“Ya..ya..ya.. Rhaya.. Ish gadis itu...” umpatnya kesal saat taksi itu perlahan menjauh darinya.
***
“Hey..” Rhaya tersentak kaget ketika mendapati Elang sudah berdiri didepan pintu rumahnya.
“Kau.. Apa yang kau lakukan disini?”
“Hmm apa ya..” Elang menunjukan wajah seolah-olah sedang berpikir keras, mencari jawaban pertanyaan itu.
“Menjemputmu..” Ada senyum yang terurai bersamaan dengan jawaban itu. Senyum yang sebenarnya membuat detak jantung Rhaya bergerak lebih cepat dari biasanya. Elang menanti gadis itu tersenyum, namun sayang Rhaya tidak membalas senyum Elang tapi malah melangkah pergi meninggalkan pemuda yang masih terpaku itu didepan rumahnya.
“Kau ini kenapa senang sekali meninggalkanku?” protesnya
“Apa sebenarnya maumu?”
“Mauku? Menjadi temanmu.” Rhaya berhenti melangkah dan otomatis membuat Elang berhenti. Tanpa bicara Rhaya hanya memandangi wajah Elang, mencari keseriusan dari pemuda dihadapannya. Elang bingung harus bicara dan berbuat apa ketika mata gadis itu seperti menelitinya.
“Wajahmu sama mendungnya seperti hari ini.” canda Elang berusaha mencairkan suasana yang ternyata –kembali- tidak berhasil.
“Jangan ganggu aku.” Lirih Rhaya yang membuat Elang terdiam ditempatnya. Rhaya melangkah cepat. Elang tidak lagi berusaha menghampiri gadis itu meski langkah kakinya masih mengikutinya. Ada jarak yang memisahkan mereka berdua, meski sebenarnya tujuan mereka sama.