“Maaf. See, seharusnya tak kau mulai hari dengan pertanyaan. Aku jadi lupa senyapkan gawai ini.”
“Doktermu?”
Sepasang mata pucatmu gegas bacai pesan.
“Bukan. Istriku kabari ia sudah bersama Suri. Sore ini kami berjanji temaninya les berenang. Suri ingin kami rekam gaya bebasnya dan dua putaran penuh kolam dewasa.”
“Suri terlalu cepat besar. Ah, tapi itu berarti, ia bisa segera menjadi partner di pendakianku berikutnya.”
“Hanya di mimpimu! Takkan ada satu pun puncak yang harus diraih Suri, terutama jika itu bersamamu!”
“Tuhan! Aku bahkan belum ucapkan pertanyaan kedua. Kau sudah seemosional begini.”
“Aku serius Gagah! Tak ada pendakian! Tidak sampai lima tahun ke depan!” Sosokmu yang tipis bergerak maju, pastikan setiap katamu tegas tak terkira.
Kembali tawa Gagah membahana.
“Baiklah, baik. Sekeras apa pun kau berusaha, kau takkan pernah tampak galak seperti yang kau mau..”
“Terserah! Aku ingin mengetik lagi. Kumohon simpan dulu pertanyaan keduamu,” kamu tak menunggu jawaban. Jejarimu telah menari. Kamu abaikan kenangan, ketika sekian ribu hari sebelumnya, jejarimu yang kini menari bahkan tak pernah kamu sadari keberadaannya. Geletar rasa, pun tubuh, kacaukan setiap keberadaan.