Mohon tunggu...
Nabila Kleib
Nabila Kleib Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Sometimes, we just can't be a right one, and a nice one at the same time.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Bukan Cerita Anak

17 Juni 2016   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2016   00:28 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Akulah yang paling berhak menentukan disini, dan aku percaya singa itu tak berniat menyakitiku. Jika musim kemarau ini berakhir, ia akan kembali seperti semula. dan aku akan baik-baik saja. Ia membutuhkanku, aku tak bisa meninggalkannya."

Kijang itu tersenyum kecil. "Ia membutuhkanmu untuk tetap hidup, dan kamu membutuhkan menjauh darinya untuk tetap hidup. Akankah kamu hidup seperti ini seterusnya? terluka karena ia membutuhkanmu? Kamu pikir sampai kapan kamu bertahan sampai ia menghabisi seluruh dagingmu?"

si kancil terdiam sejenak lalu berkata, "Aku tak bisa membiarkan Singa itu kelaparan, ia hadir disaat tak ada orang yang hadir untukku. Ia menyelamatkan hidupku sekali, dan aku tak bisa meninggalkannya disaat ia sangat membutuhkanku!" Tegas si kancil.

Si kijang menggelang-geleng kepalanya, sambil berjalan menjauh ia berkata,"Meskipun itu membunuhmu secara perlahan? Semoga beruntung kawan."

Si kancil berjalan kembali ke tempat peristirahatannya.

"Singa?" tanyanya. 

"Ada apa kancil?" si singa yang sedang berbaring mulai berdiri.

"Bagaimana jika aku menolak memberimu dagingku lagi?" tanya kancil.

"Maka aku akan mati, dan kamu akan hidup dalam penyesalan seumur hidupmu. Bukankah kamu tak mau itu terjadi padamu?", kancil itu cuma mengangguk.

Pikiran si kancil bercabang. Seharian, Ia memikirkan apa yang dikatakan kijang. Saat malam tiba, mereka tidur di sebuah padang yang cukup gersang. Si kancil tak bisa tidur. Disatu sisi, ia kesakitan. Disisi lain, ia tau, jika ia meninggalkan si singa, singa itu akan hancur, akan mati. Ia merasa ada kewajiban dalam dirinya untuk berkorban untuk singa tersebut, meskipun itu menyakitinya. Bagaimana mungkin ia tega meninggalkan singa yang selalu ada disaat ia butuh. 

Hari demi hari berlalu, singa semakin kuat, dan kancil semakin lemah. Lukanya semakin lama semakin melebar. Sikancil sangat menderita, tapi ia mencoba kuat untuk singa. Si kancil, dengan bodohnya, tetap memberikan dagingnya pada singa, tak peduli dengan apa yang ia rasakan. Singa itu sering mengambilkan air untuk kancil, dan memapahnya, karena ia terlalu lemah. Singa terus menerus meminta maaf pada si kancil, tapi ia juga terus menerus memakan daging si kancil tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun