menemukan prasasti tertua tentang Islam yang ditemukan di Sumatera pada tahun 1297. Prasasti ini menguraikan hubungan antara Sumatera dan sumatera. Karena aksaranya memiliki pola khas Gujarati. Prasasti tersebut berupa Nisan Malik as-Saleh, Sultan Samudra Pasai. Ini adalah tiga alasan yang dikutip oleh pendukung teori ini untuk mendukung pandangan mereka. Dengan ketiga alasan tersebut, teori kedatangan Islam dari Gujarat bisa dijelaskan secara ilmiah. Selain Snouck Hurgronje, teori tersebut juga didukung oleh Bernard H.M. Vlekke, J.P. Moquetta dan W.F. Stutheim mendukung atau menegaskan.Â
Bagi Anda pendukung teori Gujarat, mereka lebih mengkhawatirkan munculnya kekuatan politik Islam, yaitu keberadaan kerajaan Samudra Pasai. Pijnapel, salah satu pendiri atau penggagas teori Gujarat, menggugat teori Mekkah tentang kedatangan Islam di Nusantara. Menurutnya, orang yang menyebarkan Islam di Nusantara bukan dari Arab atau dari Mekkah, melainkan dari Gujarat yang masuk Islam dan berdagang dengan wilayah timur. Pendapat J. Pijnapel ini dibenarkan oleh C. Snouck Hurgronye dan J.P Moquetta karena tiga alasan yang disebutkan di atas.
Selain itu, batu nisan juga ditemukan di Samudra Pasai di Aceh. Menurut dia, di makam Pasai dan Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun  Gresik, Jawa Timur, 1419 bentuknya mirip dengan yang dari Gujarat. Oleh karena itu, Moquetta pun menyimpulkan bahwa batu nisan tersebut kemungkinan didatangkan dari Gujarat atau dibuat oleh orang Gujarat.
 Kebenaran teori Gujarati juga diperkuat dengan pengakuan Marco Polo, seorang traveler dan penjelajah asal Venesia, Italia, yang merupakan salah satu orang Italia paling populer di dunia, khususnya di Asia, menjadi penjelajah Eropa pertama. Far East Asia, yang pengalamannya terekam dalam sebuah buku tentang perjalanan Marco Polo.[2] Menurut Marco Polo siapa yang berhenti di Perlak (Perureula) pada tahun 1292, banyak penduduk Perlak yang memeluk Islam dan banyak pedagang muslim dari India, menyebarkan ajaran Islam.
Â
Teori Makkah
 Teori adalah sanggahan dari teori Gujarati, khususnya teori Mekkah/Arab. Menurut teori ini, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Telah membawa pedagang Arab, tidak oleh Gujarat. [3] Pendapat ini didukung oleh mayoritas ahli sejarah, termasuk Buya Hamka. Menurut sebagian besar sejarawan, orang yang membawa Islam ke pulau-pulau tersebut adalah di kalangan pedagang Arab, khususnya Alawiyyin dari Hadramout. Teori ini juga didukung oleh sejarawan Barat, seperti van Leur, T.W. Arnold, Crawfurd, Niemann dan de Hollander.Â
[4] Buya Hamka mengatakan ada bukti berupa artikel dalam laporan berita Dinasti Tang tentang pengusaha Arab yang telah mendiami pesisir barat Sumatera sejak abad ke-7. kontak komersial dengan kapur barus antara penduduk Kepulauan dan pedagang Arab." Teori Mekah dikonfirmasi selama konferensi tahun 1962 di Medan tentang munculnya Islam di Indonesia. Pendukung dalam hal ini adalah atas nama sejarawan Indonesia Naquib al-Attas, Hamka, A. Hasjmi dan Bapak Yunus Jamil; dan sejarawan orang asing antara lain Niemann, De Holander, Keyzer, Crawfurd dan Vetsh.
Â
Teori Persia
 Di samping teori Gujarati dan Mekkah, para ahli sejarah juga mengakui teori Persia sebagai salah satu teori yang dapat menjelaskan kedatangan Islam di pulau. Teori ini sejalan dengan teori Gujarat bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13, mengingat waktu kedatangannya. Namun, teori Persia memiliki perbedaan dalam hal asal-usul para pelopornya. Menurut teori ini, agama Islam diperkenalkan ke Nusantara oleh orang-orang yang berasal dari Persia (Iran). Umar Amir Husein dan Hoesein Djajadiningrat mendukung teori Persia dengan argumentasi yang kuat.Â