"Kalian, dasar tukang ngibul semua," katanya ketika kembali menemui kami.
"Lho, kamu ini nggak percaya ya?"Sapto yang menyahut.
Otong menggeleng-gelengkan kepalanya, berkali-kali.
"Yang kamu temui siapa sih?" Kali ini aku yang bertanya.
 Otong menengadahkan kepalanya, mengingat sesuatu.
"Ibu Mangunsong, si kacamata minus!"jawab Otong ketus sambil memeragakan kedua tangannya, membentuk lingkaran bulat seperti kacamata.
"Siapa? Ibu guru kita si Simangunsong yang killer?" kataku terperanjat, Â mendecak-decak heran.
Setelah lama terdiam dan bermimik serius, aku pun tertawa terpingkal-pingkal. Meledak-ledak tawaku bagaikan guntur dari lapisan langit ketujuh. Sementara Otong masih juga linglung dengan sejuta kecurigaannya pada kami. "Kenapa sih si  guru  ceriwis itu yang kamu jumpai,Tong? " sanggahku menahan geli."Kamu tahu nggak? Ibu guru yang duduk di Biro Bimbingan dan Penyuluhan yang kami maksud! " kataku bercipoak  lagi.
Begitulah. Ekspresi kecurigaannya memudar, tersenyum lebar. Lalu Otong menyuap semangkuk es teler yang  kami sediakan untuknya. Dengan kesegaran baru, kami mengikuti pelajaran di kelas. Perasaan geli yang kenyal masih saja menggoda bila mengenang semua kejadian---yang menimpa Otong.
                              ***
Aku sedang asyik melihat-lihat pamplet filem yang akan diputar pada sebuah bioskop. "Tontonan yang menggemparkan jagat raya," begitu promo yang terpampang di sisi loket penjualan karcis masuk. Konon, filem yang begitu fantastis, SUPERMAN.