Mohon tunggu...
Nadziraturrahma
Nadziraturrahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

fill your life with happiness

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Patriot Pujangga Tanah Air

21 November 2021   14:56 Diperbarui: 21 November 2021   15:05 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syahrir yang sangat didukung oleh para pemuda, terus mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 15 Agustus karena Jepang sudah menyerah. Selain itu Syahrir juga sudah siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat. Namun, Soekarno dan Hatta belum mengetahui berita bahwa Jepang sudah menyerah.

"Inilah saatnya, ayo kobarkan api semangat juang dan jiwa raga kita untuk Indonesia tercinta", kata Syahrir.

"Tidak, ini bukanlah waktu yang tepat. Kita harus menunggu keterangan dari pihak Jepang, dan proklamasi itu mesti sesuai dengan lewat keputusan PPKI yang dihasilkan oleh Jepang. Seperti apa yang telah direncakan PPKI, kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan pada tanggal 24 September 1945", kata Soekarno.

"Tidak, inilah saatnya. Karena jika tidak, sikap ini bisa berdampak pada kemerdekaan RI. Dikhawatirkan kemerdekaan Indonesia dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI itu hasil pekerjaan Jepang", kata Syahrir membantah.

"Tidak, tidak, dan tidak. Sekali saya bilang tidak, ya tetap tidak! Ini belum saatnya. Ikuti saja apa yang saya katakan!", kata Soekarno dengan suara sedikit meninggi.

--Masa Revolusi Nasional Indonesia--

Masa Revolusi Indonesia membuat atmosfer amarah dan ketakutan, karenanya sulit untuk berpikir jernih. Dampaknya sedikit sekali tokoh yang punya pemikiran dan langkah strategis meyakinkan guna mengendalikan kecamuk revolusi. Pada saat itu, kita mempunyai dua orang dengan pemikirannya yang populer kemudian dianut banyak kalangan pejuang republik yaitu Tan Malaka dan Sutan Syahrir. Mereka berdua dinilai suci dari noda kolaborasi dengan Pemerintahan Fasis Jepang, meski akhirnya bertentangan jalan dalam memperjuangkan kedaulatan republik Indonesia.

"Baiklah, aku akan menulis. Sebuah risalah peta persoalan dalam revolusi Indonesia, sekaligus analisis ekonomi dan politik lingkungan kehidupan bubar Perang Lingkungan Kehidupan II. Perjuangan kita menghasilkan banyak kesadaran. Risalah itu ibarat pedoman dan peta yang berguna untuk mengemudikan kapal Republik Indonesia di tengah badai revolusi", kata Syahrir.

"Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis itu sebenarnya adalah fasisme, yaitu musuh terbesar kemajuan lingkungan kehidupan dan rakyat kita.", kata Syahrir, mencoba mengecam dan mengejek gaya agitasi massa Soekarno yang menurutnya tak membawa kejernihan.

--Penculikan--

Senja kala itu terlihat sadis, peristiwa yang mencengkam, sangat menakutkan. Terjadinya penculikan Syahrir pada tanggal 26 Juni 1946 di Surakarta. Gemuruh meluruh lantak bergelitiran. Angin seakan ingin menyerupai badai yang hampir merenggut seluruh isi dunia. Awan terlihat terpaksa menyelimuti seluruh lapisan sucinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun