Tahukah kamu bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah makanan nomor 1 di Asia Tenggara dengan jumlah 20,93 juta ton per tahunnya.
Sampah-sampah makanan yang terkumpul di TPA dan membusuk akan menghasilkan gas rumah kaca bernama metana. Dengan demikian, dari jutaan ton sampah makanan akan terbuang pula jutaan gas metana ke udara.Â
Problematika sampah makanan ini benar-benar harus diatasi melalui pengelolaan berkelanjutan secara masal dan terpusat. Selain itu, di dalam rumah tangga masyarakat, penerapan ambil makanan secukupnya, habiskan makanan tanpa sisa hingga belanja sesuai kebutuhan menjadi cukup krusial untuk dilakukan.
Hemat Listrik dari rumah
Listrik merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Meski demikian, dominan listrik di dunia dihasilkan oleh PLTU sehingga memberi dampak buruk bagi lingkungan. Semakin besar daya listrik yang dibutuhkan masyarakat, maka semakin besar pula potensi GRK yang terbuang. Hal ini bisa memicu pemanasan global.
Mengurangi penggunaan listrik bisa jadi solusi minimum untuk menekan pencemaran, terutama untuk industri-industri besar. Selain berhemat dengan mengurangi angka vampir listrik. Transisi energi menjadi solusi yang bisa dipilih untuk keberlanjutan lingkungan.
Menggunakan Transportasi umum/rendah emisi
Saat ini, pemerintah tengah menggaungkan penggunaan mobil listrik dan kendaraan rendah emisi. Tujuannya agar keluaran gas rumah kaca yang diakibatkan oleh sektor transportasi bisa berkurang.Â
Untuk masyarakat umum, penggunaan transportasi publik dan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda juga bisa dilakukan untuk meminimalisir emisi.
Penanaman Mangrove secara Massal
Mangrove dikenal sebagai tanaman yang mampu menghasilkan blue carbon. Blue carbon diketahui dapat menyerap karbon lebih banyak dari tanaman tropis. Karbon di atmosfer diserap dan disimpan sebagai biomassa di tegakan pohon serta di tanah atau sedimen.Â