"Akulah yang paling berhak menentukan disini, dan aku percaya singa itu tak berniat menyakitiku. Jika musim kemarau ini berakhir, ia akan kembali seperti semula. dan aku akan baik-baik saja. Ia membutuhkanku, aku tak bisa meninggalkannya."
Kijang itu tersenyum kecil. "Ia membutuhkanmu untuk tetap hidup, dan kamu membutuhkan menjauh darinya untuk tetap hidup. Akankah kamu hidup seperti ini seterusnya? terluka karena ia membutuhkanmu? Kamu pikir sampai kapan kamu bertahan sampai ia menghabisi seluruh dagingmu?"
si kancil terdiam sejenak lalu berkata, "Aku tak bisa membiarkan Singa itu kelaparan, ia hadir disaat tak ada orang yang hadir untukku. Ia menyelamatkan hidupku sekali, dan aku tak bisa meninggalkannya disaat ia sangat membutuhkanku!" Tegas si kancil.
Si kijang menggelang-geleng kepalanya, sambil berjalan menjauh ia berkata,"Meskipun itu membunuhmu secara perlahan? Semoga beruntung kawan."
Si kancil berjalan kembali ke tempat peristirahatannya.
"Singa?" tanyanya.Â
"Ada apa kancil?" si singa yang sedang berbaring mulai berdiri.
"Bagaimana jika aku menolak memberimu dagingku lagi?" tanya kancil.
"Maka aku akan mati, dan kamu akan hidup dalam penyesalan seumur hidupmu. Bukankah kamu tak mau itu terjadi padamu?", kancil itu cuma mengangguk.
Pikiran si kancil bercabang. Seharian, Ia memikirkan apa yang dikatakan kijang. Saat malam tiba, mereka tidur di sebuah padang yang cukup gersang. Si kancil tak bisa tidur. Disatu sisi, ia kesakitan. Disisi lain, ia tau, jika ia meninggalkan si singa, singa itu akan hancur, akan mati. Ia merasa ada kewajiban dalam dirinya untuk berkorban untuk singa tersebut, meskipun itu menyakitinya. Bagaimana mungkin ia tega meninggalkan singa yang selalu ada disaat ia butuh.Â
Hari demi hari berlalu, singa semakin kuat, dan kancil semakin lemah. Lukanya semakin lama semakin melebar. Sikancil sangat menderita, tapi ia mencoba kuat untuk singa. Si kancil, dengan bodohnya, tetap memberikan dagingnya pada singa, tak peduli dengan apa yang ia rasakan. Singa itu sering mengambilkan air untuk kancil, dan memapahnya, karena ia terlalu lemah. Singa terus menerus meminta maaf pada si kancil, tapi ia juga terus menerus memakan daging si kancil tersebut.Â