Sebagai warga bangsa, kader muda Nahdlatul Ulama, saya serukan aksi gerakan nasional untuk memboikot seluruh produk dan jaringan bisnis Amerika, menutup perwakilan dan kedutaan, dan menurunkan bendera Amerika di manapun berada. Ternyata sikap kritis dan keras saya terhadap Amerika tak membuat mereka alergi dan sinis yang menjadikan ganjalan saya untuk hadir di negerinya sendiri.
Dalam hati saya berbisik: 'jangan-jangan, kesempatan tersebut untuk menjinakkan kritisisme saya terhadap Amerika'. Ah, saya tak begitu peduli, karena saya fikir, akan lebih obyektif saya berhadapan langsung dengan para pihak di Amerika yang itu jauh lebih bermanfaat agar terjadi saling pengertian dan saling pemahaman dari kedua belah pihak. Dalam misi yang berlangsung atas undangan East West Center, saya mewakili pemimpin muda muslim Indonesia.
Kebetulan saat itu saya diundang dalam kapasitas saya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Anshor, bidang hubungan luar negeri. Dua teman saya yang lainnya adalah Jamaluddin Faisal Hasyim dan seorang teman dari Aceh, Muslahuddin Daud.Â
Dalam beberapa kali wawancara tertulis maupun lisan di Kedutaan Besar AS di Jakarta, kami dekat dengan Morris yang sekaligus menjadi pembimbing yang telaten dalam memberi petunjuk dan arahan mengenai apa yang harus kami persiapkan. Ketika kami bertiga terpilih untuk berangkat, kami diminta untuk menyiapkan masing-masing satu makalah untuk dipresentasikan dalam sebuah seminar Internasional di Amerika Serikat.
Sejak peristiwa itu AS mengajak negeri-negeri Muslim moderat untuk Bersama-sama melawan terorisme global. Tanggal 1 September 2002 kami tiba di Honolulu, Hawaii. Kami pun langsung menuju penginapan yang telah disiapkan di Doubletree Alana Waikiki Hotel, berlokasi di 1956 Ala Manoa Blvd. Di hari pertama itu saya langsung bisa merasakan suasana sejuk kawasan Hawaii yang penuh pesona.
Sebagaimana sering kita saksikan dalam film-film, Hawaii memang merupakan kawasan yang sangat indah. Para turis mancanegara menganggapnya sebagai surga tempat mereka bersenang-senang. Tidak heran jika Hawaii menjadi sentra industri pariwisata andalan AS. Pertama kali menginjakkan kaki di sana semua sudut seperti pesta yang ditaburi gemerlap cahaya, musik, dan tarian.Â
Pada hari kedua, acara dimulai dengan perkenalan seputar East West Center/EWC (lembaga yang menjadi host kunjungan kami) dan misi yang tengah kam jalani. Kami mendengarkan sambutan dari Dr. Charles Morrison, Direktur East West Center, seorang yang amat simpatik, berpenampilan kalem dan menyenangkan.
Di pusat studi bergengsi tersebut, kami juga diberikan berbagai materi terkait dengan pengelolaan situs sejarah, budaya dan lingkungan Hawaii itu sendiri. Pemrasarannya adalah Dr. Michele Parke, seorang peneliti di EWC.Â
Selain itu juga tampil para pembicara lain yang membahas masalahmasalah seputar isu kesehatan dan populasi regional Asia Pasifik, isu lingkungan hidup, isu energi, dan isu keamanan regional dan global. Secara geopolitik, Hawaii sangat strategis bagi AS karena letaknya di kawasan Asia Pasifik yang menjadi pintu gerbang bagi negara adikuasa itu untuk melakukan kontak dengan negara-negara lain di luar benua Amerika.
Isu-isu dunia yang menjadi perhatian AS juga dikaji dan ingin dicarikan solusinya di East West Center ini. Tidak heran jika di lembaga ini juga berkumpul para peneliti, pakar studi kawasan, dan profesor-profesor universitas terkemuka. Yang menarik bahwa mereka membawa kami ke sini karena ingin mendengar langsung dari sumber-sumber yang diperkirakan memiliki pemikiran objektif dan terbuka dalam berbicara bagaimana mengatasi terorisme.