Mohon tunggu...
Nabilla Tashandra
Nabilla Tashandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Laman iseng. Senang memerhatikan dan mengomentari hal acak, banyak mendengar musik tapi bukan pemusik. Bukan juga jurnalis musik.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

8 Lagu Dream Theater Paling Sedih dan Emosional

23 Oktober 2023   23:57 Diperbarui: 26 Oktober 2023   00:25 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gitaris John Petrucci, vokalis James LaBrie, dan Bassist John Myung/INSTAGRAM @DREAMTHEATEROFFICIAL

Tulisan ini saya buat spontan saja, tak lama setelah salah satu lagu terpopuler Dream Theater, The Spirit Carries On, secara acak terputar di YouTube Music saya  di sela kerja.

Lagu ini bukan lagu Dream Theater terfavorit saya, not even in the top 10. Mungkin juga sama bagi banyak penggemar Dream Theater lainnya. Tapi mayoritas pasti setuju jika lagu ini dinobatkan sebagai salah satu lagu Dream Theater paling sedih atau emosional.

Roller coaster emotion yang dihantarkan lewat lagu berdurasi 6.39 menit itu begitu luar biasa dan rasanya tak berlebihan menyebutnya sebagai salah satu lagu terbaik dunia abad ini.

Agak subyektif memang, sebab saya penggemar (lumayan) garis keras. Tapi cobalah mendengarnya sendiri agar bisa menilai.

Dan, The Spirit Carries On bukan satu-satunya lagu emosional Dream Theater. Masih banyak. Bukan semata karena lirik, tapi juga karena instrumen di baliknya yang begitu menyentuh.

Itulah yang membuat saya, lagi-lagi, secara spontan saja, kepikiran untuk membuat daftar lagu paling sedih dan emosional dari Dream Theater, setidaknya yang saat tulisan ini ditayangkan masuk daftar top of mind. Soalnya lagu mereka sudah terlalu banyak untuk diingat dalam satu waktu.

BACA JUGA: Keranjingan Nonton Langsung Para Maestro

Disclaimer, saya bukan musisi. Jadi opini dalam tulisan ini murni didasari kecintaan saya saja dengan musik dan interpretasi awam.

Lagi-lagi, subyektif. Tapi jika ada yang bisa memberi upvote atau downvote untuk daftar ini, saya akan sangat senang.

Daftar lagu Dream Theater paling sedih dan emosional

8. The Alien

Album: A View from the Top of the World 

Sebelum kecewa, lagu ini sebetulnya sama sekali tak bikin sedih terutama jika dilihat dari liriknya yang lebih-kurang soal kemanusiaan dan sosok yang mencari planet atau tempat tinggal baru karena tempatnya tinggal sudah hopeless.

Tapi gara-gara kenal Dream Theater, saya jadi percaya bahwa yang membuat suatu lagu terkesan sedih dan emosional tak melulu karena liriknya, tapi juga karena instrumennya dan bagaimana si musisi memainkan nada.

Pernah merasakan mata berkaca-kaca saking indahnya lagu yang lagi kita dengar? Itu yang saya rasakan ketika mendengarkan gitar solonya Petrucci yang ada di intro dan outro lagu ini.

Alasannya pribadi sekali, karena The Alien adalah lagu pertama Dream Theater yang saya dengar secara langsung di konser Dream Theater pertama saya. Seorang John Petrucci memainkan solo itu di depan mata saya. Apalagi belum lama dari waktu saya menonton konser itu, The Alien baru saja resmi memenangkan salah satu kategori Grammy.

Apapun kritik para penggemar terhadap lagu ini, The Alien tetaplah lagu pertama mereka yang diganjar Grammy. Untuk alasan itulah lagu ini begitu spesial buat saya. Setiap mendengarkan lagu ini, pikiran saya selalu kembali ke momentum luar biasa itu.

Meski begitu, saya tetap merekomendasikan siapapun untuk tetap mendengarkan lagu ini. Meskipun, seperti tipikal lagu Dream Theater, jangan harap langsung jatuh cinta ketika pertama kali mendengarkannya. Saya tak bisa bilang lagu ini easy listening.

Rating sedih: 4/10.

7. X Aspect

Album: The Astonishing

Keyboardist Jordan Rudess memang salah satu yang paling ahli menciptakan nada-nada indah lewat keyboard miliknya.

Termasuk pada intro piano di lagu ini yang durasinya sangat singkat, tak sampai 1 menit 40 detik, tapi indahnya luar biasa.

Oh ya, lagu ini adalah bagian dari album konsep The Astonishing yang durasi totalnya mencapai dua jam. Jadi, membaca potongan lirik lagu ini saja tanpa mengetahui cerita umum dari albumnya mungkin akan bikin bingung. Sementara jika mendengar keseluruhannya, sebagian dari kita mungkin akan paham bahwa lagu ini adalah transisi antar-adegan.

Terlepas dari piano pada intro, cobalah dengar dari awal sampai akhir. Betapa lagu ini begitu "kaya".

BACA JUGA: Nonton Konser Sampai ke Luar Negeri, Ngapain?

Di awal lagu, kita "cuma" disuguhi alunan piano. Kemudian, sayup-sayup angelic voice James LaBrie masuk, diiringi bagpipe yang terdengar klasik dan memberikan kita gambaran tentang latar tahun kisah ini.

Perlahan instrumen lain masuk, berpadu apik dengan suara tinggi LaBrie. Terakhir, lagu ini kembali ditutup bagpipe yang mengantarkan pendengar ke adegan berikutnya.

Rating sedih: 4.5/10. Lagu ini sebetulnya tidak sedih-sedih amat, apalagi liriknya adalah dialog dari keseluruhan cerita sehingga tidak relate bagi banyak orang. Tapi saking cantiknya intro piano Jordan, seringkali saat mendengarnya saya seperti merasa terbang.


6. At Wit's End

Album: Distance over Time 

Bagi first timer, pasti langsung tidak setuju lagu ini disebut "lagu sedih" jika mendengarkan intronya yang meletup-letup penuh semangat.

Lagi-lagi, yang membuat mata berkaca-kaca beberapa kali saat mendengarkan lagu ini adalah solo outro John Petrucci di sekitar menit 5.50-an yang begitu emosional saking indahnya. Meskipun emosinya perlahan sudah naik di sekitar menit 4.40-an.

Saya tidak sendiri. Di salah satu video At Wit's End yang mereka unggah ke YouTube, seorang penonton sampai meninggalkan komentar yang bunyinya lebih-kurang begini: "(Gitaris) John Petrucci benar-benar bikin gitarnya menangis".

Rating sedih: 5.5/10. Meski tidak sedih-sedih amat, tapi perpaduan solo outro Petrucci dan vokal nada tinggi LaBrie yang merintihkan "don't leave me now" rasanya begitu padu, ditutup solo yang sayup-sayup menghilang bikin pendengar melamun. 

5. A View from the Top of the World

Album: A View from the Top of the World 

Lagu ini sama sekali tidak sedih secara tersurat. Tapi buat saya, dinamika di lagu ini benar-benar emosional dan bikin saya terharu.

Dari liriknya, lagu ini menggambarkan seseorang yang menempuh banyak rintangan bak mendaki gunung tinggi yang kelihatannya mustahil dan sempat gagal, tetapi tetap dijalani.

Dinamika lagu pun memberi kesan demikian. Di awal lagu seolah pendengar dihadapkan dengan gunung yang sangat tinggi dan mulai mendaki dari bawah. Selain lewat lirik, kesan ini juga dengan sempurna disampaikan lewat musiknya.

Lagi-lagi, ini bukan lagu easy listening yang langsung bikin kita cinta dalam sekali dengar. Bahkan, pertama kali mendengarnya saya sempat berpikir lagu ini "overrated" dan kepanjangan. Bayangkan, durasinya 20 menit!

Saya butuh sekitar lima kali plus satu kali menonton langsung baru bisa mulai meresapi lagu ini. Tapi sekali sudah jatuh hati, saya susah bangkit. Liriknya luar biasa powerful.

Bagian yang paling saya suka adalah bagian outro yang liriknya sebagai berikut:

"The moment that you recognize is where your limits lie, hanging on the brink of death, you're never more alive. When you reach the pinnacle the world is at your feet, welcome to the mind unleash. The Invisible is never out of reach. When barriers are broken, greatness is achieved. Self-belief will build a life of legacy."

Sampai tulisan ini dibuat, saya masih merasakan efek "achieve something" di akhir lagu dan rasanya memuaskan sekali.

Selain itu, ketika menonton langsung Dream Theater memainkan lagu ini di atas panggung, saya seperti merasakan mereka menumpahkan segalanya untuk lagu masterpiece ini.

Rating sedih: 5.5. Lagu ini bukan sedih secara harfiah, tapi lebih pada terharu karena perasaan "achieve something" tadi dan memberi kesan bahwa kita bisa lho menghadapi tantangan yang mustahil sekalipun. 

4. Far from Heaven

Album: A Dramatic Turn of Events 

Dari judulnya sudah cukup jelas bukan apa yang bikin lagu ini dikategorikan "sedih"?

Lagu ini kesannya hopeless sekali, sampai-sampai saya rasa cocok jadi soundtrack film religi. Alunan piano tipis-tipis jadi satu-satunya instrumen yang kita dengar di lagu ini, membuat kesan "hopeless" itu kian sempurna.

Seolah masih belum cukup, potongan liriknya pun menyebut diksi itu.

"Every day I put a brave face on, serves me well. Feeling helpless, facing it alone. Hard to tell, that I can't change who I am, how I feel. There's no end."

Bagian verse terakhir pun terasa seperti puncak rasa hopeless, kehilangan, dan penyesalan itu. Liriknya seperti ini: "You can't imagine, the hell I'm going through. Not asking you to save me. I'm too far from Heaven!"

Rating sedih: 6.5/10

3. The Best of Times

Album: Black Clouds & Silver Linings 

Lagu ballad Dream Theater ini terasa emosional dari segala aspek, baik lirik, vokal, instrumen, maupun cerita di baliknya. Semuanya dikemas secara sempurna.

The Best of Times ditulis oleh eks drummer Mike Portnoy untuk ayahnya yang meninggal karena kanker. Liriknya menggambarkan bagaimana dia mengingat lagi momen-momen indah dengan ayahnya semasa hidup.

Saking emosionalnya buat Portnoy, lagu ini tidak pernah Dream Theater dibawakan secara langsung.

Rating sedih: 8/10


2. VIII. Losing Time / Grand Finale

Album: Six Degrees of Inner Turbulence 

Selain The Alien, lagu ini yang membuat saya menangis saat menonton langsung konser Dream Theater.

Tapi kesan sedihnya lebih dalam, karena lagu ini memang menggambarkan rasa kesepian, detachment, dan erat kaitannya dengan kesehatan mental. 

Apalagi di awal lagu, liriknya menceritakan seorang perempuan berbusana serba hitam, yang selain hitam identik dengan kondisi mental tertentu, saya juga sering berpakaian serba hitam haha...sehingga membuatnya semakin relate.

Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi kondisi seperti kesepian dan kesehatan mentah toh masalah banyak orang seiring bertambah usia, bukan?

BACA JUGA: 25 Tahun Album Debut System of a Down, Mengenang Lahirnya Kelompok Musik Unik nan Eksentrik

Elemen paling kuat yang menurut saya membuat lagu ini terdengar emosional, selain dari lirik, adalah karena full orchestra yang membuatnya terdengar begitu grande dan vokal LaBrie yang luar biasa indah. Terutama ketika dia memainkan nada-nada tinggi. Tapi bagian awal lagu tak kalah memukau karena LaBrie membuka dengan angelic voice cantiknya di nada rendah.

Rating sedih: 8.5/10. Sempurna untuk lagu penutup album. Meskipun liriknya terkesan menyedihkan, tapi bagian-bagian akhir lagu cukup meninggalkan kesan harapan dan terasa, seperti judulnya, "grande finale".

1. The Spirit Carries On

Album: Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory 

Bagi penggemar Dream Theater, terutama para die hard, lagu ini mungkin tak bakal keluar dari mulut mereka jika ditanya "sebut lima judul lagu Dream Theater terfavoritmu". Saya cukup berani menjamin. Meski bukan die hard, saya pun akan menjawab demikian.

Bahkan, sampai detik ini saya masih beranggapan sayang jika durasi konser mereka dipakai untuk lagu The Spirit Carries On. Soalnya ada banyak judul yang lebih saya ingin tonton secara langsung ketimbang lagu ini.

Meski demikian, saya juga cukup berani jamin kalau hampir semua penggemar Dream Theater bakal sepakat bahwa lagu ini salah satu atau mungkin yang paling emosional.

Liriknya seolah "cherising death" alias merayakan kematian. Saya, dan mungkin banyak penggemar lainnya, ingin lagu ini diputar pada upacara pemakaman nanti.

Meski begitu, kematian tetaplah kematian. Setiap bagian liriknya meski terkesan merayakan kematian, tetaplah emosional.

Buat saya, bagian paling emosional, selain gitar solo Petrucci di tengah lagu, adalah bagian bridge, yang bunyi liriknya seperti ini: 

"Move on, be brave. Don't weep at my grave. Because I am no longer here. But please never let your memory of me disappear."

Ah, menyayat betul. Sekaligus indah. Agak berlebihan kedengarannya, tapi saya bisa berlinang air mata membayangkan orang tercinta pergi, tapi meninggalkan catatan seperti ini buat saya yang sedang menangisi kepergiannya.

Lagu ini hampir tidak pernah gagal membuat saya menangis setiap diputar. Rasanya sempurna dari awal sampai akhir. Terutama ketika bridge itu diikuti gitar solo epic dari Petrucci dan dilanjutkan chorus yang menyiratkan harapan.

Cobalah dengar untuk membuktikannya. Tapi jika itu pertama kali Anda mendengarkannya, cobalah mendengarkan sedikitnya dua kali, supaya emosi lagu ini benar-benar tersampaikan. 

Omong-omong, 26 Oktober 2023 adalah anniversary album ini yang ke-24 tahun. Saya tidak sabar untuk merayakannya dengan memutar langsung seisi albumnya dan tenggelam di dalamnya.

Rating sedih: 10/10


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun