Bel pun berbunyi. Menandakan bahwa semua siswa dan siswi diizinkan untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Disaat teman-teman yang lain memilih untuk kembali ke rumah mereka, keempat sahabat ini tampaknya masih berkumpul di kantin sekolahnya.Â
Clarissa masih tidak memberitahu apa yang ia rasakan. Ia hanya tak ingin membuat sahabat-sahabatnya itu khawatir dengan dirinya. Ia ingin selalu terlihat ceria di depan ketiga sahabatnya.Â
"Sa, kalo lo ada apa-apa lo bisa cerita ke kita. Kita ini sahabat lo. Lo bisa ceritain apapun ke kita. Tenang aja, kita bakal dengerin dan kasih nasehat sebisa kita kok." Ucap Ghina sambil menaruh tangannya di meja kantin dan menatap kedua bola mata Clarissa. Ghina memang bisa dibilang memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Berbeda dengan Erina dan Farrah yang sedikit cerewet dan ceplas ceplos.
Clarissa menaikkan wajahnya. Ia melihat raut wajah Ghina yang menatap matanya dengan tatapan khawatir. "Gue gapapa. Kemarin gue cuma lagi banyak pikiran aja. Jadinya, gue gak bisa mengontrol emosi gue sendiri." Jawab Clarissa menenangkan sahabat-sahabatnya.
"Beneran gapapa, Sa?" Timpal Erina. Clarissa menjawab dengan sebuah anggukan.
"Tapi kalo lo butuh temen cerita, lo cerita ke kita ya?" Sambung Farrah.
"Iya, udah kalian balik gih ke rumah. Dicariin nanti." Ucap Clarissa.
Ketiga sahabatnya itu pun mengangguk. Mereka segera bersiap-siap untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Lo gak balik, Sa?" Tanya Farah sambil menggendong totebag miliknya.
"Iya, gue udah ngechat supir gue kok buat jemput." Jawab Clarissa.
Erina, Farrah, dan Ghina pun pamit untuk pulang. Clarissa membalas dengan senyuman tipis yang terlihat sangat cantik di wajahnya.