Amnesia Disosiatif
Amnesia disosiatif adalah kondisi di mana individu mengalami kehilangan ingatan yang signifikan terhadap peristiwa atau periode tertentu dalam hidup mereka. Kehilangan ingatan ini biasanya tidak dapat dijelaskan dengan kondisi medis lainnya, seperti cedera otak, dan sering kali terjadi setelah pengalaman traumatis. Amnesia disosiatif tidak hanya melibatkan hilangnya ingatan tentang fakta atau kejadian, tetapi juga dapat mencakup hilangnya identitas pribadi atau perasaan terlepas dari diri sendiri.
Depersonalisasi dan Derealisasi
Depersonalisasi dan derealisasi adalah kondisi di mana individu merasa terpisah dari diri mereka sendiri (depersonalisasi) atau merasa bahwa dunia sekitar mereka tidak nyata (derealisasi). Seseorang yang mengalami depersonalisasi mungkin merasa bahwa tubuh mereka bukan milik mereka atau mereka sedang mengamati diri mereka dari luar. Sementara itu, derealisasi melibatkan perasaan bahwa lingkungan sekitar tidak nyata atau seperti dalam mimpi. Kedua kondisi ini sering kali disertai dengan perasaan cemas atau bingung dan bisa disebabkan oleh stres atau trauma yang luar biasa.
Penyebab Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif umumnya berakar pada pengalaman trauma yang ekstrem, terutama pada masa kanak-kanak. Trauma yang tidak teratasi atau tidak dapat diproses secara emosional sering menjadi penyebab utama gangguan ini. Ketika individu mengalami trauma yang sangat mengganggu, otak mereka dapat "melindungi" mereka dengan cara menangguhkan atau memisahkan ingatan atau perasaan terkait dengan kejadian tersebut. Meskipun ini dapat dianggap sebagai mekanisme pertahanan psikologis yang berguna dalam jangka pendek, dalam jangka panjang hal ini bisa berkembang menjadi gangguan disosiatif.
Selain trauma, faktor lain seperti faktor genetik, pola pengasuhan yang buruk, dan stres lingkungan yang berkelanjutan juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami gangguan disosiatif. Namun, tidak semua orang yang mengalami trauma akan mengembangkan gangguan disosiatif, yang menunjukkan bahwa faktor individu, seperti ketahanan mental dan dukungan sosial, juga memainkan peran penting. Berikut adalah beberapa penyebab utama gangguan disosiatif:
Trauma Psikologis (Terutama pada Masa Kanak-Kanak)
Trauma ekstrem pada masa kanak-kanak, seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual, adalah penyebab utama gangguan disosiatif. Disosiasi bertindak sebagai mekanisme perlindungan yang memungkinkan individu untuk melarikan diri dari kenyataan yang menyakitkan.Kekerasan atau Pelecehan
Kekerasan fisik atau pelecehan seksual adalah bentuk trauma yang dapat memicu gangguan disosiatif. Disosiasi membantu individu mengatasi pengalaman yang sangat mengganggu dengan memisahkan diri dari perasaan atau kenangan terkait peristiwa tersebut.Stres atau Tekanan Psikologis Berat
Stres berat, seperti kecelakaan, bencana alam, atau kehilangan orang yang sangat dekat, bisa menjadi pemicu gangguan disosiatif. Individu yang menghadapi stres berlebihan tanpa mekanisme koping yang memadai bisa merespons dengan disosiasi.Lingkungan Keluarga yang Tidak Stabil atau Tidak Mendukung
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kekerasan atau pengabaian cenderung lebih berisiko mengembangkan gangguan disosiatif.Faktor Genetik dan Keturunan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berperan dalam pengembangan gangguan disosiatif. Individu dengan riwayat keluarga gangguan mental tertentu lebih rentan mengalaminya.Kehilangan yang Drastis atau Peristiwa Kehilangan Menghancurkan
Kehilangan yang besar, seperti kematian orang dekat, perceraian, atau kehilangan status sosial, dapat memicu gangguan disosiatif.