Mohon tunggu...
MULYANA AHMAD DANI 111211231
MULYANA AHMAD DANI 111211231 Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administarasi di Kantor Balai Monitor SFR Kelas I Jakarta

Futsal, Sepakbola dan Catur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kemimpinan Republik Platon

22 Oktober 2024   14:53 Diperbarui: 22 Oktober 2024   15:52 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paideia dalam arti sempit berarti pendidikan atau pelatihan, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, Paideia adalah sebuah proses pembentukan manusia secara utuh. Pendidikan ini mencakup tidak hanya pengajaran keterampilan praktis, tetapi juga nilai-nilai kebajikan, etika, dan kebijaksanaan yang dianggap sangat penting untuk memimpin masyarakat. Paideia menjadi kunci untuk membentuk manusia yang memiliki keutamaan moral (Arete) dan kemampuan berpikir secara bijaksana (Phronesis).

Tiga Aspek Utama dalam Problem Humanitas

Tiga tema kunci yang dibahas terkait Problem Humanitas, yaitu:

  1. Arete (Keutamaan): Keutamaan moral dan intelektual menjadi hal yang harus dikejar dalam pendidikan seorang pemimpin. Arete adalah kemampuan seseorang untuk mencapai potensi maksimalnya sebagai manusia yang beretika dan bijaksana. Keutamaan ini bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi lebih pada pencapaian karakter yang baik dan bermoral tinggi.

  2. Phronesis (Kebijaksanaan Praktis): Kebijaksanaan praktis atau phronesis adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang nyata dan konkret. Seorang pemimpin tidak hanya butuh pengetahuan teoritis, tetapi juga kemampuan untuk menerapkannya secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks modern, ini berarti kemampuan untuk merespons tantangan yang berubah-ubah dengan cara yang efektif dan etis.

  3. Sophrosyne (Moderasi): Moderasi atau pengendalian diri adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan dan tidak bertindak berlebihan. Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan emosi, hasrat, dan dorongannya, serta harus mempertimbangkan semua hal sebelum mengambil keputusan. Moderasi membantu pemimpin untuk tetap fokus pada tujuan yang lebih besar, yaitu kebaikan bersama, tanpa terpengaruh oleh ambisi pribadi atau godaan kekuasaan.

Konsep Paideia dan Problem Humanitas ini sangat relevan bagi generasi saat ini, terutama dalam konteks pendidikan dan kepemimpinan modern. Berikut beberapa saran dan contoh penerapannya:

  1. Pendidikan Karakter di Sekolah: Pendidikan di zaman sekarang sering kali hanya berfokus pada prestasi akademik dan keterampilan teknis, tetapi melupakan pendidikan karakter. Generasi muda harus diajarkan bukan hanya untuk menjadi pintar, tetapi juga memiliki moralitas tinggi dan etika yang baik. Contoh implementasinya adalah mengintegrasikan kurikulum yang fokus pada pendidikan karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi, sehingga siswa tidak hanya mengembangkan intelek, tetapi juga nilai-nilai kebajikan.

  2. Pemimpin yang Bijak dan Moderat: Dalam dunia yang semakin kompleks, pemimpin yang ideal bukan hanya yang cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam mengambil keputusan. Banyak pemimpin muda saat ini yang menghadapi tekanan untuk meraih sukses secara cepat, tetapi lupa akan pentingnya phronesis—kebijaksanaan praktis dalam mengelola situasi nyata. Seorang pemimpin yang bijaksana harus bisa berpikir secara rasional dan membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan dirinya, tetapi juga bermanfaat bagi banyak orang.

    Misalnya, dalam dunia bisnis atau politik, seorang pemimpin harus mampu mengendalikan ambisi pribadi dan mempertimbangkan kepentingan orang lain. Mengambil keputusan besar tanpa mempertimbangkan dampaknya pada masyarakat luas bisa berujung pada kehancuran. Generasi sekarang harus belajar untuk membangun kesadaran diri dan moderasi, agar tidak hanya mengejar kekayaan atau kekuasaan dengan cara yang tidak etis.

  3. Moderasi dalam Kehidupan Digital: Dalam era digital, moderasi (sophrosyne) adalah hal yang sangat penting, terutama dalam penggunaan media sosial dan teknologi. Banyak orang terjebak dalam keinginan untuk terus-menerus terhubung dan memperoleh validasi melalui media sosial, yang sering kali mengarah pada kecanduan dan stres. Untuk generasi sekarang, penting untuk menerapkan moderasi digital, dengan mengatur penggunaan media sosial secara sehat dan tidak berlebihan. Contoh praktisnya adalah membatasi waktu penggunaan media sosial setiap hari dan fokus pada interaksi yang bermakna di dunia nyata.

  4. Pengembangan Diri Berbasis Keutamaan: Generasi muda harus didorong untuk mengembangkan arete (keutamaan), yaitu menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, baik dalam hal pengetahuan maupun moralitas. Dalam konteks pekerjaan, ini berarti tidak hanya mengejar karier yang sukses, tetapi juga membangun karakter yang kuat—seperti integritas, kejujuran, dan komitmen untuk memberikan dampak positif. Contoh nyatanya adalah melalui program-program mentoring yang fokus tidak hanya pada pengembangan keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan pribadi dan nilai-nilai.

Prof. Apollo (2003)
Prof. Apollo (2003)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun