Mohon tunggu...
Nabilla Annasywa
Nabilla Annasywa Mohon Tunggu... Novelis - Pelajar | Blogger | Novelis

Halo, aku Nabilla. Welcome to my profile, I'll get you some interesting stories.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari, Langit, dan Awan

5 Januari 2024   10:55 Diperbarui: 5 Januari 2024   11:03 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa?" Tanya Clarissa penasaran.

Zayn mengajak Clarissa untuk duduk terlebih dahulu di kursi taman. Clarissa pun menurutinya.

Mereka duduk di kursi taman sekolah. Zayn menarik napas panjang kemudian membuangnya perlahan. Ia mengumpulkan keberanian untuk berbicara kepada Clarissa. 

Clarissa hanya menunggu sambil keheranan. "Nih orang kenapa sih?" Batinnya.

Pertanyaan pun keluar dari mulut Zayn. "Gue ngeliat lo lari-larian cepet banget kemarin sore. Gue cuma khawatir lo kenapa-napa." Zayn pun menyambung kalimatnya. "Lo kenapa, Sa?"

Clarissa terdiam. Dia sama sekali belum menceritakan hal ini kepada siapapun. Namun, entah kenapa ia merasa Zayn adalah orang yang tepat untuknya bercerita. Zayn terlihat seperti pendengar yang baik.

"Gue cuma sedih keluarga gue gak pernah ngumpul bareng. Dari kecil, gue lebih sering di rumah sama ART gue. Buat dapetin moment sarapan sekeluarga aja kayaknya langka banget. Gue gak butuh harta yang berlimpah. Gue cuma pengen ngerasain hangatnya keluarga." Jawab Clarissa sambil menahan air matanya.

Zayn terdiam mendengar jawaban Clarissa. Sejujurnya, Zayn tak pernah berada di situasi Clarissa saat ini. Orang tuanya masih sering berada di rumah. Meskipun sesekali ayahnya ada perjalanan bisnis ke luar negeri.

"Sa, lo jangan ngerasa kesepian. Lo punya sahabat-sahabat yang selalu perhatian sama lo." Zayn menjeda kata-katanya. "Kalo lo mau, gue bisa kok jadi pendengar buat lo." Sambung Zayn.

Clarissa melihat ke arah Zayn. Apakah  yang dikatakan Zayn itu benar?

"Hah, gimana?" Tanya Clarissa memastikan. Ia khawatir hanya salah dengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun