***
“Hey.. Ya.. Tunggu sebentar.”
“Mau apa lagi?” tanya Rhaya begitu ketus pada pemuda yang terus saja mengikutinya sejak tadi.
“Ya~ tega sekali kau membiarkanku mendorong motorku sendirian dan kenapa jalanmu cepat sekali.” Protes Elang dengan napas tersengal. Rhaya menatap datar wajah lelah pemuda dihadapannya. Elang sangat menyadari jika dirinya diperhatikan dengan cara yang sama sekali tidak nyaman.
“Hmm, soal yang tadi pagi itu.. Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau itu kau. Maaf aku membuat seragammu basah dan terlebih lagi membuat diusir Bu Irma.” Elang memelas di hadapan Rhaya, mengucapkan permohonan maaf yang dia tahu akan sulit didapatkannya. Rhaya masih terdiam memandang Elang yang mulai cemas menunggu jawabannya.
“Ya sudahlah.” ucapnya singkat kembali melangkahkan kaki meninggalkan pemuda itu.
“Yak, apa maksudnya dengan ‘ya sudahlah’? Ish..” Elang turun dari sepeda motor miliknya dan berjalan cepat menghampiri Rhaya.
“Ya~ Rhaya... Ya~~ Rhaya Pramesti.” Gadis itu kini menoleh dengan raut wajah yang mulai kesal mendengar Elang berulang kali menyebutkan nama.
“Kau mau membuat semua orang memandang ke arah kita dengan meneriakkan namaku hah?”
“Kenapa? Memangnya ada yang salah jika.. Ah kita belum berkenalan ya.. Aku Erlangga Pratama, siswa kelas XI IPA 2.” Elang mengulurkan tangannya, kemudian menariknya kembali ketika tangan Rhaya tidak kunjung membalas uluran tangannya. Rhaya memalingkan wajahnya, sesekali menolehkan kepalanya ke kanan, seperti menunggu sesuatu.
“Jika kau menunggu bis mungkin akan lama karena...” Elang tidak menyelesaikan kalimatnya ketika tanpa disadarinya Rhaya sudah masuk kedalam sebuah taksi.