Mohon tunggu...
Mutiara Tyas Kingkin
Mutiara Tyas Kingkin Mohon Tunggu... Freelancer - Educators

These are my collection of words to share with you. Hopefully, it will bring a good vibe to the readers.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyeka Tragedi

21 Agustus 2022   17:16 Diperbarui: 21 Agustus 2022   17:17 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berdiri di belakangnya. "Oh duduk sini, nduk." Kakek itu mengetahui kehadiranku.

"Apa kau sudah melihat DVDnya? Kau suka?"

"Setiap adegan di video itu aku membencinya. Tapi, aku tidak bisa melewatinya. Dimana kakek mendapat DVD ini?"

"Dari penjaga warnet. Pemutar DVD di rumah kakek sedang rusak. Jadi kakek sudah lama tidak menyetel DVD. Itu video DVD kesukaan kakek dan cucu. Kami sampai tertawa terbahak-bahak melihatnya."

"Hah?" Aku mulai tak habis pikir. Jangan-jangan kakek ini orang gila. Tapi DVD ini? Sebetulnya darimana ia dapat? "Jadi, kakek tertawa melihat seluruh tragedi dalam hidupku? Dan menurut kakek itu lucu?"

"Apa maksudmu, nduk?"

"Iya kan? Video itu berisi tragedi-tragedi dalam hidup saya, yang ingin saya hapus dan buang jauh-jauh."

Kakek itu berhenti memancing. Mulai menatapku dengan tatapan serius.

"Hatimu belum mengampuni. Bahkan mengampuni dirimu sendiri."

Aku masih tidak paham. "DVD itu berisi video film tentang seorang ayah yang kehilangan putrinya akibat penyakit kanker. Masa-masa di rumah sakit, baginya adalah masa-masa kelam. Bapak itu bisa mengubah tragedi kelam dalam hidupnya, dengan menjadi seorang guru yang lucu bagi murid-muridnya. Setiap pembelajaran dia selalu menyisipkan lelucon untuk muridnya."

"Kakek selalu melewati adegan di rumah sakit dalam video itu, dan langsung beranjak ke bagian lucu. Tapi, setelah bertahun-tahun kakek memutar video itu. Barulah mengerti, tanpa adegan di rumah sakit maka bapak itu tidak akan bisa memaknai setiap kejadian dalam hidupnya. Bahkan mungkin tidak akan pernah bisa tertawa lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun