaga dan menyebarkan ajaran Islam dalam masyarakat. Para ulama dan kyai, yang merupakan pemimpin pesantren, memainkan peran kunci dalam mengajar dan membimbing para santri (murid pesantren). Mereka mengajarkan Al-Qur'an, hadis, fiqh (hukum Islam), tafsir (penafsiran Al-Qur'an), dan ilmu-ilmu agama lainnya.

Selain itu, pesantren juga berperan sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya di komunitasnya. Pesantren sering menjadi tempat berkumpulnya para ulama, cendekiawan Muslim, dan tokoh masyarakat untuk berdiskusi dan bertukar pemikiran. Kegiatan seperti pengajian, kajian kitab kuning (kitab-kitab klasik Islam), dan perayaan keagamaan diadakan di pesantren.

Pesantren juga memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas Islam dan memperkuat kehidupan keagamaan masyarakat. Melalui pendidikan agama yang diberikan, pesantren membantu menjaga keberlanjutan ajaran Islam dan membangun pondasi moral serta spiritual umat Muslim. Pesantren juga berperan dalam melahirkan ulama-ulama dan pemimpin agama yang kemudian dapat menginspirasi dan membimbing umat.

Di masa lalu, pesantren sering menjadi pusat penyebaran ilmu pengetahuan. Selain pelajaran agama, pesantren juga memberikan pendidikan dalam bidang-bidang seperti bahasa Arab, logika, matematika, astronomi, dan kedokteran tradisional. Dengan demikian, pesantren berkontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, peran pesantren di masa lalu sangat penting dalam menjaga dan mengembangkan Islam di Indonesia. Pesantren telah menjadi tempat pendidikan agama, pembentukan akhlak, dan penyebaran ilmu pengetahuan. Hingga saat ini, pesantren terus berperan dalam mengembangkan pendidikan agama dan melahirkan generasi Muslim yang berakhlak, berpengetahuan, dan mampu berkontribusi pada masyarakat.

Pesantren terkadang juga dianggap sebagai lembaga pendidikan agama Dari masa ke masa, pesantren beroperasi dinamis, berubah dan berubah mengembangkan sesuai dengan dinamika sosial masyarakat global. Menyukai Tidak, ternyata itu sebuah institusi adat ini melakukan tugas sebagai lembaga sosial dan misi keagamaan. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki

Tujuan tidak jauh berbeda dengan pendidikan agama Islam, yaitu untuk Untuk mencapai moralitas yang sempurna atau untuk membudayakan akhlak dan jiwa Tujuan mencapai moralitas yang sempurna adalah mampu melakukannya dijelaskan dalam penciptaan seorang Muslim yang memiliki Indikator iman, taqwa, ketaatan beribadah dan akhlak mulia dan untuk matang secara fisik dan mental dan mencoba untuk hidup menurut ajaran Islam. Mengenai apa yang disebut penciptaan seorang Muslim baik, saleh, taat beribadah, sebagai akhlak yang mulia sebagai model, dengan nabi sebagai model Muhammad, saw. Masyarakat dengan nilai esensial (kebenaran Al-Qur'an) dan prinsip-prinsip dalam berbagai bentuk dan melalui ceramah dialog pablik atau interaktif. Itu tanpa keraguan alasannya Kyai bisa berperan sebagai agen pembangunan Mengirim informasi tentang perkembangan khotbahnya, baiklah dalam perkataan dan perbuatan yang terpuji.

Dengan berbagai hal bisa dimainkan oleh pesantren Di atas mampu dikatakan pesantren punya tingkatan Sekaligus berintegritas tinggi terhadap rakyat sekitar menjadi acuan moralitas kehidupan (mengacu pada). Publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun