"Aku tidak melamun. Aku hanya memikirkan beberapa hal." Belaku pada diri sendiri.
"Oh ya? Memikirkan apa?" Tanya anak perempuan itu lagi.
"Tentang mimpi-mimpiku." Jawabku jujur. Lelah dengan pertanyaannya yang sebenarnya tak ingin ku jawab.Â
Dia kemudian terkekeh. Ada apa dengannya? Dia menertawakanku? Tanyaku dalam hati.
"Mimpi akan menjadi mimpi jika kau bau bangun. Dan mimpi selamanya hanya akan menjadi mimpi jika kau tak berusaha mewujudkannya. Jika kau hanya diam dan memikirkan mimpi-mimpimu, itu namanya berkhayal." Ucapnya lagi. Menohok ulu hatiku. Menjadikannya terasa sesak.
"Benarkah? Apa maksudmu?" Tanyaku lagi.
Dia kembali terkekeh. Ada apa sebenarnya dengan dirinya?
"Entahlah, aku pun tak tahu apa yang aku ucapkan. Aku hanya mengatakan apa yang terlintas di pikiranku. Lagi pun, aku bukan filsuf yang paham akan makna dari segala sesuatu." Ucapnya ringan.Â
Apa-apaan dia ini? Aku mengernyitkan dahi tanda berpikir.
"Apa perkataanku ada yang melukaimu? Jika iya tolong maafkan aku. Aku tidak bermaksud apapun. Kata-kata tadi spontan keluar dari pikiranku." Ucapnya sambil tersenyum. Nada bicaranya sedikit berubah. Terdengar lebih tenang.
"Tidak." Ucapku pendek kemudian menarik sebuah buku di meja. Tidak dapat ku pungkiri. Perkataannya membuatku merasa aneh. Bagaimana aku menjelaskannya? Tersindir? Tersinggung ? Atau mungkin termotivasi?Â