Mohon tunggu...
nadia khumairoh
nadia khumairoh Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

hobi bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Prinsip-prinsip Belajar dan Faktor yang Memengaruhi Belajar

31 Mei 2024   21:12 Diperbarui: 31 Mei 2024   22:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip-Prinsip Belajar

Mengajar merupakan salah satu tanggung jawab seorang dosen atau guru. Latihan mengajar ini tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan; agar dapat berfungsi dengan baik, ia harus mematuhi prinsip-prinsip belajar mengajar tertentu. Oleh karena itu, untuk menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru harus memahami prinsip-prinsip pedoman belajar mengajar. Tindakan guru dapat diarahkan pada prioritas dengan mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran yang seharusnya ditentukan secara bertahap.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prinsip sebagai kebenaran yang menjadi landasan penalaran, tingkah laku, dan kegiatan lainnya. Belajar adalah upaya yang disengaja yang diperlukan untuk menambah informasi, mengembangkan kemampuan baru, meningkatkan perilaku dan sikap, serta membentengi kepribadian seseorang. Konteksnya adalah belajar bagaimana mendidik orang-orang bodoh. Interaksi manusia dengan alam menghasilkan pengalaman, dan pengalaman yang berulang-ulang menimbulkan pengetahuan.

Prinsip-prinsip pembelajaran dapat menyoroti batas-batas apa yang dapat dipelajari ketika melaksanakan pengajaran. Pengetahuan tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran juga dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang terbaik. Selain itu juga memupuk sikap-sikap yang diperlukan untuk membantu peningkatan belajar siswa secara efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dan pengembangan.

Pedoman atau prosedur yang harus diikuti untuk menyelesaikan tugas belajar dikenal dengan prinsip belajar. Jika siswa fokus pada prinsip-prinsip pembelajaran, mereka akan berhasil dalam studinya. Secara lebih ringkas. berikut adalah uraian prinsip-prinsip pembelajaran:

  • Prinsip Kesiapan ( Readiness )

Kesiapan siswa berdampak pada proses pembelajaran. Keadaan individu yang memungkinkannya untuk belajar itulah yang dimaksud dengan siap. Dalam hal ini, terdapat tingkat kesiapan belajar yang berbeda-beda untuk suatu pekerjaan tertentu. Jika seorang pelajar tidak siap untuk menyelesaikan tugas belajar, mereka akan kesulitan atau mungkin menyerah. Perkembangan fisik dan kematangan, kecerdasan, pengalaman sebelumnya, tujuan pembelajaran standar, dorongan, persepsi, dan elemen pendukung pembelajaran lainnya semuanya termasuk dalam kesiapan ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar siswa (43,04% sampel) masuk dalam kelompok kemampuan belajar cukup kuat, 30,38% diantaranya masuk dalam kategori kesiapan belajar rendah. Apabila mempertimbangkan kesiapan belajar dari sudut pandang kesiapan diri siswa juga, terlihat bahwa kesiapan belajar siswa masuk dalam rentang “cukup baik”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan “kesiapan diri” adalah sebagai berikut:

a) Tinjau catatan sebelumnya

b) Selesaikan pekerjaan rumah dan latihan

c) Tetap sehat jasmani dan rohani

d) Membahas materi yang akan dipelajari

e) Merumuskan pertanyaan; dan

f) Menyiapkan ruang belajar Anda.

Masalah kesehatan jasmani siswa yang membatasi kemampuannya menghadiri kelas dan melakukan kegiatan pendidikan termasuk dalam kesiapan jasmani. Siswa yang siap secara emosional mampu mengendalikan emosinya dan siap menghadapi stres yang mungkin berdampak pada fokus dan keinginan belajarnya. 

Kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial di sekolah dan dengan guru merupakan ukuran kesiapan sosialnya. Kemampuan siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran, serta menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang baru diperoleh dalam berbagai keadaan, disebut sebagai kesiapan kognitif.[6]

Sebaiknya siswa benar-benar “segar” sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, mengembangkan kebiasaan berpikir positif, dan terbebas dari pikiran negatif. Sebab, membiarkan pikiran negatif mempengaruhi pemikiran siswa hanya akan menimbulkan kerugian, misalnya membuat mereka tidak suka atau bersikap antagonis terhadap mata pelajaran yang diajarkan guru.

  • Prinsip Motivasi

Dalam konteks pembelajaran, motivasi mengacu pada upaya yang disengaja yang dilakukan oleh instruktur untuk menanamkan dalam diri siswa tujuan dan dukungan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Minat dan motivasi saling terkait erat. Siswa yang tertarik pada mata pelajaran tertentu biasanya akan menganggapnya menarik, yang akan memotivasi mereka untuk mempelajarinya lebih lanjut. Nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan dapat berdampak pada motivasi. Cita-cita ini mengubah motivasi dan perilaku.

Dorongan orang tua dalam belajar juga dapat menjadi sumber inspirasi atau motivasi bagi siswa untuk berprestasi di kelas dengan berinisiatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jelas dari gambaran hubungan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar ini adalah bahwa orang tua berada di garis depan dalam pendidikan dan bekerja erat dengan anak-anak ketika mereka menginternalisasikan sikap dan perilaku belajar. 

Di sini, anak berfungsi sebagai sarana mengarahkan perhatian dan menjadi tolok ukur kemajuan akademik anak. Siswa mungkin termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya, termasuk belajar, karena perhatian orang tuanya kepada anaknya.

Dalam kegiatan belajar, motivasi juga tidak kalah pentingnya. Jika seseorang memiliki keinginan yang tulus untuk belajar, maka usahanya akan berhasil. Dalam hal ini, motivasi terdiri dari dua unsur: mengetahui apa yang akan diteliti, memahami nilai penelitian. 

Kedua item ini merupakan komponen motivasi, yang berfungsi sebagai landasan pengalaman belajar yang sukses. Karena kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil tanpa kedua komponen tersebut.

Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup dapat bertindak tanpa adanya motivasi dari luar dirinya, itulah yang disebut dengan motivasi intrinsik, atau daya penggerak yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Sebaliknya jika motivasi intrinsiknya sedikit, maka ia memerlukan motivasi dari luar, yang dalam hal ini disebut ekstrinsik, atau dorongan yang ada di luar. 

Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku dan lain sebagainya. Kedua motivasi tersebut diperlukan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah siswa itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh keahlian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi siswa dapat dibangkitkan.

  • Prinsip Keaktifan

Pandangan psikologis bahwa semua informasi harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri didukung oleh prinsip aktif yang disebutkan di atas. Jiwa dimotivasi oleh keinginan, sehingga mempunyai energi sendiri dan mempunyai kemampuan untuk aktif. Oleh karena itu, dalam lingkungan belajar yang mengolah dan mencerna siswa berdasarkan minat, bakat, latar belakang, dan kemampuannya masing-masing, peran guru hanya sebatas menyediakan bahan pembelajaran untuk mendorong partisipasi siswa.[9]

Keterlibatan siswa dalam studi mereka. Sekadar duduk dan mendengarkan atau menatap sesuatu saja tidaklah cukup. Ide dan perilaku pribadi siswa harus dilibatkan dalam proses pembelajaran. Istilah “belajar” dan “aktif” membentuk pembelajaran aktif. Kata “aktivitas” berasal dari kata “keaktifan” yang berarti aktivitas dan kesibukan, serta awalan “ke-an”. 

Pembelajaran aktif diartikan sebagai usaha atau upaya yang melibatkan belajar dengan tekun. Di sisi lain, pembelajaran diartikan sebagai suatu tindakan atau keadaan yang memungkinkan siswa berpartisipasi secara aktif.

Siswa tidak dapat mempresentasikan atau mempublikasikan hasil kerja kelompok tanpa menyertakan pertanyaan dan tanggapan. Hal ini menunjukkan bahwa anak semakin mahir dalam mengungkapkan pikirannya, terbukti dari cara mereka mengajukan pertanyaan dan cara mereka mengajukan pertanyaan. Selain mendorong anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan, sering bertanya akan mempertajam dan memperluas keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat berarti bahwa tujuan spesifik adalah fokus dari teknik bertanya.

Dalam bidang pendidikan, siswa harus berpartisipasi aktif dalam segala aspek proses belajar mengajar selama berada di dalam kelas. Ada beberapa variasi dalam aktivitas ini. Dimulai dengan aktivitas fisik yang mudah diamati, kita beralih ke aktivitas psikologis yang lebih sulit dipantau. 

Membaca, menulis, melatih keterampilan, mendengarkan, dan tugas lainnya semuanya dapat dilakukan secara fisik. Contohnya seperti menggunakan kemampuan psikisnya untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, membandingkan ide yang satu dengan ide yang lain, menarik kesimpulan dari hasil eksperimen, dan lain sebagainya.[10]

  • Prinsip Keterlibatan Langsung dan Tujuan

Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa perlu memiliki gambaran mental yang jelas tentang tujuan pembelajaran dan bersedia untuk menerimanya. Tujuan seseorang adalah tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Jika siswa “mengalami sendiri apa yang dipelajarinya” dibandingkan dengan “mengetahuinya” dari materi guru, pembelajaran akan mempunyai nilai yang lebih besar. Konsep John Dewey tentang “belajar sambil melakukan” menyoroti pentingnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 

Siswa harus berpartisipasi aktif dalam pendidikan mereka dan mengalami pembelajaran melalui kegiatan langsung. Gagasan ini didasarkan pada gagasan bahwa siswa dapat belajar lebih banyak dengan berpartisipasi secara aktif dan proporsional dalam proses, dibandingkan hanya sekedar melihat informasi atau konsep.

Hal ini berkaitan dengan kepercayaan yang dianut oleh Konfusius, seorang filsuf Tiongkok, yang menyatakan bahwa seseorang melupakan apa yang didengarnya, mengingat apa yang dilihatnya, dan memahami apa yang dilakukannya. Pernyataan cerdik ini memperjelas betapa pentingnya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 

10% materi yang diajarkan di kelas dapat diingat oleh siswa jika pengajar hanya menggunakan ceramah dan siswa hanya mendengarkan. Siswa akan mengingat hingga 90% materi jika guru secara aktif melibatkan mereka dalam proyek kelompok dan mengharuskan mereka melaporkan temuan mereka.[12]

Dengan demikian, terbukti bahwa partisipasi aktif dalam proses pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan atau perkembangan hasil belajar. Namun harus diperjelas bahwa keterlibatan ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga lebih bersifat emosional, melibatkan proses kognitif dalam proses pembelajaran, apresiasi dalam penciptaan afektif, dan selama pelatihan.

  •  Prinsip Pengulangan, Evaluasi

Gagasan psikologis tentang kekuasaan adalah prinsip pembelajaran yang menghambat keinginan untuk mengulangi. Pemikiran ini berpendapat bahwa belajar adalah proses mengasah kemampuan manusia dalam persepsi, respon, ingatan, imajinasi, perasaan, berpikir, dan lain sebagainya. Kemampuan ini akan tumbuh seiring dengan latihan, seperti pisau yang terus diasah pada akhirnya akan menjadi tajam.

Pembelajaran harus diulangi oleh setiap siswa karena pembelajaran yang konsisten dan pengulangan materi akan meningkatkan pemahaman. Karena ini merupakan masa yang berkah, maka setiap peserta didik harus tetap mengulang pelajarannya pada awal dan akhir malam, yaitu antara waktu Isya dan waktu Sahur.

Melalui latihan, kekuatan dapat dikembangkan menjadi sempurna. Pembelajaran yang lebih signifikan secara keseluruhan dimungkinkan bila setiap fase dikuasai sepenuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih memerlukan pengulangan. Bagi siswa, konsep pengulangan menyiratkan bahwa mereka sadar akan kesediaan mereka untuk melakukan latihan berulang-ulang untuk suatu jenis kesulitan tertentu.

 Hal ini bertujuan agar dengan meningkatkan pemahaman tersebut, siswa tidak akan menganggap pengulangan itu membosankan. Menghafal komponen kimia setiap valensi, berlatih soal, mempelajari nama latin tumbuhan, atau mempelajari tahun terjadinya peristiwa sejarah merupakan contoh perilaku pembelajaran yang mengikuti konsep pengulangan. 

Umpan balik (tanya jawab) dan penguatan dimungkinkan melalui penggunaan format presentasi seperti tanya jawab, eksperimen, percakapan, dan pendekatan penemuan. Siswa akan terinspirasi untuk belajar dengan antusiasme yang lebih besar jika mereka menerima umpan balik setelah mereka menggunakan strategi pembelajaran yang menarik. Kualitas dan luasnya cakupan evaluasi dapat berdampak pada proses pembelajaran saat ini dan masa depan.

Dengan menyelesaikan tugas penilaian, orang dapat mengukur kemajuan mereka menuju tujuan mereka. Kebebasan menganalisis berdampak pada penilaian setiap orang terhadap proses pembelajaran. Kesadaran seseorang terhadap penampilan, motivasi belajar, dan kesiapan belajar semuanya dimasukkan dalam evaluasi. Orang-orang yang terlibat dengan orang lain pada dasarnya merefleksikan pengalaman pendidikan mereka, sehingga meningkatkan kapasitas mereka untuk mengevaluasi pengalaman tersebut.

  •  Prinsip Tantangan, Transfer, Retensi

Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik berada pada bidang psikologi. Ketika belajar, siswa menemui tujuan yang ingin mereka capai, namun selalu ada tantangan menguasai materi pelajaran yang mendorong mereka untuk mempelajari materi pelajaran agar dapat mengatasi tantangan tersebut.

Kendala yang dihadapi dalam sumber daya pendidikan menginspirasi siswa untuk mengatasinya. Siswa ditantang untuk mempelajari topik-topik baru karena mengandung banyak kesulitan yang perlu dipecahkan. Penggunaan metode eksperimental, berbasis inkuiri, dan penemuan mendorong siswa untuk menjalani pendidikan dengan lebih serius dan aktif. Siswa akan ditantang oleh penguatan positif dan negatif, yang akan memberi mereka insentif untuk mengikuti aturan atau mendapatkan hadiah.

Siswa pada akhirnya akan menerapkan apa yang mereka pelajari pada konteks baru. Retensi mengacu pada penggunaan keterampilan yang diperoleh sebagai hasil pembelajaran, sedangkan transfer mengacu pada penerimaan terhadap apa yang dipelajari siswa.

  • Perbedaan Individu

Karena tidak ada dua individu yang sama, setiap siswa adalah individu yang unik. Setiap murid unik dari yang lain. Variasi dalam pembelajaran ini berdampak pada cara siswa belajar serta seberapa baik mereka belajar. Penerapan pembelajaran di kelas seringkali memandang siswa sebagai individu yang mempunyai bakat rata-rata, kebiasaan, dan pengetahuan yang kurang lebih sama. Sistem pendidikan klasik yang digunakan di sekolah nampaknya kurang memperhatikan persoalan perbedaan individu.[18]

Pendidikan yang tidak menghiraukan perbedaan individu, dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, misalnya dengan memanfaatkan berbagai strategi dan taktik pembelajaran, metode pengajaran, pelajaran tambahan atau yang ditingkatkan untuk siswa yang cerdas, dan bantuan belajar untuk siswa yang kurang berprestasi. Tugas harus disesuaikan dengan minat dan tingkat keterampilan masing-masing siswa.

Setiap orang belajar secara berbeda, sehingga metode pengajaran harus mempertimbangkan perbedaan individu ini untuk mendukung siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran setinggi mungkin. Pendekatan pengajaran yang hanya berfokus pada satu tingkat sasaran tidak akan mampu memenuhi tuntutan setiap siswa. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan rencana pembelajaran dan tugas pembelajaran dengan sejarah, emosi, motivasi, dan bakat setiap siswa, guru harus menyadari faktor-faktor ini.[19]

Guru harus benar-benar mampu memahami sifat-sifat siswa agar mampu membantunya dalam mengikuti RPP yang diberikan. Demikian pula pendidik harus mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran sampai tuntas, yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga seluruh peserta didik, apapun latar belakang dan tingkat keahliannya, dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif. Guru perlu memperhatikan perbedaan individu ketika merencanakan pembelajaran untuk siswanya. Karena menghargai perbedaan individu merupakan prinsip dasar pembelajaran yang tidak dapat dikompromikan demi keberhasilan proses pembelajaran.

  • Prinsip Belajar Kognitif

“Pembelajaran kognitif melibatkan proses pengenalan dan/atau penemuan,” lanjut pernyataan itu. “Berpikir, menalar, menilai, dan membayangkan merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Pembelajaran kognitif meliputi asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan pemecahan masalah yang kemudian membentuk perilaku baru.” mental. Tugas mental yang berbeda diperlukan untuk tingkat kesulitan yang berbeda dalam proses pembelajaran.

  • Prinsip Belajar Afektif

Bagaimana seseorang merespons peristiwa baru merupakan fungsi dari proses belajar afektifnya. Nilai-nilai emosional, dorongan hati, minat, dan sikap semuanya merupakan bagian dari pembelajaran afektif. Ada kemungkinan bahwa siswa sering tidak menyadari pembelajaran afektif. Sebenarnya landasan awal dan wujud sikap, emosi, dorongan, minat, dan sikap individu termasuk dalam proses belajar afektif.

  • Prinsip Belajar Psikomotorik

Hal ini terkait dengan proses pembelajaran psikomotor yaitu kemampuan siswa dalam mengatur tindakan fisiknya. Pembelajaran mental dan fisik terkait dengan pembelajaran psikomotorik.

Dari segi komponen kognitif dan psikomotorik, siswa yang memiliki keterampilan gerak fisik dan kekuatan otot menunjukkan kemampuan psikomotorik yang lebih baik. Gerakan refleks, gerakan fundamental, kemampuan persepsi, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi non diskursif merupakan enam tingkatan keterampilan psikomotorik. Persiapan, proses, dan produk semuanya termasuk dalam penilaian hasil belajar psikomotorik. Tahapan penilaian diselesaikan melalui kegiatan observasi baik pada saat praktik maupun setelah praktik.

Dari pembahasan di atas terlihat jelas bahwa prinsip pembelajaran dapat menjadi pedoman bagi guru dalam mengambil keputusan yang terbaik. Selain itu juga memupuk sikap-sikap yang diperlukan untuk membantu peningkatan belajar siswa secara efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dan pengembangan. 

Prinsip-prinsip pembelajaran mencakup unsur-unsur berikut: perbedaan individu, pembelajaran afektif kognitif dan psikomotorik, motivasi, keaktifan, keterlibatan dan tujuan langsung, evaluasi dan pengulangan, masalah transfer dan retensi, dan kesiapan.

Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Karena pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah pendekatan yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran, maka faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri peserta didik dan dapat dilihat dari perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran. Belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Unsur-unsur ini mempunyai sumber eksternal dan internal.

Belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam factor. Faktor pembelajaran itu ada dua kategori, yaitu internal (berasal dari dalam) dan eksternal (berasal dari luar). Siswa itu sendiri mempengaruhi banyak elemen eksternal, dan lingkungan-lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat mempengaruhi banyak aspek eksternal juga. Kedua variabel ini berpotensi meningkatkan prestasi akademik seseorang.

  • Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi dua yaitu. faktor jasmaniah dan faktor psikologi.

a. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah ini terdiri atas tiga faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor kesehatan, cacat tubuh, dan faktor kelelahan.

b. Faktor Kesehatan

Bebas penyakit dan dalam kondisi kesehatan yang baik secara keseluruhan mengacu pada dianggap sehat. Kualitas menjadi sehat disebut kesehatan. Kesehatan seseorang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan belajarnya karena dapat mengganggu proses belajarnya. Selain itu, orang yang sedang sakit dan kurang bergairah bisa lebih cepat lelah. mudah pusing dan mengantuk bila badan lemah, darah sedikit, atau ada kelainan atau gangguan pada tubuh dan indra.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka harus terjamin kesehatan jasmaninya dengan selalu memperhatikan ketentuan mengenai bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan beribadah.

  • Cacat Tubuh

Segala sesuatu yang membuat tubuh kurang ideal atau kurang baik disebut cacat tubuh. Pembelajaran juga dipengaruhi oleh gangguan fisik. Selain itu yang bersangkutan adalah siswa dengan gangguan belajar. Untuk mencegah atau mengurangi dampak dari cacat tersebut, mereka harus memperoleh peralatan bantu atau mengikuti sekolah pendidikan khusus jika hal ini terjadi.[24]

  • Faktor Kelelahan

Meskipun sulit untuk membedakan dua jenis kelelahan yang dialami seseorang, kelelahan fisik dan spiritual adalah dua kategori tersebut. Kelelahan fisik bermanifestasi ketika tubuh kehilangan kekuatan dan cenderung berbaring. Hal ini juga meninggalkan tumpukan sisa hasil pembakaran di dalam tubuh, membuat aliran darah di area tertentu di tubuh menjadi kurang atau kurang lancar. 

Kelelahan spiritual, sebaliknya, bermanifestasi sebagai sikap apatis dan kebosanan, yang mengakibatkan hilangnya minat dan motivasi untuk berkreasi. Sakit kepala juga terasa ringan sehingga sulit fokus seolah-olah otak kehabisan tenaga. Kelelahan jasmani dan rohani dapat dihilangkan dengan cara:

(1) tidur

(2) istirahat

(3) berusaha belajar dan bekerja di berbagai lingkungan

(4) menggunakan obat-obatan yang meningkatkan sirkulasi darah, seperti obat gosok)

(5) reaksi dan ibadah yang teratur

(6) olahraga teratur

(7) jika kelelahan sangat parah, segera dapatkan bantuan medis, seperti dokter atau psikiater, dan lain-lain.[25]

b. Faktor Psikologis

    Faktor psikologis ini terdiri dari delapan faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan cara belajar.

  • Intelegensi/ Kecerdasan

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Kecerdasan seseorang mempunyai peranan besar dalam menentukan sukses atau tidaknya usaha akademisnya. Seorang siswa berpotensi mencapai prestasi tinggi bila IQ-nya normal atau di atas normal. Namun pada kenyataannya, kadang-kadang kita melihat siswa yang IQ-nya di atas rata-rata tetapi memperoleh hasil belajar yang sangat buruk bahkan ada yang gagal total.[26]

  • Perhatian

Perhatian adalah aktivitas mental yang dipertinggi dimana jiwa terkonsentrasi seluruhnya pada satu objek atau kumpulan objek yang berkaitan. Siswa perlu fokus pada konten yang mereka pelajari untuk memastikan bahwa mereka mempelajarinya dengan baik. Siswa akan menjadi bosan dan kehilangan minat belajar jika materi pelajaran tidak menarik atau menarik bagi mereka.

  • Minat

Kecenderungan yang bertahan lama untuk fokus dan mempertahankan aktivitas tertentu disebut minat. Pembelajaran sangat dipengaruhi oleh minat. Jika materi yang dipelajari tidak sejalan dengan minat siswa, maka tidak akan ada daya tarik bagi siswa untuk belajar sebanyak mungkin. Siswa tidak merasa pembelajarannya memuaskan dan enggan mempelajarinya. Karena rasa ingin tahu mendorong lebih banyak aktivitas siswa, materi pembelajaran yang menarik minat mereka akan lebih mudah dipelajari dan diingat.

  • Bakat

Bakat adalah potensi atau bakat yang jika diberi kesempatan untuk berkembang melalui pendidikan, akan terwujud menjadi suatu keterampilan yang sesungguhnya. Akan sulit bagi seseorang yang tidak memiliki bakat untuk mempelajari sesuatu secara menyeluruh. Dalam Slamet, Hilgard mengartikan “bakat” sebagai kapasitas untuk belajar. Kemampuan ini tidak akan berfungsi sepenuhnya sampai dipelajari atau dipraktikkan.

Siswa akan belajar lebih efektif dan lebih terlibat dalam studi mereka jika mata pelajaran yang mereka pelajari selaras dengan bakat mereka. Hal ini karena mereka akan menganggap belajar itu menyenangkan. Memahami bakat siswa sangatlah penting karena memungkinkan Anda untuk memberikan tugas dengan cara yang paling sesuai dengan gaya belajar siswa.

  • Motif

Motifasi yang mendorong dan meresapi seluruh tindakan dan upaya individu untuk mencapai suatu tujuan dikenal sebagai motifnya. Seseorang dengan keinginan besar untuk belajar. Hal ini akan meningkatkan ikhtiar dan aktivitas mereka guna mencapai kesuksesan yang besar. Tujuan yang harus dicapai berkaitan erat dengan motivasi. Kita bisa mewujudkan suatu tujuan yang telah Anda tetapkan untuk diri kita sendiri atau tidak, namun untuk mencapainya, Anda harus mengambil tindakan, dan motivasi di balik tindakan tersebut adalah tujuan itu sendiri.

Untuk belajar, seseorang harus mempunyai motivasi yang benar-benar kuat. Latihan dan kebiasaan sangat penting dalam pembelajaran karena membantu membentuk motivasi yang kuat melalui pengulangan dan penguatan dari lingkungan.

  • Kematangan

Seseorang mencapai kematangan pada titik perkembangannya ketika organ-organ tubuhnya siap untuk melakukan tugas-tugas baru. Anak-anak memerlukan latihan dan pelajaran agar cukup dewasa untuk melakukan aktivitas sendiri; mereka tidak dapat mencapai hal ini sendirian. Dengan kata lain, anak-anak muda yang sudah cukup dewasa tidak dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari sebelum mereka siap.

  • Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.[28]

  • Keluarga
  • Relasi antara keluarga

Ikatan antara orang tua dan anak-anaknya merupakan ikatan yang paling signifikan di antara anggota keluarga. Selain itu, cara anak berinteraksi dengan saudaranya atau anggota keluarga lainnya memengaruhi seberapa baik mereka belajar. Pada kenyataannya, hubungan antar anggota keluarga terikat erat dengan saudara mereka atau keluarga lain, terlepas dari sifat hubungan tersebut apakah itu cinta dan pengertian atau kebencian. juga mempengaruhi pembelajaran anak-anak. 

Kenyataannya, cara orang tua mendidik anak mereka mempunyai dampak yang signifikan terhadap sifat hubungan antar anggota keluarga, terlepas dari apakah itu hubungan cinta dan pengertian atau permusuhan. Membangun ikatan yang kuat dalam keluarga anak sangat penting untuk keberhasilan anak dan kelancaran proses belajar. Kemitraan yang sehat adalah salah satunya

  •  Suasana Rumah

Yang dimaksud dengan “suasana rumah” adalah keadaan atau kejadian rutin dalam rumah tangga tempat anak tumbuh dan belajar. Secara tidak sengaja, suasana rumah juga memainkan peran penting. Anak tidak bisa belajar dengan tenang di lingkungan yang ramai, riuh, atau kacau. Agar anak dapat belajar melalui penciptaan lingkungan rumah yang tenang dan tenteram, selain betah, ia juga harus mampu belajar secara efektif.

  • Keadaan Ekonomi Keluarga

Status keuangan keluarga berdampak langsung pada pendidikan anak. Selain memperoleh kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, kesehatan, dan lain sebagainya, anak yang bersekolah juga memerlukan sumber belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku, dan lain sebagainya. Situasi keuangan keluarga harus memungkinkan penyediaan sumber daya pendidikan tersebut.

  • Pengertian Orang Tua

Anak-anak tumbuh bergantung pada orang tua mereka untuk dukungan dan perhatian. Jika seorang anak sedang belajar, usahakan untuk tidak terganggu oleh pekerjaan rumah. Anak-anak terkadang kurang antusias, dan orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendukung dan memahami mereka serta membantu sebisa mungkin menghadapi tantangan yang dihadapi anak di sekolah. Orang tua harus menindak lanjuti dengan guru anak mereka untuk menanyakan kemajuan mereka.[29]

  • Latar Belakang Kebudayaan

Sikap anak terhadap belajar dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga atau pencapaian pendidikan. Penting untuk menciptakan kebiasaan positif pada anak untuk memicu rasa ingin tahu mereka dalam belajar.

  • Sekolah
  • Metode Mengajar

Metode pengajaran adalah prosedur yang perlu digunakan ketika mengajar. Tujuan pengajaran adalah untuk menciptakan lingkungan yang tepat sehingga siswa dan guru dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pengajaran yang tidak efektif yang digunakan oleh seorang guru juga akan berdampak negatif terhadap pembe  lajaran siswa.

Strategi pembelajaran perlu sespesifik mungkin untuk memastikan bahwa siswa belajar secara efektif. sesukses dan seefisien mungkin, karena pendidik yang berpikiran maju tidak takut bereksperimen dengan pendekatan berbeda yang meningkatkan pengajaran dan meningkatkan keinginan siswa untuk belajar.

  • Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat latihan yang ditugaskan kepada siswa. Agar siswa dapat menerima, menguasai, dan mengembangkan materi pembelajaran, sebagian besar tugas tersebut memerlukan penyajian materi. Pembelajaran siswa dipengaruhi oleh materi pelajaran. 

Kurikulum yang di bawah standar menghambat kemampuan siswa untuk belajar. Proses belajar mengajar pada sistem pendidikan saat ini harus mengutamakan kebutuhan peserta didik. Untuk menunjang pembelajaran individu siswa, guru harus mempunyai perencanaan yang matang dan pemahaman yang menyeluruh terhadap individunya.

  • Relasi Guru dengan Siswa

Ketika ada dinamika guru-siswa yang positif, siswa termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang diajarkan kepada mereka dan akan menganggap gurunya menyenangkan. Hal sebaliknya juga terjadi: jika seorang siswa meremehkan gurunya, ia akan kesulitan mempelajari mata pelajaran yang diajarkannya, sehingga menghambat kemajuan akademiknya.

  • Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang menunjukkan sifat atau tindakan yang menjengkelkan teman-temannya, kurang percaya diri, atau mengalami stres internal akan dijauhi oleh kelompok. Akibatnya, masalah ini semakin parah dan menghambat pembelajaran. Selain itu, ia berhenti semangat bersekolah karena alasan yang tidak ada hubungannya, seperti diperlakukan buruk oleh teman-temannya. Agar pembelajaran siswa dapat berdampak positif, sangat penting bagi siswa untuk menjalin hubungan yang kuat satu sama lain.

  • Disiplin Sekolah

Pembelajaran dan kerajinan siswa terkait erat dengan disiplin sekolah. Penegakan peraturan oleh guru, kedisiplinan pegawai dalam tugas-tugas administrasi, serta pemeliharaan kebersihan dan ketertiban ruang kelas dan gedung sekolah merupakan contoh dari disiplin sekolah. Oleh karena itu, anak perlu rajin belajar di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan agar dapat menguasai materi yang lebih sulit. Guru dan anggota staf lainnya perlu didisiplinkan agar siswa dapat disiplin.

  • Alat Pelajaran

Karena siswa menggunakan sumber belajar yang sama dengan yang digunakan guru untuk mengajarkan informasi, terdapat hubungan langsung antara cara siswa belajar dan sumber daya yang digunakan guru. Penerimaan materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa akan difasilitasi oleh sumber belajar yang komprehensif dan sesuai. Pembelajaran siswa akan menjadi lebih canggih dan aktif jika mereka siap menerima dan menguasai pelajaran.

  • Waktu Sekolah

Proses belajar mengajar berlangsung pada jam sekolah, bisa pagi, siang, atau malam hari. Waktu sekolah juga berdampak pada pembelajaran anak. Misalnya anak yang diwajibkan masuk sekolah pada sore hari, kurang bertanggung jawab karena harus istirahat namun tetap harus berangkat sehingga menyebabkan mereka tiba di sekolah dalam keadaan kelelahan. Oleh karena itu, memilih waktu yang ideal untuk sekolah akan meningkatkan pembelajaran.

  • Masyarakat
  • Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Partisipasi siswa dalam masyarakat dapat membantu pertumbuhan pribadi mereka. Namun pembelajaran siswa akan terganggu jika mereka terlalu banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, seperti organisasi, sosial, keagamaan, dan acara lainnya, apalagi jika mereka memiliki kemampuan manajemen waktu yang buruk.

  • Media Masa

Film, TV, radio, surat kabar, majalah, buku, komik, dan lainnya adalah contoh media massa. Meskipun media massa yang negatif juga mempunyai dampak buruk terhadap siswa, media massa yang positif mempunyai dampak positif terhadap anak-anak dan pembelajaran mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan arahan dan pengawasan yang masuk akal kepada anak-anak mereka di rumah, ruang kelas, dan masyarakat untuk mencegah terjadinya kesalahan.

  • Teman Bergaul

Sungguh mengejutkan betapa pengaruh teman bergaul siswa dapat menembus semangatnya. Siswa akan mendapat manfaat jika mempunyai teman yang baik, dan sebaliknya, teman yang buruk tentu juga akan membawa dampak negatif.

  • Bentuk Kehidupan Masyarakat

Komunitas tempat anak-anak tinggal juga berdampak pada pembelajaran mereka. Komunitas yang terdiri dari orang-orang jahil, suka berjudi, pencuri, dan orang-orang jahat lainnya akan berdampak negatif terhadap generasi muda (pelajar) di sekitarnya. Anak-anak dan pelajar tertarik untuk meniru tindakan orang lain di sekitar mereka.

  • Lingkungan Sekitar

Lingkungan sekitar, bangunan tempat tinggal, pola transportasi, dan lain sebagainya. Misalnya, struktur perumahan sempit, dan terdapat lalu lintas yang bising, pergerakan orang yang terus-menerus, kebisingan pabrik, polusi udara, dan iklim yang sangat panas. Semua faktor tersebut mungkin saja dapat menurunkan semangat dan minat belajar seseorang. 

Sebaliknya lokasi yang tenang dengan lingkungan yang sejuk akan membantu dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa mungkin akan lebih tinggi pada lingkungan yang damai, alami, dan berhawa sejuk karena mempengaruhi segarnya semangat mereka. Hal ini berbeda dengan tempat yang bising, kotor, dan panas.

Dari pembahasan di atas terlihat jelas bahwa belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Unsur pembelajaran itu ada dua kategori, yaitu internal (berasal dari dalam) dan eksternal (berasal dari luar). Siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap unsur internal, sedangkan lingkungan eksternal mempunyai pengaruh terhadap faktor eksternal. Ada dua kategori faktor internal: psikologis dan fisik. Ada tiga kategori kekuatan eksternal: masalah komunitas, sekolah, dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun