Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sayup-sayupnya suara seseorang memanggil namaku. Entah dari mana asal suara itu. Lantas aku celingak-celinguk memerhatikan orang banyak. Rasanya aku mengenal betul suara itu. Tapi..., siapa orang yang menggumamkan suara itu, belum jelas.
"Hallo Jejeng. Selamat sore!"sapanya ramah sembari menepuk lenganku. Tak pelak lagi, ternyata dia sahabat kami yang sering kami perolok-olok di sekolah,  Merdy Lesmana alias si Otong Gapuak. Berbeda  penampilannya sore ini, necis dan keren. Ia mengenakan pakaian warna biru muda yang sepadan dengan warna kulitnya, bermotif  kotak-kotak  plus jeans yang masih segar.
"Mau nonton ya, Tong?" tanyaku sekedar iseng dan berharap agar dia mengiyakan."Filemnya seru dan fantastis, loh! Kakakku Minda sudah menontonnya," kataku lagi. "Seru deh. Tak rugi kok kalau kamu menyaksikan filem ini."
Senyum Otong dikulum manis. Sangat manis ranumnya, menarik  hati pula. Anggukan kepalanya terkulai.
Sementara Otong lagi asyik di depan pamphlet, aku berusaha mengalihkan perhatian sahabat sekolah kami ini."Tong, ada yang menyampaikan salam untukmu," ujarku setengah berteriak dari ruang tunggu. Aku sangat berharap agar dia  menghampiriku.
"Jangan bergurau, Jeng!"nada bicaranya penuh kecurigaan, seakan-akan mengetahui maksud nakalku.
"Kamu tak percaya sama aku lagi ya, Tong? Kapan sih aku mengibulimu? Kapan sih aku pernah mencederai omonganku?" desakku, pura-pura jengkel atas kecurigaannya.
Sampai  akhirnya, Otong menghampiriku juga. Kemudian dia duduk di sisiku. Tangannya bersandar pada pundakku seperti kebiasaan khasnya di sekolah. Lama dia tercenung. Lantas,  Otong pun bertanya.      "Siapa lagi, Jeng?"
Aku menghela nafas. Selekasnya kusingkirkan tangannya agar dapat berbicara lugas. Setelah menundukkan kepala beberapa jenak, memikirkan  bahan lelucon buat disuguhkan kepadanya, otakku  berpikir lebih keras.
"Lekas dong ceritanya!" teriak Otong merasa kurang sabar.
"Teman sekolah kita, Tong. Wanita yang duduk di barisan depan bangku dudukku,Tong! Masa lupa? Yang alis matanya melengkung, bibirnya ranum bagai buah apel!" cetusku agar dapat memerangkap Otong dalam ketidakberdayaannya.