"Lestari yang kamu maksud, Jeng?"tanyanya, penuh harap.
"Siapa lagi kalau bukan Lestari, Tong! Pilihanmu tepat sekali," aku berseru sembari menjabat jemarinya ketat.
"Cewek cakep itu bilang apa sih, Jeng?"desaknya."Menyangkut diriku ya , Jeng?"
"Pokoknya siip deh. Ditanggung gregetan kamu,Tong!"
Otong Gapuak tersenyum simpul. Setelah puas mendengar penjelasan dan celotehku selanjutnya, berkali-kali ditepuknya bahuku. Tanpa aku yang meminta, dia berjingkrak-jingkrak menuju loket penjualan karcis. Senyum cerianya mengiringi langkahnya."Tunggu sebentar, Jeng! Kita nonton berdua. Kamu setuju kan bila aku yang traktir?"tukasnya.
"Tentu saja!"
Asyik kan! Siapa nyana kalau akhirnya kedatanganku ke bioskop ini membawa mujur, hanya bermodalkan cipoak.
                                                ***                            Â
Besoknya, Lestari datang ke rumahku. Tadi pagi, aku memang absen ke sekolah karena terlambat bangun. Tidak seperti biasa, gadis manis itu tergesa-gesa sekali. Ketika sampai di beranda rumahku, cewek berpenampilan kalem itu terkesima."Tumben kamu datang!"sambutku ramah.
Gadis itu tergagap-gagap, betapa ia tak menyadari bahwa aku sudah berada di hadapannya. Kecemasan memerangkap wajah Lestari. Kabut hitam seperti  bergumpal-gumpal  di kaki langit sana .       "Wah, kamu gawat Jeng!"  Itu kalimat pertama yang bergetar di bibirnya. Mengagetkan!
"Ada apa, Tari? Kelihatannya kamu sangat cemas,non! Barangkali aku dapat membantumu," tukasku tak kehilangan akal saat  kami berada di ruang tamu.