Air mata mengambang di pelupuk mata Lestari. Gadis yang sehari-harinya kalem dan murah senyum, Â kali ini murung, Â diam membatu. Â Sukar buat mengelak dari tuntutannya. Tapi kok si Otong Gapuak begitu gamblangnya membuka tabir rahasia gombalnya.
Gadis itu masih saja membisu. Kesedihannya semakin berlarut-larut. Akhirnya aku menceritakan pengalaman kemarin sore di bioskop Raya Theater, tentang kelakar dan pancinganku. Ternyata dilahap si Otong Gapuak mentah-mentah.
Hal yang membuat aku gembira, Â gadis manis itu akhirnya tersenyum geli. Setelah aku bersusah-payah memancing sesungging rekahan bibirnya---yang ranum."Maafkan aku ya, Tari !" pintaku sembari mengulurkan tangan.
Setelah membaca situasi dan keadaan di sekitar kami, aku memeluknya. Mengecup bibirnya. Mesra sekali.
Kemudian, setelah Lestari melipat surat cinta si Otong, ia  beranjak. Aku mengantarkan sampai di pagar. Dia melambaikan tangan. Haru!
Agaknya, selama ini Otong tak pernah tahu bahwa Lestari, gadis manis itu adalah pacarku yang paling setia. Pacar yang paling aku cintai dengan segenap hati. Biarlah menjadi rahasia di antara Lestari dan diriku. Bahkan di antara teman-teman sekelas sekolah kami,tidak ada yang tahu rahasia cinta kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H