Kulihat Rina sedang ikut mengantri dalam barisan. Ia terlihat tak bersemangat.
"Rina." Panggilku pendek. Kulihat ia menoleh ke arahku. Perlahan tapi pasti, dapat kusaksikan air mukanya telah berubah.
Matanya kembali berbinar. Senymnya kembali melebar. Bahkan aku dapat melihat gigi-gigi kecilnya serta lesung pipi yang tercetak di pipi kanannya. Seketika aura cerah berada di sekelilingnya. Membuat suram yang tadi menempel padanya hilang entah kemana.
Satu kata.Â
Manis.Â
Wajah itu menularkan senyum di wajahku tanpa ku rasa. Sadar-sadar aku sudah tersenyum seperti orang bodoh.Â
Mungkin Toni benar. Aku memang bodoh.
Apa ini? Mengapa aku suka melihatnya tersenyum? Dan mengapa aku ter
senyum saat melihatnya tersenyum.
Dan aku juga bertanya-tanya.Â
Apakah sekarang kau juga tersenyum?