Satu setengah jam kemudian ada panggilan masuk. Di layar ponsel jelas tertera nama 'My Rainy'. Sengaja tak kuangkat. Tiga panggilan kemudian berstatus 'tak terjawab', disusul dua baris pesan.
[Lagi tidur, ya?].
[Aku pulang naik ojol. Aku nanti mampir kosan kamu bawa bakso Bang Jo, ya. Kayaknya enak ujan-ujan gini makan bakso.]
Ahh, dia bahkan tidak marah sedikit pun. Hatiku setengah luluh pada kebaikan dan kesabaran Rainy. Namun separuhnya lagi, masih ingin membuat dia kesal.
Selang lima menit dalam kebimbangan, barulah kubalas pesan itu.
[Maaf ya, Sayang. Aku gak jadi jemput. Mager berat].
[It's ok.]
Sekarang sudah awal Desember lagi. Setiap sore, hujan deras mengguyur kota kami lagi. Rainy tak pernah mampir ke kosanku. Mi bakso yang dulu jadi makanan favorit, kini sangat kubenci.
Rainy? Di tengah hujan deras itu dia pulang naik ojek online, tetapi tidak pernah sampai ke rumah atau ke kosanku. Motor yang membawanya tergelincir dan masuk ke bawah truk yang tengah melaju. Orang-orang menyayangkan pengemudi yang tidak hati-hati. Namun sesungguhnya, semua salahku. Mengapa aku tak menjemputnya, di awal Desember yang basah itu.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H