Sebagai misal, empat suku kata yang depan berbunyi "kembang duren", adapun delapan suku kata yang belakang berbunyi "tibane kecemplung kalen". Dengan demikian, parikan tadi selengkapnya menjadi:
Â
Kembang duren, tibane kecemplung kalen
Aja dahwen, yen kowe kepengin kajen.
(Bunga durian, jatuh masuk ke saluran air
Jangan suka mencampuri urusan orang lain, jika ingin dihormati).
Â
Yang disebutkan di atas adalah contoh parikan yang baik, karena jumlah suku katanya sama antara yang tersebut di SAMPIRAN dan ISI. Akan tetapi tidak sedikit parikan yang jumlah suku katanya tidak sama. Parikan yang biasa dipakai untuk mengiringi gending Jawa di bawah ini adalah contohnya.Â
Suwe ora jamu, jamu godhong tela
Suwe ora ketemu, ketemu pisan gawe gela.