Mohon tunggu...
Mulyono Atmosiswartoputra
Mulyono Atmosiswartoputra Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Belajar merangkai kata agar pelajaran tak hilang sia-sia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Parikan, Pantun dalam Sastra Jawa

11 Juli 2022   21:54 Diperbarui: 11 Juli 2022   22:07 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai misal, empat suku kata yang depan berbunyi "kembang duren", adapun delapan suku kata yang belakang berbunyi "tibane kecemplung kalen". Dengan demikian, parikan tadi selengkapnya menjadi:

 

Kembang duren, tibane kecemplung kalen

Aja dahwen, yen kowe kepengin kajen.

(Bunga durian, jatuh masuk ke saluran air

Jangan suka mencampuri urusan orang lain, jika ingin dihormati).

 

Yang disebutkan di atas adalah contoh parikan yang baik, karena jumlah suku katanya sama antara yang tersebut di SAMPIRAN dan ISI. Akan tetapi tidak sedikit parikan yang jumlah suku katanya tidak sama. Parikan yang biasa dipakai untuk mengiringi gending Jawa di bawah ini adalah contohnya. 


Suwe ora jamu, jamu godhong tela

Suwe ora ketemu, ketemu pisan gawe gela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun