Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas, Tur Medan - Toba #5

8 Oktober 2024   09:37 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:18 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Percik lelatu wisata Toba tengah berpijar. Kemegahan dan keindahan alamnya menunggu diolah dan dikreasi agar semakin menyala.

Dua ikon terbaru yang belum lama ini dilaunching, mestinya menjadi tambahan amunisi bagi pelaku wisata setempat ataupun nasional, untuk lebih mengobarkan gairah turisme klaster Toba ini.

Dua ikon baru itu, yakni patung Yesus raksasa di puncak bukit Sibea - bea. Patung Yesus bermateri semen berwarna putih, berulos karya insan marga Situmorang. Sangat tinggi menjulang di antara gugusan bukit menghadap danau.

Lalu yang kedua, dan belum lama diresmikan adalah jembatan merah yang menghubungkan Sumatera daratan dan pulau Samosir, jantung wisata Toba. Para pelancongan kini lebih dimudahkan untuk bertandang ke desa Tomok Samosir. Tidak harus dengan Ferry.

Barangkali benchmark terkemuka untuk kreasi - kreasi wisata unik dan menarik, adalah para kreator di Bandung, Yogya, Bali dll. Studi banding ke kota - kota seni itu pasti akan membawa manfaat besar bagi perkembangan turisme Toba.

Di plasa pandang resort kami terpesona mengagumi alam Toba. Setelah berfoto sepuasnya, dari ketinggian resort Loren kami rombongan Tur Medan - Toba meneruskan laku. Bus tiga perempat tunggangan meluncur melanjutkan perjalanan.

Tepi Toba, dokpri
Tepi Toba, dokpri

Menuruni jalan sempit berkelok, dengan sajian panorama menawan. Bukit - bukit, savana menghijau, hutan pinus. Permukaan danau Toba yang tenang selalu eksis mewarnai pemandangan.

Perjalanan dilingkungi sineri mempesona. Berupaya mata tak pejam.

Pinus di Bukit Toba, dokpri
Pinus di Bukit Toba, dokpri

Tiba di resto terapung Tongging tepi danau, kami makan siang.

Di atas panggung kayu, lahap kami menikmati sajian ikan, udang danau Toba. Dengan tangan telanjang memuluk nasi dan mencuwil ikan, sedap sekali maksi di tepi danau ini terasa.

Boleh tahan, ungkapan slank melayu Singapur untuk mengungkapkan makanan itu enak.

Kami bersama nyletuk, boleh tahan lah.

Resto terapung Tongging, dokpri
Resto terapung Tongging, dokpri
Usai maksi, dari resto Tongging bus meliuk - liuk menyusuri pinggiran danau. Matahari semakin lengser ke barat.

Senja seolah turun terlalu cepat. Berusaha keras memicingkan mata yang mulai menggeliyut, ngantuk. Rugi kalau sampai melewatkan sineri senja danau Toba nan cantik ini.

Permukaan danau tenang itu keemasan memantulkan bulir - bulir bercak sandyakala. Memukau.
Sebentar lagi sang Mentari akan mengakhiri tugas hariannya, menerangi bumi.

Hampir mahrib, jembatan baru berpilar segi tiga warna merah penghubung daratan ke pulau Samosir itu nampak menjulang di kejauhan.

Jembatan baru, penghubung Sumatera ke pulau Samosir, dokpri
Jembatan baru, penghubung Sumatera ke pulau Samosir, dokpri
Teringat pelajaran Pengantar Ekonomi di masa awal kuliah hampir 50 tahun lalu. Bahwa infrastruktur dan suprastruktur itu merupakan kunci bagi kemajuan dan kesejahteraan Ekonomi. Bahkan disebutkan infrastruktur  sebagai energi pemungkin revolusi kesejahteraan.

Jembatan baru dengan pilar bercat merah itu adalah perwujudan nyata, sarana untuk menggerakan dinamika masyarakat di sini.

Langit mulai gelap, bus tiba di hotel tujuan. Hotel baru persis di pinggiran Toba. Kami akan menginap semalam di sini.

        *******

Hotel cantik ini memadukan gaya modern dengan fasad rumah tradisional Batak, meruncing.

Tampilan rapi dengan detil tak terlewatkan. Menunjukan Hotel ini dibangun dengan hati. Tidak dibangun hanya sekedar untuk keuntungan bisnis semata. Namun juga diperuntukan sebagai tempat tetirah nyaman, indah dan menyenangkan. Berkelas.

Setelah pulas semalam di ranjang yang besar, pagi dini hari ini saya dan isteri naik ke rooftop. Bagian teratas hotel yang terbuka, dan sebagian kecilnya tertutup.

Tadi malam kami dinner di rooftop ini. Berada di area out door dalam naungan langit Toba yang agak mendung.

Bulan Toba, dokpri
Bulan Toba, dokpri

Desa tepi Toba, dokpri
Desa tepi Toba, dokpri
Rooftop dinner, dokpri
Rooftop dinner, dokpri

Menunggu pesanan datang, melongok ke bawah sana. Lampu - lampu berpendaran berkelip di tepi danau yang berkilat memantulkan cahaya rembulan nan redup.

Rembulan bulat menggantung di langit. Dikelilingi kabut menghitam. Sesekali angin bertiup sepoi, rembulan nyaris tertelan kabut. Namun angin yang lain menyelamatkan. Sang ratu malampun muncul kembali bertengger di puncak langit.

Danau Toba dan sekitarnya malam itu terkesan syahdu. Mendekati misterius.

Inilah danau vulkanik terbesar di dunia. Terbentuk akibat letusan besar gunung Toba, 70 an ribu tahun yang lalu. Konon erupsi itu merupakan letusan terbesar gunung berapi selama 25 juta tahun terakhir. Atau sepanjang sejarah.

Malam itu kami menggigil tertimpa angin yang tak putus meniupi rooftop. Mie godog dan jahe panas membantu, namun tak membuat kami bertahan. Akhirnya kami berpindah duduk ke area rooftop yang terlindung.

Malam Toba memberi tambahan pemahaman tentang keindahan, misteri, kenikmatan juga tentang daya tahan.

Pagi ini, di rooftop yang sama, kami berdua menjadi saksi munculnya sang mentari dari balik punggung bukit tepi danau sebelah kiri.

Sulak keemasan itu seolah menjadi intro pemunculannya. Melukis langit menjadi lukisan abstrak raksasa yang bercermin di permukaan danau.

Perlahan bola kekuningan itu muncul dari balik bukit. Seperempat, separuh bulat. Dan akhirnya mentari penuh mengambang di atas bukit. Kilau emasnya berkilat. Segar, sehat menerangi tanah Samosir.

Pagi Toba, dokpri
Pagi Toba, dokpri
Panorama luar biasa. Perpaduan  langit tak terbatas, barisan bukit menghijau, mentari keemasan yang masih redup dan danau nan luas yang permukaan airnya berkilat - kilat.

Terpukau, pemandangan boleh tahan.

Sunrise Toba, dokpri
Sunrise Toba, dokpri
Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun