Mohon tunggu...
Mutiara Tyas Kingkin
Mutiara Tyas Kingkin Mohon Tunggu... Freelancer - Educators

These are my collection of words to share with you. Hopefully, it will bring a good vibe to the readers.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyeka Tragedi

21 Agustus 2022   17:16 Diperbarui: 21 Agustus 2022   17:17 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Rumah di Jogja, 2018.

Akhirnya aku memutuskan naik kereta untuk pulang ke Jogja. Kebanyakkan orang menganggap rumah adalah dimana kita mempunyai tempat untuk pulang. Awalnya aku juga menganggapnya demikian. Sampai pada akhirnya, surat cerai ada di atas meja makan dan mereka sepakat.

Persetan. Untuk apa mereka mengikrarkan janji pernikahan jika merawatnya saja tidak pernah. Mereka sibuk mengurusi huru-hura, uang, uang, uang, dan perselingkuhan. Lingkaran setan. Aku tidak banyak berkomentar terkait masalah ini. Aku menganggap, hidup kami menjadi masing-masing. Tidak ada lagi keluarga. Aku mencoba melewati adegan di video ini.

***

Kendal, 2020.

Sudah hampir satu tahun aku tinggal di kota kecil ini, di Jawa Tengah. Sejak pandemi melanda, mengakibatkan bisnis yang kubangun bangkrut. Aku terpaksa memberhentikan seluruh karyawanku, dan terlilit hutang. Seluruh asset yang aku punya apartemen, mobil, dan saldo rekening sudah raib untuk memberi pesangon dan membayar beberapa uang pinjaman.

Aku menepi di pinggiran kota Kendal. Tinggal di sebuah kos-kosan sederhana, dengan atap kamar bocor sejak dua minggu lalu. Namun, aku tidak mengajukan protes. Untuk apa? Manusia sepertiku yang selalu telat membayar uang sewa, tidak layak untuk protes. Saat ini, aku memenuhi kebutuhanku dengan bekerja di sebuah toko bunga.

Di embung sore itu. Aku memang berniat ingin mengakhiri semuanya. Ya... benar-benar semuanya.

***

Setelah selesai menonton video itu. Aku menjadi teringat seorang kakek yang aku temui di embung kemaren sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun