Album: A View from the Top of the WorldÂ
Lagu ini sama sekali tidak sedih secara tersurat. Tapi buat saya, dinamika di lagu ini benar-benar emosional dan bikin saya terharu.
Dari liriknya, lagu ini menggambarkan seseorang yang menempuh banyak rintangan bak mendaki gunung tinggi yang kelihatannya mustahil dan sempat gagal, tetapi tetap dijalani.
Dinamika lagu pun memberi kesan demikian. Di awal lagu seolah pendengar dihadapkan dengan gunung yang sangat tinggi dan mulai mendaki dari bawah. Selain lewat lirik, kesan ini juga dengan sempurna disampaikan lewat musiknya.
Lagi-lagi, ini bukan lagu easy listening yang langsung bikin kita cinta dalam sekali dengar. Bahkan, pertama kali mendengarnya saya sempat berpikir lagu ini "overrated"Â dan kepanjangan. Bayangkan, durasinya 20 menit!
Saya butuh sekitar lima kali plus satu kali menonton langsung baru bisa mulai meresapi lagu ini. Tapi sekali sudah jatuh hati, saya susah bangkit. Liriknya luar biasa powerful.
Bagian yang paling saya suka adalah bagian outro yang liriknya sebagai berikut:
"The moment that you recognize is where your limits lie, hanging on the brink of death, you're never more alive. When you reach the pinnacle the world is at your feet, welcome to the mind unleash. The Invisible is never out of reach. When barriers are broken, greatness is achieved. Self-belief will build a life of legacy."
Sampai tulisan ini dibuat, saya masih merasakan efek "achieve something" di akhir lagu dan rasanya memuaskan sekali.
Selain itu, ketika menonton langsung Dream Theater memainkan lagu ini di atas panggung, saya seperti merasakan mereka menumpahkan segalanya untuk lagu masterpiece ini.
Rating sedih: 5.5. Lagu ini bukan sedih secara harfiah, tapi lebih pada terharu karena perasaan "achieve something" tadi dan memberi kesan bahwa kita bisa lho menghadapi tantangan yang mustahil sekalipun.Â