Mohon tunggu...
MUNAWAR FUAD NOEH
MUNAWAR FUAD NOEH Mohon Tunggu... Dosen - Profesional, Social Entreprenuer

Bocah asli Putera daerah Pasundan Jawa Barat, terlahir asal Cibarusah Bekasi, pegiat perubahan, seorang social entrepreneur leader dengan visi besar, misi mulia dan cita luhur utk pemuliaan antar sesama, Pendiri/Pembina GSA Foundation, Pimpinan Yayasan Pesantren Ashshulaha Cibarusah, penulis buku "Indonesia: Awakening The Giant", "Kyai di Republik Maling", serta 27 buku terpublikasi lainnya, DOSEN di President University, Konsultan Corporate Social Responsibility & Good Corporate Governance, Direktur Program Dewan Masjid Indonesia Pusat, pernah bertugas diplomasi publik di mancanegara, pernah menjadi Tim Ahli Menteri Pertambangan dan Energi, Staf Khusus Menteri Kominfo RI, Asisten Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Sekretaris PP DMI Pusat, Pengurus PB Nahdlatul Ulama, MUI Pusat, ICMI Pusat, terpilih sebagai Sekretaris Jenderal DPP KNPI, Sekretaris Jenderal PP GP Ansor, Vice President Pemuda se Asia, Koord. Persaudaraan Anak Bangsa (Pimpinan Pemuda Lintas Agama0, Ketua Umum Senat Mahasiswa FS IAIN Jakarta, Ketua Presidium Mahasiswa Pascasarjana IAIN Jkt, buku terbarunya "Kyai di Panggung Pemilu : Dari Kyai Khos sampai Kyai High Cost", DR. Munawar Fuad Noeh, MA, lengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

911 Tragedy, Unforgettable

11 September 2020   15:28 Diperbarui: 12 Mei 2022   12:26 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai warga bangsa, kader muda Nahdlatul Ulama, saya serukan aksi gerakan nasional untuk memboikot seluruh produk dan jaringan bisnis Amerika, menutup perwakilan dan kedutaan, dan menurunkan bendera Amerika di manapun berada. Ternyata sikap kritis dan keras saya terhadap Amerika tak membuat mereka alergi dan sinis yang menjadikan ganjalan saya untuk hadir di negerinya sendiri.

Dalam hati saya berbisik: 'jangan-jangan, kesempatan tersebut untuk menjinakkan kritisisme saya terhadap Amerika'. Ah, saya tak begitu peduli, karena saya fikir, akan lebih obyektif saya berhadapan langsung dengan para pihak di Amerika yang itu jauh lebih bermanfaat agar terjadi saling pengertian dan saling pemahaman dari kedua belah pihak. Dalam misi yang berlangsung atas undangan East West Center, saya mewakili pemimpin muda muslim Indonesia.

Kebetulan saat itu saya diundang dalam kapasitas saya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Anshor, bidang hubungan luar negeri. Dua teman saya yang lainnya adalah Jamaluddin Faisal Hasyim dan seorang teman dari Aceh, Muslahuddin Daud. 

Dalam beberapa kali wawancara tertulis maupun lisan di Kedutaan Besar AS di Jakarta, kami dekat dengan Morris yang sekaligus menjadi pembimbing yang telaten dalam memberi petunjuk dan arahan mengenai apa yang harus kami persiapkan. Ketika kami bertiga terpilih untuk berangkat, kami diminta untuk menyiapkan masing-masing satu makalah untuk dipresentasikan dalam sebuah seminar Internasional di Amerika Serikat.

Dokpri
Dokpri
Saya sendiri menyiapkan makalah seputar bagaimana mengembangkan tradisi Islam moderat di Indonesia. Saya pikir inilah tema yang paling cocok karena dunia saat itu, dan terutama AS sendiri, tengah berhadapan dengan isu-isu terorisme pasca peristiwa 11 September 2001, dimana sekelompok teroris menyerang gedung Word Trade Centre di New York, AS, yang memakan korban ribuan nyawa melayang.

Sejak peristiwa itu AS mengajak negeri-negeri Muslim moderat untuk Bersama-sama melawan terorisme global. Tanggal 1 September 2002 kami tiba di Honolulu, Hawaii. Kami pun langsung menuju penginapan yang telah disiapkan di Doubletree Alana Waikiki Hotel, berlokasi di 1956 Ala Manoa Blvd. Di hari pertama itu saya langsung bisa merasakan suasana sejuk kawasan Hawaii yang penuh pesona.

Sebagaimana sering kita saksikan dalam film-film, Hawaii memang merupakan kawasan yang sangat indah. Para turis mancanegara menganggapnya sebagai surga tempat mereka bersenang-senang. Tidak heran jika Hawaii menjadi sentra industri pariwisata andalan AS. Pertama kali menginjakkan kaki di sana semua sudut seperti pesta yang ditaburi gemerlap cahaya, musik, dan tarian. 

Pada hari kedua, acara dimulai dengan perkenalan seputar East West Center/EWC (lembaga yang menjadi host kunjungan kami) dan misi yang tengah kam jalani. Kami mendengarkan sambutan dari Dr. Charles Morrison, Direktur East West Center, seorang yang amat simpatik, berpenampilan kalem dan menyenangkan.

Di pusat studi bergengsi tersebut, kami juga diberikan berbagai materi terkait dengan pengelolaan situs sejarah, budaya dan lingkungan Hawaii itu sendiri. Pemrasarannya adalah Dr. Michele Parke, seorang peneliti di EWC. 

Selain itu juga tampil para pembicara lain yang membahas masalahmasalah seputar isu kesehatan dan populasi regional Asia Pasifik, isu lingkungan hidup, isu energi, dan isu keamanan regional dan global. Secara geopolitik, Hawaii sangat strategis bagi AS karena letaknya di kawasan Asia Pasifik yang menjadi pintu gerbang bagi negara adikuasa itu untuk melakukan kontak dengan negara-negara lain di luar benua Amerika.

Isu-isu dunia yang menjadi perhatian AS juga dikaji dan ingin dicarikan solusinya di East West Center ini. Tidak heran jika di lembaga ini juga berkumpul para peneliti, pakar studi kawasan, dan profesor-profesor universitas terkemuka. Yang menarik bahwa mereka membawa kami ke sini karena ingin mendengar langsung dari sumber-sumber yang diperkirakan memiliki pemikiran objektif dan terbuka dalam berbicara bagaimana mengatasi terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun