Mohon tunggu...
Nadziraturrahma
Nadziraturrahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

fill your life with happiness

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Patriot Pujangga Tanah Air

21 November 2021   14:56 Diperbarui: 21 November 2021   15:05 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://3.bp.blogspot.com/-rbssOShEQuk/UuXD5dBeNFI/AAAAAAAACyk/FBjMlnO-8Lk/s1600/Sutan+Syahrir.jpg

Tertulis satu nama dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, yang kita kenal dengan nama Sutan Syahrir. Salah satu insan terbaik yang membawa Indonesia sampai pada titik ini. Pemilik tubuh gagah nan perkasa yang keluar dari kandungan Puti Siti Rabiah yang berasal dari Koto Gadang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. Pejuang yang gagah berani itu juga memiliki seorang pemimpin jalan di dalam hidupnya, ia bernama Mohammad Rasad yang menjabat sebagai penasehat Sultan Deli dan kepala jaksa (landraad) di Ajang. Tumbuh hidup bersama dan bertalian sanak saudara dengan Rohana Kudus, aktivis serta wartawan wanita yang terkemuka. Ia adalah salah satu penggemar olahraga dirgantara, pernah menerbangkan pesawat kecil dari Jakarta ke Yogyakarta. Selain itu, ia juga suka musik klasik, bahkan dia bisa memainkan biola dengan baik. Semangat dan jiwanya sangat menggelora dalam bidang pendidikan. Kegigihannya untuk mendapatkan pendidikan terbaik dengan sekolah ternama disanggah oleh sanak keluarga karena kekurangan biaya. 

--Dimeja makan--

"Lihatlah mentari pagi ini terlihat berseri, mengisyaratkan kita harus jalani hari dengan penuh keyakinan dan keteguhan diri. Selamat pagi keluargaku, mari sarapan bersama!", kata Syahrir.

"Suutz, jangan kebanyakan ngomong, dah laper ni papa",kata papanya.

"Maaa, manusia yang sangat aku cintaaa, sudahilah pekerjaanmu itu, ayo kita makan bersama", kata saudaranya merayu mamanya dengan penuh cinta.

"Eum iya deh, tampaknya aku harus segera menyudahi pekerjaanku ini demi para pujangga jiwaku", kata mamanya sembari menampilkan senyumnya yang hangat.

"Pa, Syahrir punya cita-cita mulia lho! Syahrir ingin mendirikan sebuah sekolah, makanya Syahrir harus sekolah setinggi-tingginya", kata Syahrir ditengah-tengah perbincangan.

"Bercita-cita boleh asalkan jangan terlalu tinggi ya. Kamu tau sendirilah, kita keluarga yang sangat sederhana. Untuk makan saja harus ada effort lebih untuk memenuhinya", kata papanya.

Mendengar perkataan papanya itu, Syahrir terdiam sejenak dan ruang makan pun seketika menjadi hening, karena yang dikatakan papanya memang benar adanya. Hidupnya bagaikan tungkus lumus, namun ia memiliki keinginan yang begitu besar untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Sampai-sampai dia pernah mencoba memutuskan untuk mengamen di Hotel De Boer, hotel khusus untuk tamu-tamu kulit putih karena pada saat itu sangat sulit untuk mencari pekerjaan. 

Pada akhirnya, dia berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah MULO di Ajang pada, mengenyam sekolah dasar (ELS) dan sekolah menengah (MULO) terbaik di Medan. Kemudian, dia melanjutkan pendidikannya lagi ke lanjutan atas (AMS) di Bandung pada 1926, sekolah termahal di Hindia Belanda saat itu. Tak berhenti sampai  disitu, perjuangannya dalam bidang pendidikan dilanjutkan dengan bergabungnya ia dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil dari pementasan itu ia gunakan untuk mencukupi biaya sekolah yang dia dirikan, Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya Universitas Rakyat. Semangatnya sangat besar untuk pendidikan, menggelora tanpa batas. Tanpa biaya dari orang tua pun dia mampu berdiri sendiri. Semangatnya patut diacungi jempol, pemuda tangguh dengan tekad yang sungguh-sungguh.

--Disekolah--

"Kamu anak yang cerdas. Mahir dalam menganalisa. Cakap dalam bicara dan perdebatan. Selamat menjadi yang terbaik diantara yang terbaik, bintang kelas", kata guru Syahrir di sekolah AMS Bandung, menatap penuh kebanggaan dan memegang pundak Syahrir.

"Terimakasih pak. Hal ini sudah sepatutnya saya lakukan. Selain untuk memberi kebanggaan kepada orang tua, ini juga merupakan motivasi saya dalam program aksi pendidikan melek huruf secara gratis untuk anak anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja Volksuniversiteit. Saya harus selalu berusaha menjadi yang terbaik, agar kelak sekolah yang saya dirikan bisa ikut membantu dalam mengatasi buta huruf di Indonesia", kata Syahrir dengan penuh keyakinan.

...

"Hey, pemimpin redaksi majalah himpunan pemuda nasionalis berhenti!!!!", kata polisi I.

"Nah, ketangkep kamu. Ayo ikut saya dan jelaskan di kantor", kata polisi II.

--Dikantor polisi--

"Tolong jelaskan mengapa kamu membandel membaca koran yang mengandung berita tentang pemberontakan PKI? Koran yang ditempel pada papan dan selalu diamankan polisi agar tak dibaca pada pelajar disekolah malah kamu baca. Mengapa kamu baca, hah?!", kata polisi III menunjuk Syahrir.

"Maaf pak sebelumnya, saya hanya ingin mengetahui apa yang melatarbelakangi pemberontakan itu dan kenapa bisa terjadi? Apakah itu salah?", kata Syahrir.

"Tidak salah, tapi itu melanggar! Apa yang menjamin kalau kamu tidak akan meniru aksi-aksi yang tercela itu?", kata polisi III dengan nada tegas.

"Saya berani membuat penyataan, saya tidak akan mengikuti jejak tercela para PKI itu, dan saya ingin menjadi pemuda tangguh dalam memberantas para PKI!", kata Syahrir.

Setelah kejadian itu, Syahrir melanjutkan pendidikan ke Belanda di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam. Disana, Syahrir berusaha mendalami sosialisme. Secara sungguh-sungguh dia berkutat dengan teori-teori sosialisme.

Selain itu, Syahrir juga menceburkan diri dalam Perhimpunan Indonesia yang sedang dipimpin oleh Mohammad Hatta. 

--Masa pendudukan Jepang--

"Ayo, kita susun strategi untuk perang kali ini", kata Soekarno.

"Baik bung, saya siap membokong kau dari mana pun", kata Hatta.

"Aku akan membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Jepang tak mungkin memenangkan perang, oleh karena itu kaum pergerakan mesti meyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan disaat yang tepat", kata Syahrir.

Situasi berubah menjadi terang ketika Jepang semakin terdesak oleh pasukan sekutu.

"Bung, ada berita tentang perkembangan perang lingkungan kehidupan bahwa Jepang semakin terdesak oleh sekutu", kata Syahrir dengan sembunyi-sembunyi mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri.

"Baik, ayo kita matangkan persiapan untuk melawan Jepang", kata Hatta.

"Siap bung", kata Syahrir.

Syahrir yang sangat didukung oleh para pemuda, terus mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 15 Agustus karena Jepang sudah menyerah. Selain itu Syahrir juga sudah siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat. Namun, Soekarno dan Hatta belum mengetahui berita bahwa Jepang sudah menyerah.

"Inilah saatnya, ayo kobarkan api semangat juang dan jiwa raga kita untuk Indonesia tercinta", kata Syahrir.

"Tidak, ini bukanlah waktu yang tepat. Kita harus menunggu keterangan dari pihak Jepang, dan proklamasi itu mesti sesuai dengan lewat keputusan PPKI yang dihasilkan oleh Jepang. Seperti apa yang telah direncakan PPKI, kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan pada tanggal 24 September 1945", kata Soekarno.

"Tidak, inilah saatnya. Karena jika tidak, sikap ini bisa berdampak pada kemerdekaan RI. Dikhawatirkan kemerdekaan Indonesia dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI itu hasil pekerjaan Jepang", kata Syahrir membantah.

"Tidak, tidak, dan tidak. Sekali saya bilang tidak, ya tetap tidak! Ini belum saatnya. Ikuti saja apa yang saya katakan!", kata Soekarno dengan suara sedikit meninggi.

--Masa Revolusi Nasional Indonesia--

Masa Revolusi Indonesia membuat atmosfer amarah dan ketakutan, karenanya sulit untuk berpikir jernih. Dampaknya sedikit sekali tokoh yang punya pemikiran dan langkah strategis meyakinkan guna mengendalikan kecamuk revolusi. Pada saat itu, kita mempunyai dua orang dengan pemikirannya yang populer kemudian dianut banyak kalangan pejuang republik yaitu Tan Malaka dan Sutan Syahrir. Mereka berdua dinilai suci dari noda kolaborasi dengan Pemerintahan Fasis Jepang, meski akhirnya bertentangan jalan dalam memperjuangkan kedaulatan republik Indonesia.

"Baiklah, aku akan menulis. Sebuah risalah peta persoalan dalam revolusi Indonesia, sekaligus analisis ekonomi dan politik lingkungan kehidupan bubar Perang Lingkungan Kehidupan II. Perjuangan kita menghasilkan banyak kesadaran. Risalah itu ibarat pedoman dan peta yang berguna untuk mengemudikan kapal Republik Indonesia di tengah badai revolusi", kata Syahrir.

"Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis itu sebenarnya adalah fasisme, yaitu musuh terbesar kemajuan lingkungan kehidupan dan rakyat kita.", kata Syahrir, mencoba mengecam dan mengejek gaya agitasi massa Soekarno yang menurutnya tak membawa kejernihan.

--Penculikan--

Senja kala itu terlihat sadis, peristiwa yang mencengkam, sangat menakutkan. Terjadinya penculikan Syahrir pada tanggal 26 Juni 1946 di Surakarta. Gemuruh meluruh lantak bergelitiran. Angin seakan ingin menyerupai badai yang hampir merenggut seluruh isi dunia. Awan terlihat terpaksa menyelimuti seluruh lapisan sucinya.

"Apa ini? Apa-apaan ini?! Siapa kau?!!",kata syahrir kepada segerombol pria bertopeng sembari berusaha melepaskan ikatan-ikatan disekujur tubuhnya.

Mayor Jendral Soedarsono dan 14 pimpinan sipil perlahan membuka topeng-topengnya.

"Aku? Kau tanya tentang identitasku? Sekarang, apakah kau sudah mengenaliku?", kata Mayor Jendral Soedarsono.

"So..Soe..Soed... Soedarsono?", kata Syahrir terbata-bata.

"Ya, aku. Soedarsono. Kami adalah kelompok oposisi Persatuan Perjuangan yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan Kabinet Syahrir II dengan pemerintah Belanda", kata Soedarsono mewakili kelompoknya.

"Mengapa kau lakukan ini? Apa yang kau inginkan?",kata Syahrir.

"Kau mau tau alasannya? Karena hal itu sangat merugikan perjuangan Bangsa Indonesia. Kami menginginkan pengakuan kedaulatan penuh kemerdekaan, sedangkan kabinet yang berkuasa hanya menuntut pengakuan kedaulatan atas Jawa dan Madura", kata soedarsono.

Syahrir ditahan dan disekap di Paras. Mengetahui penculikan ini, Soekarno sangat marah.

"Segera perintahkan Polisi Surakarta untuk menangkap para pimpinan kelompokan tersebut!", kata Soekarno.

Akhirnya pada 1 Juli 1946, ke-14 pimpinan tersebut sukses ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan. Namun, pada 2 Juli 1946, tentara Divisi 3 yang dipimpin Mayor Jendral Soedarsono menyerbu kembali penjara Wirogunan dan memerdekakan ke-14 pimpinan penculikan tersebut.

"Kenapa semua ini bisa terjadi? Kalian sangat ceroboh! Cepat segera perintahkan Letnan Kolonel Soeharto, pimpinan tentara di Surakarta, untuk menangkap Mayjen Soedarsono dan pimpinan penculikan tersebut!",kata Soekarno.

"Tidak, aku menolak perintah ini karena aku tidak mau menangkap pimpinan atau atasannya sendiri. Aku hanya mau menangkap para pemberontak sekiranya mempunyai perintah langsung dari Kepala Staf militer RI, Jendral Soedirman", kata Lt. Kol. Soeharto.

"Dasar perwira koppig! Keras kepala sekali kau! Jika kau tak mau melakukan tugas ini, siapkan saja sebuah strategi untuk menjebak mereka", kata Soekarno

"Baiklah, saya akan menyusun strategi untuk masalah ini. Saya akan berpura-pura bersimpati pada pemberontakan dan menawarkan perlindungan pada Mayjen Soedarsono dan ke-14 orang pimpinan di markas resimen tentara di Wiyoro.", kata Lt. Kol. Soeharto.

--Malam harinya--

"Salam hormat mayor! Anda diminta untuk menghadap Presiden RI di Istana Presiden di Yogyakarta. Ayo mayor, kau sudah ditunggu!", kata Lt. Kol. Soeharto.

Secara sembunyi-sembunyi, Lt. Kol. Soeharto menghubungi pasukan pengawal Presiden dan memberitahukan strategi rencana kedatangan Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak. Akhirnya, pada 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak sukses dilucuti senjatanya dan ditangkap oleh pasukan pengawal presiden. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan pemberontakan 3 Juli 1946 yang gagal.

--Akhir hayat--

Setelah berlangsungnya kasus PRRI 1958, hubungan Sutan Syahrir dan Soekarno mengalami keretakan dan makin memburuk sampai pada ujungnya PSI dihentikan tahun 1960. Lalu, pada 1962-1965, Syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai menderita penyakit stroke. Tanggal 9 April 1966 dikenag sebagai hari yang sangat memilukan,  di mana Sutan Syahrir menghembuskan nafas terakhirnya di Swiss.

Suasana yang sangat mengiris jiwa hingga hampir menembus raga. Sekawan burung gagak mulai berkecambuk. Mengatakan pada dunia bahwa 'Seisi jagat raya, lihatlah salah seorang pejuang tangguhmu telah pergi meninggalkan bumi'. Selamat beristirahat dalam damai patriot pujangga tanah air. Pengorbananmu akan menjelma menjadi balutan aksara, yang tak disangka antologimu sebuah mahakarya. Tenang saja, bumi telah mencatat namamu didalam negeri, dan terkenang menjadi dongeng anak negeri. Ribuan terimakasih yang terucap untuk perjuangan yang sangat tertancap. Pahlawan, darah dan semangat juangmu akan selalu terkenang sepanjang masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun