Setelah pulas semalam di ranjang yang besar, pagi dini hari ini saya dan isteri naik ke rooftop. Bagian teratas hotel yang terbuka, dan sebagian kecilnya tertutup.
Tadi malam kami dinner di rooftop ini. Berada di area out door dalam naungan langit Toba yang agak mendung.
Menunggu pesanan datang, melongok ke bawah sana. Lampu - lampu berpendaran berkelip di tepi danau yang berkilat memantulkan cahaya rembulan nan redup.
Rembulan bulat menggantung di langit. Dikelilingi kabut menghitam. Sesekali angin bertiup sepoi, rembulan nyaris tertelan kabut. Namun angin yang lain menyelamatkan. Sang ratu malampun muncul kembali bertengger di puncak langit.
Danau Toba dan sekitarnya malam itu terkesan syahdu. Mendekati misterius.
Inilah danau vulkanik terbesar di dunia. Terbentuk akibat letusan besar gunung Toba, 70 an ribu tahun yang lalu. Konon erupsi itu merupakan letusan terbesar gunung berapi selama 25 juta tahun terakhir. Atau sepanjang sejarah.
Malam itu kami menggigil tertimpa angin yang tak putus meniupi rooftop. Mie godog dan jahe panas membantu, namun tak membuat kami bertahan. Akhirnya kami berpindah duduk ke area rooftop yang terlindung.
Malam Toba memberi tambahan pemahaman tentang keindahan, misteri, kenikmatan juga tentang daya tahan.
Pagi ini, di rooftop yang sama, kami berdua menjadi saksi munculnya sang mentari dari balik punggung bukit tepi danau sebelah kiri.