Mohon tunggu...
Mutiara Tyas Kingkin
Mutiara Tyas Kingkin Mohon Tunggu... Freelancer - Educators

These are my collection of words to share with you. Hopefully, it will bring a good vibe to the readers.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyeka Tragedi

21 Agustus 2022   17:16 Diperbarui: 21 Agustus 2022   17:17 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gempa bumi melanda Yogyakarta. Peristiwa itu menyisakan trauma yang begitu mendalam untukku yang kala itu masih berusia duduk di bangku sekolah dasar. Aku tertimpa puing-puing, mengharuskan aku harus dilarikan ke rumah sakit. Koma selama dua minggu. Tapi, ada yang lebih mengerikan dari itu. Ketika aku kembali lagi ke rumah. Aku sudah tidak menemui eyang kakung. Eyang tidak selamat dan meninggal dalam tragedi gempa Jogja. Aku menangis dan berteriak histeris. Kata orang-orang yang menenanganiku, aku mengalami tantrum dan harus dibawa ke psikater anak.

Eyang kakung adalah sosok yang paling dekat denganku. Ketika mereka lebih sibuk mengurusi hingar bingar dan selalu beradu argumen. Eyang selalu mempunyai dongeng tentang si kancil, yang mengandung sarat makna kehidupan. Menceritakan masa mudanya, dan bagaimana ia menaklukan hati eyang putri.

***

Kolam Renang, 2011.

Kantor ayah sedang memiliki program berlibur keluarga. Tapi, hanya aku, kakak, dan ayah yang berangkat karena, mama juga sedang sibuk dengan urusan pekerjaannya. Sore itu, di villa tampak sepi. Aku sendiri juga tidak tahu orang-orang pergi kemana. Perasaan bosan yang menyergap menghantarkan ku menuju ke kolam renang. Ternyata di sana cukup ramai. Aku mulai mengganti pakaianku dan mencemplungkan tubuhku ke kolam. Hawa segar langsung merasuk ke pori-pori kulitku.

Namun, kesegaran dan kenyamanan itu tidak berlangsung lama. Ada dua orang laki-laki yang sedari tadi mengikuti arah berenangku. Hingga aku sampai di pojok kolam renang dan tiba-tiba mereka menarik kakiku. Aku berusaha melawan. Aku tidak bisa berteriak di dalam air. Ya... peristiwa paling menjijikan dalam hidupku itu terjadi. Dua laki-laki asing melecehkanku. Sejak saat itu. Aku sangat membenci diriku. Aku mencoba melewati adegan di video ini.

***

Bandara, 2018.

Laki-laki tinggi yang selama tiga tahun selalu bersamaku menghantarkan ku sampai ke batas pintu masuk pengantar. Ada yang janggal pagi ini. Tapi ku tepis segala pikiran negatif itu. Aku memeluknya, dia pun membalasnya. Tersenyum. Ku seret koper-koperku, dan melambaikan tangan untuknya.

Sial. Pesawatku delay sampai besok pagi. Untung saja ini hanya kepergian kepulanganku ke rumah, bukan untuk acara penting yang harus segera aku sambangi. Entah kenapa hari itu aku sangat malas berganti pesawat. Aku lebih memilih menunda kepergianku esok hari.

Aku keluar menyusur lobby-lobby bandara untuk mencari coffee shop. Belum sempat aku memasuki coffee shop itu, mataku menangkap laki-laki brengsek itu. Apalagi ini kalau bukan soal perselingkuhan. Ku blokir seluruhnya yang berhubungan tentangnya. Detik itu aku menganggap hubungan kami berakhir dengan sia-sia. Aku mencoba melewati adegan di video ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun