Mohon tunggu...
Murdiyanti
Murdiyanti Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan

NIM: 55521120028 - Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Teori Akuntansi Perpajakan sebagai Seni/Mimesis

27 Mei 2022   01:22 Diperbarui: 27 Mei 2022   01:32 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosen: Bpk. Prof. Dr. Apollo M.Si, Ak

Nama: Murdiyanti

NIM: 55521120028

Universitas Mercu Buana

Akuntansi pajak sebagai sebuah seni/mimesis.

Terinspirasi dari Serat Wedhatama

Mengenal istilah pajak seperti sudah terdengar sangat umum ditelinga kita. Dikutip dari situs resmi dirjen pajak www.pajak.go.id pada jaman kerajaan hingga jaman penjajahan kolonial Belanda merupakan pungutan yang diberlakukan yang bersifat memaksa. Pajak atau pungutan atau upeti pada masa penjajahan memberikan peranan penting dalam proses pembangunan. Pajak rutin dipungut oleh pemerintah kolonial Belanda pada berbagai aktivitas ekonomi, mulai dari perdagangan hingga pertunjukan wayang. 

Pajak bahkan sudah terjadi pada era kerajaan mataram. Pada masa kerajaan mataram yaitu salah satu bentuk pemerintahan tradisional yang menerapkan pajak tanah dan pajak atas tenaga kerja. Kerajaan mataram ini berada pada wilayah yang mengandalkan pajak atas tanah dan tenaga kerja didasarkan oleh karena lingkungan geografis kerajaan mataram sebagai negara agraris. Salah satu nya merupakan wilayah pertanian yang dijadikan aset penting kerajaan mataram sebagai objek pajak pada masa tersebut.

Penerapan sistem pajak era kerajaan mataram selain pada objek tanah, tenaga kerja juga menjadi kategori objek pajak. Salah satu contohnya pada saat keluarga kerajaan mengadakan acara maka rakyat mataram ikut serta dalam menyumbangkan tenaganya untuk melancarkan acara kerajaan tersebut. Pada pemerintahan kolonial dikenal pula sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang diawali oleh Van den Bosch.  Jadi pada pekerjaan tanam paksa tersebut dikerjakan di atas tanah dan tenaga kerja yang sebagian besar adalah petani. Para petani diharuskan menanam bagian dari tanah mereka untuk tujuan menanam tanaman yang akan di jual ke luar negeri.

Perkembangan pajak atas tanah sejak kepemimpinan Thomas Stamford Raffles mulai berkembang menjadi sistem land rent atau sewa tanah. Raffles melakukan modifikasi pajak atas tanah dari pola pikir petani yang sebenarnya menguasai hak atas tanah tetapi diubah menjadi harus membayar sewa kepada pemerintah kolonial Belanda. Munculnya kesadaran pemerintah untuk membalas budi atas iuran rakyat muncul pada awal abad ke-20 yaitu pemerintah kolonial membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan sebagai balas budi.

Layanan yang diberikan pemerintah yang ada pada masa itu biasanya bersifat eksploitatif alih-alih merupakan murdi dari hasil pengembalian atas pembayaran pajak dari rakyat. Misalnya ketika terjadi wabah penyakit, pemerintah memberikan vaksin dengan tujuan agar rakyat dapat bekerja terus bukan karena kepedulian pemerintah terhadap rakyat. 

Kaitannya dalam falsafah budaya jawa, serat wedhatama dapat dijadikan salah satu inspirasi dan pedoman dasar penghayatan yang bersifat universal. Serat yang artinya tulisan, wedha artinya pengetahuan, tama artinya baik, tinggi, luhur. Sehingga definisi dari serat wedhatama itu sendiri adalah sebuah karya sastra yang memuat pengetahuan atau ilmu untuk mencapai keluhuran hidup pada umat manusia. Serat Wedhatama ditulis berdasarkan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, ditulis oleh Mangkunegara IV atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A) Mangkunegoro IV terlahir dengan nama Raden Mas Sudiro.

Beliau merupakan putra dari Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I yang nomor 7 (atau nomor 3 yang laki-laki). Ia mendapatkan pendidikan dari kakeknya Mangkunegara II dan pada usia 15 tahun telah masuk dinas militer serta menjadi taruna infantri legiun Mangkunegoro. Karena kecakapannya dan memiliki bobot kepemimpinan yang tinggi ia memperoleh kepercayaan dan terpilih menjadi pembantu dekat oleh Mangkunegoro III. Kepribadiannya yang kuat, cita-citanya yang tinggi, wawasannya yang jauh, serta kewibawaan dalam beberapa bidang, kedalaman perasaannya dalam agama dan seni budaya, ia dinyatakan Amongraga. 

Pada serta wedhatama, terdapat  100 pupuh (bait, canto) tembang macapat, yang dibagi dalam 5 (lima) lagu, yaitu Pangkur, sinom, pocung, gambuh dan kinanthi. Isi serat wedhatama merupakan falsafah kehidupan, seperti ajaran hidup bertenggang rasa, bagaimana menganut agama secara bijak, menjadi manusia seutuhnya dan menjadi orang berwatak ksatria. Terdapat pula beberapa bagian yang dianggap sebagai kritik terhadap konsep pengajaran Islam yang ortodoks, yang mencerminkan pergulatan budaya Jawa dengan gerakan pemurnian Islam (gerakan wahabi) yang pada masa itu marak terjadi.

Serat wedhatawa contoh pupuh gambuh:

Pada 1

Samengko ingsun tutur, Sembah catur supaya lumuntur

Dihin raga, cipta jiwa, rasa, kaki,

Ing kono lamun tinemu, Tandha nugrahing Manon

Artinya:

Kelak saya bertutur, Empat macam sembah supaya dilestarikan,

Antara lain sembah raga, cipta, jiwa, rasa, anakku!

Disanalah akan bertemu, tanda anugerah Tuhan

Bahwasannya terdapat empat macam sembah yang perlu dilestarikan antara lain sembah raga, cipta, jiwa, rasa. Dalam anugerah tuhan memberikan cara yang dapat ditempuh untuk manusia dapat bersyukur, diberikan kesehatan raga, ketenangan jiwa, kejernihan pikiran, dan kebahagiaan. Dengan kesehatan manusia dapat menjalankan segala aktivitas nya didunia, apakah itu sekolah, bekerja, belajar, berdagang dsb. 

Ketenangan jiwa juga penting dimiliki oleh manusia, jika segala sesuatunya kita lakukan dengan jujur dan amanah maka hasil pekerjaan senantiasa dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Ketenangan jiwa memberikan spirit atau semangat bagi raga untuk dapat bekerja, berusaha secara optimal. Ketenangan jiwa ini memiliki banyak sekali manfaat antara lain dapat mengurangi tingkat stress, melatih mata batin untuk dapat lebih peka terhadap kondisi lingkungan disekitar. Orang yang memiliki ketenangan jiwa cenderung lebih sabar dan tidak gegabah dalam bertindak maupun berucap.

Olah rasa dapat dilatih dan mulai dibiasakan, misalnya dalam kehidupan di lingkungan rumah. Memiliki rasa saling memiliki dan menjaga lingkungan sekitar kita, maka dapat meningkatkan hubungan silahturahmi dengan para tetangga sekitar. Rasa pada diri seseorang dapat timbul dari ketenangan jiwa. Dengan ketenangan jiwa, manusia dapat mengolah rasa yang dimiliki dengan maksimal serta apat membantu dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.

Seperti pada penerapan iuran pajak modern ini, diterapkan untuk kemaslahatan bersama. Menerima anugerah Tuhan untuk kemudian disampaikan kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Memberikan kepercayaan kepada pemerintah untuk mengelola sebaik-baiknya iuran dari masyarakat untuk keperluan negara, pembangunan, pendidikan dsb. Membantu pemerintah modern dengan daya dan kemampuan yang kita miliki, jika sebagai karyawan dengan membayar dan melaporkan pajak nya sesuai waktu yang ditentukan sudah merupakan bentuk tindakan mensyukuri anugerah Tuhan.

Pada 2:

Sembah raga punika,

Pakartine owng amagang laku,

Susucine asarana saking warih,

kang wus lumrah limang wektu,

wantu wataking wawaton

Artinya:

Sembah raga adalah,

Perbuatan orang yang olah batin,

Menyucikan diri dengan sarana air,

Yang sudah biasa lima waktu,

Sebagai rasa hormat terhadap waktu

Memaknai pupuh gambuh tersebut bahwa, melakukan ibadah merupakan salah satu bentuk manusia dalam melakukan sembah raga atau menyembah kepada sang pencipta. Bagian dari orang yang melakukan olah batin dengan membersihkan dirinya dengan sarana air. Pada ajaran agama Islam, dikenal dengan istilah wudhu yaitu mensucikan diri sebelum melakukan sholat atau sembahyang. Sholat dilakukan secara 5 waktu dalam sehari. Sholat ditujukan sebagai bentuk rasa hormat manusia terhadap waktu. Dengan melakukan ibadah, diharapkan orang dapat membersihkan diri secara raga dan dilengkapi dengan menyucikan nya.

Hal tersebut dapat dikaitkan dengan kehidupan kita selama bekerja dari pagi hingga malam hari, hal ini tentu saja membuat fisik kita terkuras tenaga atau energinya. Dengan beribadah diharapkan kita tetap mengingat waktu-waktu beribadah untuk sekaligus melakukan relaksasi dalam kegiatan bekerja yang kurang lebih 12 jam sehari.

Dengan kita menghargai waktu, maka kita akan menggunakan waktu secara sungguh-sungguh dan optimal. Seimbang antara duniawi dengan beribadah, memberikan dampak juga terhadap performance kita baik dikantor ataupun dirumah. Menimbulkan kebiasaan yang dapat berfikir secara jernih dan lebih menghargai waktu. Supaya dapat mengerjakan segala kegiatan dan tugas kantor dengan maksimal, dan kembali lagi ke rumah masih dalam kondisi yang fresh dan bahagia.

Waktu tidak dapat diputar kembali, maka hendaknya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya selama kita hidup didunia. Seimbang antara urusan duniawi dan urusan ibadah. Kita bekerja, beribadah, semua dalam rangka mengabdi kepada sang pencipta. Berbuat baik terhadap sesama dan memberikan kontribusi yang maksimal semata-mata untuk keberkahan selama hidup didunia. Memaksimalkan segala kemampuan kita untuk dapat memberikan kebermanfaatan bagi sesama, sekecil apapun hal yang kita lakukan agar dapat bermanfaat bagi kehidupan orang lain.

Misalnya membantu kelancaran sosialisasi pajak, tidak hanya sekedar memberikan edukasi kepada orang lain terhadap ketaatan, kepatuhan pelaporan pajak, hal ini juga bermakna membantu pemerintah secara tidak langsung terhadap ajakan persuasif kepada wajib pajak. Karena dengan melakukan sosialisasi, kita dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk dapat melakukan kewajiban-kewajiban perpajakan nya secara sukarela demi kemajuan bangsa dan negara.

Pada 3:

Inguni-uni ersua,

Sinarawung wulang kang sinerung,

lagi iki bangsa kas ngetok-ken anggrit,

mintoken kawangnyanipun,

sarengate elok-elok.

Artinya:

Pada jaman dahulu,

Belum pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,

Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan,

Memamerkan kebiasaannya,

amalannya aneh-aneh

Menelaah makna dari ajaran yang pada jaman dahulu telah banyak tabir, orang-orang menunjukkan hasil rekayasa serta menampilkan hal-hal aneh. Sejalan dengan kehidupan pada jaman modern seperti sekarang ini, sering kita temui bahwa dalam pelaporan pajak yang seharusnya bersifat self-asessment (atau melapor sendiri, menilai sendiri, menghitung sendiri), mungkin masih banyak kekurangan dan ketidaklengkapan pada pelaporan pajak tersebut. 

Salah satu contohnya misal tidak melaporkan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya (pendapatan kecil) dan memperbesar biaya perusahaan untuk menghindari adanya tagihan pajak yang terlalu besar karena adanya efek padndemi. Ada juga wajib pajak orang pribadi yang mungkin kurang lengkap mengungkapkan harta dan kewajiban nya secara periodik. Sebaiknya harta dan seluruh kewajiban diungkapkan secara lengkap. 

Hal tersebut menunjukkan adanya modifikasi dalam laporan tahunan pajak perusahaan (tax planning). Tax planning telah dilakukan oleh beberapa perusahaan, hakekatnya mungkin melakukan modifikasi pajak tetapi tanpa melanggar aturan pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan melakukan segala kewajiban perpajakan dan pencatatan akuntansi yang benar dan tertib maka akan meningkatkan status kepatuhan wajib pajak (complaiance).

Jika pada metode self-assessment ini diharapkan seharusnya masyarakat dapat mengisi dengan sejujurnya. Baik disisi pendapatan maupun beban biaya. Karena se-rupiah pun yang telah kita bayarkan kepada pemerintah dipergunakan juga untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat melalui berbagai kebijakan pemerintah.

Daftar Pustaka:

Pratiwi.2018. Serat Wedhatama sebagai salah satu warisan budaya.

web pajak.go.id. Sejarah perpajakan di Indonesia

web historia.id.Bermacam pajak pada era kolonial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun