Mohon tunggu...
Nabila Ghaida Zia
Nabila Ghaida Zia Mohon Tunggu... Freelancer - Nabila Ghaida Zia

Freelance Content Writer | Freelance Copywriter | Ghost Writer | Freelance Editor | Digital Marketing Enthusiast | Learning and Parenting Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Beginilah Cara Ibu Rumah Tangga Menjadikan Bumi Tempat Tinggal yang Lebih Baik

12 Oktober 2021   21:43 Diperbarui: 12 Oktober 2021   22:17 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika bom hidrogen ini meledak, pabrik akan jatuh ke bumi tepat di atas kepala keluarga kalian. Ini bukanlah kecelakaan atau pun tindakan teroris. Jika kalian ingin hidup larilah! Kalau tidak bertempurlah!" Sebuah pesan suara dari Kapten Jang yang menggema ke seluruh pemukiman para penduduk pembersih luar angkasa.

Seketika wajah tegang terbentuk pada raut wajah penduduk pembersih luar angkasa. Ketegangan yang dialami tentu tak setegang yang dirasakan oleh Kapten Jang dan kru pesawat pembersih luar angkasa Victoria. 

Kapten Jang dan rekannya justru ada di posisi sulit menyelamatkan Kot-nim, nama asli dari Dorothy yang menjadi incaran James Sullivan, seorang penggagas super plant UTS di Planet Mars. 

Sejatinya Dorothy hanyalah anak kecil biasa yang punya penyakit bawaan langka. Ketika mendekati ajalnya, sang ayah menyuntikkan partikel robot nano dalam tubuhnya. Ajaib, ia bisa sehat dan hidup kembali.

Kini Dorothy jadi incaran James Sullivan karena menjadi kunci utama agar misi membentuk kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera di Mars terwujud. 

Dorothy memiliki kemampuan ajaib yang mampu menghidupkan kembali tanaman atau tumbuhan yang mati. 

Dorothy dibawa ke luar angkasa oleh James Sullivan. 

Anehnya memang hanya orang-orang tertentu yang terpilih untuk bisa merasakan kehidupan yang nyaman di Mars, proyek dari perusahaan UTS milik James Sullivan.

Cuplikan Film Space Sweepers/Sumber/Instagram/netflixkr
Cuplikan Film Space Sweepers/Sumber/Instagram/netflixkr

Kehidupan di Mars akan menghijau layaknya di bumi dan layak untuk ditinggali dengan adanya Dorothy. Namun, sekali misi itu terwujud, justru Dorothy jugalah yang akan jadi korbannya. Ia perlu dimusnahkan. 

Karena Dorothy memiliki partikel robot nano di dalam tubuhnya, ia tidak akan musnah ketika dipanaskan dalam suhu 200 juta celcius sekalipun.

Sehingga cara menghancurkannya adalah dengan meledakkan bom hidrogen yang akan mengeluarkan gelombang kripton agar Dorothy bisa hancur.

Kapten Jang dan kru pesawat victoria jelaslah tahu misi keji ini. Tak hanya Dorothy yang akan hancur. Bumi pun akan mengalami tsunami hebat, tiga miliar lebih manusia akan tewas, dan yang selamat akan mengalami cacat genetik.

Suasana makin mencekam, 96 drone terus mengejar pesawat Victory untuk mencegah mereka mambawa Dorothy. Pesawat Victory perlu menjauh sejauh 5.132,464 km agar Dorothy dan bumi selamat. 

Beruntung ada pesawat pembersih luar angkasa lainnya yang membantu mengatasi 96 drone pengganggu itu. 

Kru pesawat Victory bisa bernapas lega lepas dari gangguan 96 drone itu, tapi mereka masih perlu menjauh. 

Ketika jarak 4000-an km sudah mereka tempuh, tiba-tiba datang kejutan.

James Sullivan datang dengan robot raksasa luar angkasanya mencoba menghancurkan pesawat Victory untuk mengambil Dorothy. 

Kapten Jang dengan senjata yang ia miliki berusaha melakukan perlawanan, sedangkan Kim Tae Hoo terus menjalankan pesawat agar terus melaju. 

Sementara itu,

"Bumi akan hancur oleh tubrukan mematikan. Siapa peduli jika miliaran nyawa hilang atau pun cacat genetis. Lebih dari 3 miliar orang di bumi akan jatuh ke bumi. Sayangnya tak ada jalan lain. Seluruh akses ke pabrik dilarang UTS. Bencana ini tampaknya tak bisa dihindari oleh bumi." suara pembawa acara televisi di pemukiman penduduk UTS membuat semua orang panik mengkhawatirkan kondisi bumi dan juga keluarganya.

Ketika James Sullivan masih sengit memerangi kru pesawat Victory, ia menyadari bahwa,

"Aku kira semua sudah sesuai perkiraan dan sudah benar adanya." keluh James dan tiba-tiba cahaya merah menyala ada tepat di depannya. Ledakkan pun tak terelakkan lagi.

Ternyata pesawat Victory tak membawa Dorothy, mereka justru berkorban dengan membawa bom hidrogen sejauh 5.132,464 km. 

Untunglah bom itu sudah meledak dalam jarak aman, Dorothy masih hidup, bumi pun terselamatkan. 

Pembawa acara kembali menyiarkan kabar terbaru ledakan hidrogen itu dan mengabarkan bahwa pabrik tak jadi jatuh ke bumi.

Seketika rona orang-orang yang tadinya pucat pasi menjadi cerah kembali. Ada kelegaan yang menyelimuti hati mereka. 

Bagaimana nasib Kapten Jang dan kru pesawat Victory? Tonton saja kelanjutannya di film Space Sweepers. Namun, tulisan ini bukanlah tentang Space Sweepers semata.

Mengapa Kita Mencari yang Baru Apabila Kita Bisa Memperbaiki yang Lama?

Siapa yang tahu alur cerita di atas? Ya, cerita ini berasal dari film Space Sweepers. Sebuah film yang secara tidak langsung memberikan pesan tersirat tentang lingkungan. 

Sudah tak terkira banyaknya pemberitaan, film, cerita, yang menggambarkan bagaimana bila manusia pergi ke Mars dan tinggal di sana. Mengapa? Apakah karena bumi menjadi sudah tidak lagi layak dihuni?

Dalam film Space Sweepers ketika tahu Dorothy bisa menghijaukan mars maka muncul pertanyaan dari kru pesawat Victory. 

"Jika Dorothy bisa menghijaukan Mars, kenapa tak digunakan saja untuk memperbaiki dan menghijaukan bumi kembali?"

Setting waktu dalam film Space Sweepers itu adalah pada tahun 2092. Dalam film tersebut terlihat suasana bumi yang sudah tak sangat layak ditinggali.

Asap dimana-mana, kabut hitam pekat menyelimuti siang hari. Bahkan untuk merasakan leganya menghirup oksigen mereka butuh alat pernafasan khusus. 

Sehingga manusia memimpikan kehidupan yang lebih nyaman dan sejahtera. Mars jawabannya.

Namun, benarkah Mars adalah jawaban dari kehidupan di bumi yang semakin memburuk? 

Ya, kita tahu kerusakan lingkungan terus saja terjadi. Peringatan sebanyak apapun tak mengurangi jumlah kerusakan lingkungan yang terjadi. 

Tahun-tahun ke depan akan jadi lebih sulit untuk anak dan cucu kita. Tanah-tanah yang dulunya hutan, tempat dimana pohon memberikan oksigen gratis kepada manusia mulai dialih fungsikan dengan bangunan rumah dan gedung yang menjulang.

Tanah-tanah di sekitar pesisir pantai terus mengalami penurunan bahkan yang tadinya pulau bisa berubah menjadi lautan dari waktu ke waktu. 

Air yang menjadi kebutuhan manusia dan seluruh makhluk di bumi ini menjadi sangat mahal dan langka karena tanah yang tak lagi mau menyimpan cadangan air tanah. 

Bencana alam pun silih berganti berdatangan.

Ah, sungguh ke depan memang akan lebih menyeramkan apabila kita tak melakukan apapun untuk lingkungan kita.

Membiarkan bumi rusak begitu saja, karena begitu yakin ada planet lain yang layak huni bukanlah pilihan paling tepat. 

Tentunya untuk memastikan bagaimana planet lain seperti Mars yang digadang-gadang layak huni itu tentu membutuhkan waktu penelitian yang tidaklah sebentar. Bahkan butuh waktu melebihi usia si peneliti itu sendiri.

Dari film itu aku mendapatkan pesan bahwa tak ada waktu yang tepat untuk berbuat apapun dan sekecil apapun untuk menjadikan bumi kita menjadi tempat yang lebih baik kecuali sekarang.

Lantas apa yang bisa kita lakukan? 

Apa yang Bisa Ibu Rumah Tangga Lakukan untuk Bumi yang Lebih Baik?

"Aku hanya ibu rumah tangga biasa, memang ada yang bisa aku lakukan untuk lingkungan?"

Eits, jangan salah! Siapapun kita dan apapun peran kita, kita sangat dibutuhkan oleh lingkungan kita. 

Apalagi sebagai seorang ibu rumah tangga yang punya otoritas terhadap kegiatan yang ada di rumahnya. 

Tahukah kamu bahwa sebagian besar sampah nasional kita, penyumbang terbesarnya berasal dari sampah rumah tangga?

Hal ini dibuktikan dengan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa tahun 2020 Indonesia memproduksi sekitar 67,8 juta ton sampah. 

Data Sampah Nasional/Sumber/katadata.co.id
Data Sampah Nasional/Sumber/katadata.co.id

Penyumbang terbesar sebanyak 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga. Menyusul di urutan kedua dan seterusnya berasal dari pasar tradisional sebanyak 16,4%, kawasan sebanyak 15,9%, sumber lainnya sebanyak  14,6%, perniagaan sebesar 7,29%, fasilitas publik sebesar 5,25%, dan perkantoran sebesar 3,22%.

Jenis sampah apa sajakah yang menjadi penyumbang terbesar? Ternyata penyumbang terbesarnya adalah sampah sisa makanan sebanyak 39,8% disusul plastik sebanyak 17%.

Dari data tersebut saja sebenarnya kita tahu bahwa peran kita sebagai ibu rumah tangga punya andil besar terhadap baik dan buruknya lingkungan kita. 

Berawal dari sampah, tapi akibat kerusakan lingkungannya sungguh tak terbendung. Bukankah sudah kita dapati kerusakan lingkungan akibat sampah seperti pencemaran air sungai karena banyak warga justru membuang sampah domestiknya di sungai.

Selain itu, sampah yang tertimbun di tanah apalagi bentuknya plastik akan menghambat proses air tanah, padahal air tanah ini hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan masih banyak lagi penurunan kualitas kelestarian lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. 

Ada satu pelajaran penting yang selalu aku ingat dan terapkan dalam hidupku. Ketika kita bertemu dengan permasalahan baik permasalahan diri sendiri ataupun lingkungan maka hal yang pertama kali perlu aku tanyakan pada diriku adalah,

"Apa yang kira-kiranya bisa kulakukan untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada?"

Sama halnya dengan urusan menjaga lingkungan. Kita tentu tidak mau bumi kelak berakhir menjadi planet tandus, gersang, udaranya penuh dengan pencemaran. Untuk mencegah bumi menjadi semakin buruk lagi jawabannya adalah kembali kepada manusia masing-masing.

Dulu bumi ini sangat indah, populasi manusia terus bertumbuh membuat alam sedikit demi sedikit terganggu keseimbangannya. 

Apakah kita akan mewariskan anak cucu kita dengan warisan bumi yang penuh masalah dan tak memberikan rasa nyaman untuk ditinggali? Tentu tidak bukan.

"Percuma, toh, kalau kita doang yang berusaha menjaga lingkungan, tapi masih banyak yang abai terhadap lingkungan." keluhan ini sering sekali aku dengar. 

Namun, hey, kalau semua orang berpikir seperti itu, alamak kasihan sekali bumi kita. Semakin banyak yang tak peduli dan menyayanginya.

Lewat tulisan ini aku ingin mengajak kawan-kawan sesama ibu rumah tangga baik ia yang full time bekerja di ranah umum ataupun full time bekerja di ranah domestik untuk melakukan hal yang bisa kita lakukan dalam rangka membuat bumi ini menjadi lebih baik. 

Sekecil apapun sungguh tak masalah. Bukankah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit?

Inilah hal-hal kecil dan berdampak besar ke depannya yang bisa seorang ibu rumah tangga lakukan:

1. Memisahkan Kategori Sampah Rumah Tangga

Apa pentingnya memisahkan kategori sampah rumah tangga? Tentunya memudahkan untuk membuangnya. Kita bisa memisahkan kategori sampah organik dan anorganik.

Sampah organik seperti sisa makanan bisa kita gunakan untuk memberi makan hewan peliharaan atau bisa kita jadikan pupuk.

Sedangkan sampah anorganik bisa kita berikan kepada tukang loak sampah apabila kita tak punya banyak waktu untuk mengelolanya sendiri.

Alhamdulillah aku sudah menerapkan pemisahan kategori sampah rumah tangga ini. Untuk sampah basah organik dibuang ke buangan khusus agar bisa menggemburkan tanah. Sedangkan sampah anorganik masih jadi PR buat keluargaku, karena biasanya masih dibakar.

Sebenarnya membakar sampah bukanlah hal baik, tapi keterbatasan di desa masih belum ada tempat khusus untuk melebur plastik atau mendaur ulang.

2. Mengajarkan Anak-Anak untuk Menghabiskan Makanan

Ini sepertinya sepele, tapi sungguh akan berdampak besar apabila di rumah rutin untuk meminimalisir sampah makanan. 

Kita perlu mengajarkan anak-anak untuk menghabiskan makanannya. Sebaiknya ambilkan makanan dalam porsi yang sekiranya dia akan habis. Jangan terlalu banyak karena jika tidak habis akan membuat bertambah sampah makanan.

Anakku meski masih belum genap usianya dua tahun, kami ajarkan untuk menghabiskan makanannya.

3. Meminimalisir Penggunaan Pospak 

Pospak atau popok sekali pakai ini memang sungguh memudahkan kehidupan kita. Kita tidak perlu repot untuk bolak-balik mengganti popok anak kita apabila mereka buang air besar maupun air kecil.

Namun, sejatinya penggunaan pospak ini juga yang mendominasi sampah plastik dari aktivitas rumah tangga. Bayangkan setiap hari seorang anak bisa ganti 4-6 kali pospak. Kalikan saja dengan waktu satu bulan, satu tahun, dua tahun, dan seterusnya, berapa banyak sampah plastik yang kita produksi? 

Awal aku punya anak, aku berkomitmen sebisa mungkin meminimalisir menggunakan pospak. Dari baru lahir sampai sekitar usia 13 bulanan anakku tak pakai pospak, tapi menggunakan clodi (cloth diaper) yang bisa dipakai berulang kali.

Sempat memakai pospak dan sungguh muncul dilema dan rasa bersalah mencemari lingkungan ketika akan membuangnya. Bingung akan dibuang kemana sampah pospak ini.

Beruntung ketika usia 20 bulan anakku tidak mau dengan sendirinya menggunakan pospak. Kini anakku kalau akan buang air kecil maupun buang air besar akan memberitahuku.

4. Mengajarkan Anak untuk Menghemat Listrik dan Mematikan Lampu Apabila Tak Terpakai

Dari aku kecil, bapakku selalu mengajarkan untuk tidak boros energi. Ketika ada lampu yang masih menyala menjelang pagi hari, bapakku akan memintaku untuk segera mematikannya. 

Bahkan di rumah bapakku dengan banyak ruang, hanya beberapa kamar saja yang dinyalakan lampunya. Memang terlihat sepele, tapi ini setidaknya berkontribusi untuk hemat energi.

Kita bisa juga mengajarkan anak-anak bijak dalam menggunakan listrik dan mematikan lampu apabila sedang tak digunakan.

Karena di Indonesia mayoritas masih menggunakan pembangkit listrik tenaga fosil. Ketika kita semakin boros listrik, kita berkontribusi juga mencemari lingkungan.

5. Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik dalam Kegiatan Apapun Termasuk Belanja

Tahukah kamu bahwa sampah plastik itu butuh waktu sangat lama untuk terurai. Bahkan pernah ada konten yang menemukan bungkus mie instan versi dulu yang masih utuh.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa kita tak bisa sepenuhnya lepas dari penggunaan kantong plastik. Namun, minimal kita perlahan mulai menguranginya. 

Misalkan mengganti kantong plastik belanja dengan goodie bag yang bisa digunakan berkali-kali. 

Sekarang kalau ke pasar dan lupa membawa goodie bag, rasanya merasa bersalah karena setelah itu membuat kantong plastik di rumah bertambah banyak.

6. Mengisi Bahan Bakar Kendaraan dengan Nilai Oktan Tinggi

Ternyata jenis bahan bakar kendaraan yang kita gunakan juga berpengaruh terhadap pencemaran lingkungan juga,lho. 

Tahu enggak kenapa langit di Eropa lebih biru ketimbang langit Jakarta? Salah satunya karena mereka menjaga lingkungan dengan menggunakan bahan bakar kendaraan bernilai oktan tinggi. 

Kalau di Indonesia, kamu bisa minimal mengganti bahan bakar dari premium menjadi Pertalite. Syukur-syukur bisa Pertamax yang nilai oktannya paling tinggi.

7. Mengajak Ibu-Ibu Lainnya Melakukan Enam Hal Diatas

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Bayangkan apabila kita terus melakukan beberapa hal kecil di atas dan mengajak sebanyak-banyaknya ibu-ibu lain untuk melakukan hal tersebut, apa yang akan terjadi?

Tentu, setidaknya kondisi bumi jadi lebih baik daripada sebelumnya. 

Cara mengajaknya tak harus dengan membuat ceramah panjang lebar. Kamu bisa mengajak mereka dengan memberikan contoh atau teladan secara langsung. 

Atau kamu juga bisa memberikan hadiah clodi misalnya untuk secara tidak langsung mengajak mereka berpindah dari pospak ke clodi.

Hal yang aku lakukan untuk mengajak ibu-ibu lainnya adalah dengan memberikan hadiah. Ketika ada temanku yang lahiran, aku menghadiahi mereka dengan clodi agar mereka mengurangi penggunaan pospak.

Karena clodi selain memberikan kenyamanan dan tidak menimbulkan ruam, bisa menghemat pengeluaran bulanan rumah tangga. 

Siap untuk Bersama-Sama Membuat Bumi Jadi Tempat Tinggal yang Lebih Nyaman ?

Kini tak perlu menyalahkan kondisi bumi yang seperti sekarang ini. 

Tanggung jawab menjaga lingkungan dan bumi ini jadi lebih baik adalah tugas setiap individu yang tinggal di muka bumi ini. Bukan hanya tugas pemerintah dan pejabat di kementerian lingkungan.

Tak perlu tindakan besar, tapi hanya sekali saja dilakukan. Hal yang bumi ini perlukan adalah konsistensi kita menjaga mereka. 

Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk membuat bumi ini lebih baik. Sekecil apapun bumi ini pasti mengerti.

Jangan sampai kita mengaku cinta pada lingkungan, tapi tak sadar terus menerus menyakitinya.

Yuk, jadikan bumi yang nyaman ini warisan untuk anak cucu kita. Sehingga mereka tak perlu kerepotan mencari planet lain untuk tinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun