Disanalah akan bertemu, tanda anugerah Tuhan
Bahwasannya terdapat empat macam sembah yang perlu dilestarikan antara lain sembah raga, cipta, jiwa, rasa. Dalam anugerah tuhan memberikan cara yang dapat ditempuh untuk manusia dapat bersyukur, diberikan kesehatan raga, ketenangan jiwa, kejernihan pikiran, dan kebahagiaan. Dengan kesehatan manusia dapat menjalankan segala aktivitas nya didunia, apakah itu sekolah, bekerja, belajar, berdagang dsb.Â
Ketenangan jiwa juga penting dimiliki oleh manusia, jika segala sesuatunya kita lakukan dengan jujur dan amanah maka hasil pekerjaan senantiasa dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Ketenangan jiwa memberikan spirit atau semangat bagi raga untuk dapat bekerja, berusaha secara optimal. Ketenangan jiwa ini memiliki banyak sekali manfaat antara lain dapat mengurangi tingkat stress, melatih mata batin untuk dapat lebih peka terhadap kondisi lingkungan disekitar. Orang yang memiliki ketenangan jiwa cenderung lebih sabar dan tidak gegabah dalam bertindak maupun berucap.
Olah rasa dapat dilatih dan mulai dibiasakan, misalnya dalam kehidupan di lingkungan rumah. Memiliki rasa saling memiliki dan menjaga lingkungan sekitar kita, maka dapat meningkatkan hubungan silahturahmi dengan para tetangga sekitar. Rasa pada diri seseorang dapat timbul dari ketenangan jiwa. Dengan ketenangan jiwa, manusia dapat mengolah rasa yang dimiliki dengan maksimal serta apat membantu dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.
Seperti pada penerapan iuran pajak modern ini, diterapkan untuk kemaslahatan bersama. Menerima anugerah Tuhan untuk kemudian disampaikan kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Memberikan kepercayaan kepada pemerintah untuk mengelola sebaik-baiknya iuran dari masyarakat untuk keperluan negara, pembangunan, pendidikan dsb. Membantu pemerintah modern dengan daya dan kemampuan yang kita miliki, jika sebagai karyawan dengan membayar dan melaporkan pajak nya sesuai waktu yang ditentukan sudah merupakan bentuk tindakan mensyukuri anugerah Tuhan.
Pada 2:
Sembah raga punika,
Pakartine owng amagang laku,
Susucine asarana saking warih,
kang wus lumrah limang wektu,
wantu wataking wawaton