Melalui Jalur Perdagangan
 Cara pertama masuknya Islam ke Nusantara, menurut buku sejarah, adalah melalui jalur perdagangan. Hal itu sangat masuk akal karena salah satu penyebar  agama Islam adalah pedagang dari orang Arab (ada yang mengatakan dari Gujarat menurut teori Gujarati). Dari sini dapat disimpulkan bahwa para pedagang ini (menurut teori Mekkah dari Arab, menurut teori Gujarati dari Gujarat dan menurut teori Persia dari Iran) menyebarkan Islam selain dari pengangkutan barang dan perdagangan. bagi penduduk setempat (Nusantara) yang saat itu masih menganut agama Hindu-Buddha.Â
Meskipun perdagangan bukan satu-satunya jalan masuknya Islam ke Nusantara, namun melalui perdagangan itulah masyarakat adat mengenal dan memeluk agama Islam. Pedagang Arab yang beragama Islam terlibat dalam penyebaran Islam ke berbagai negara melalui perdagangan. Mereka bertindak dengan mengirimkan agama Islam ke negara-negara di luar Arab, termasuk Nusantara. Pada awalnya mereka hanya menyebarkan Islam di Jazirah Arab, namun sejak seluruh Jazirah Arab menerima Islam, satu abad kemudian, Islam mulai menyebar ke luar Jazirah Arab, seperti di Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Eropa.Â
Perdagangan di Timur Tengah dan kawasan lain di Eropa, kemudian Afrika, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara semakin memperluas penyebaran Islam, yang kemudian menyebabkan munculnya jalur perdagangan internasional yang didominasi oleh umat Islam. Ini terjadi pada masa khalifah Rashidun, khalifah Bani Umayyah dan khalifah Abbasiyah. [3] Pedagang muslim menggunakan dua jenis jalur perdagangan untuk menyebarkan Islam, yaitu jalur perdagangan negara atau yang disebut Jalur Sutera dan Merikauppareitti.Â
Nah, penyebaran Islam di Nusantara itu melalui jalur lain, yaitu perdagangan laut. Jalur ini dulunya merupakan jalur perdagangan Semenanjung Arab, India, dan Asia Tenggara. Dengan demikian, tidak mengherankan jika teori kedatangan Islam di Nusantara mengklaim bahwa Islam datang ke Nusantara dari Gujarat (teori Gujarat) dan Mekkah (teori Mekkah).
 Mengenai teori-teori tentang kedatangan Islam di Nusantara, terlihat jelas bahwa jalur perdagangan antar Asia melibatkan para pedagang Muslim dari Arab (teori Mekkah), Persia (teori Persia) dan India (teori Gujarat). Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara dari abad ke-7 hingga ke-16. Dengan demikian, para pedagang muslim yang akhirnya singgah di nusantara juga berperan penting dalam kedatangan Islam di nusantara.
Â
Melalui Jalur Perkawinan
 Selain perdagangan, cara yang tak kalah pentingnya dalam proses islamisasi nusantara adalah perkawinan. Metode ini sangat efektif. Hal itu dilakukan oleh para saudagar muslim yang menikahi putri-putri bangsawan. Umumnya para pedagang yang menggunakan cara ini bermukim di kota-kota pelabuhan dan mendirikan pemukiman yang disebut Pekojan.
 Pernikahan itu diakhiri secara Islami dengan terlebih dahulu membuat dua syahadat. Misalnya, putri seorang bangsawan yang menikah dengan seorang saudagar muslim otomatis masuk Islam karena dia mengucapkan syahadat. Dari perkawinan itu banyak keturunan mereka yang kemudian menjadi ulama dan penyebar Islam di Nusantara. Contoh Babad Tanah Jawi adalah pernikahan antara Maulana Ishaq dengan putri Raja Blambangan yang kemudian melahirkan Suna Gir. Seperti diketahui, Sunan Giri merupakan salah satu Wali Sanga yang berperan penting dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa.
 Meski tidak menjadi ulama besar, setidaknya anak-anak yang lahir dari perkawinan saudagar muslim dengan perempuan setempat kemudian lahir muslim. Dari sana, Islam secara bertahap menyebar ke seluruh nusantara dan pengikutnya juga meningkat secara signifikan.