Mohon tunggu...
Muklinatun Sofa Nafisah
Muklinatun Sofa Nafisah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - sophaaa

sedang berusaha untuk bisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Layar: Perjuangan Kuliah Di Masa Pandemi

5 Januari 2025   11:32 Diperbarui: 5 Januari 2025   11:32 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sekarang mari kita tidur dan berpikir lagi besok pagi. Good night for me", ucap Zeya pada dirinya sendiri. Self-reward untuk dirinya sendiri saat ini adalah memberikan waktu tidur yang berkualitas.

Pagi harinya, Zeya kembali lari pagi menyusuri jalanan dengan pemandangan sawah. Kali ini, bukan hanya botol minum yang dibawa, tetapi juga botol kosong untuk wadah jika ia menemukan jentik-jentik. Di perjalanan, ia sesekali melihat dengan seksama kedalam selokan air. Ia tidak benar-benar lari dengan serius, namun keringat yang dihasilkan tubuhnya dua kali lebih banyak dari biasanya. Meskipun begitu tidak ada jentik-jentik yang ia dapatkan. Akhirnya, ia memutuskan pulang dengan botol yang masih kosong, seperti semula.

Zeya belum menyerah, ia menghubungi beberapa teman SMA-nya yang rumahnya bisa di jangkau. Seharian ini, ia disibukkan dengan misi pencarian jentik-jentik, melibatkan teman-temannya agar ikut pusing. Zeya cukup populer di kelasnya dan suka membantu temannya yang kesulitan. Jadi, ia tidak sungkan untuk meminta bantuan ketika ada tugas yang tidak bisa diselesaikan sendiri.

Sembari menunggu jawaban dari teman-temannya, ia tidak tinggal diam. Kembali ia menghubungi teman-teman rumah dan saudaranya. Setelah menggulir nama-nama kontak di WhatsApp, ia menemukan satu nama sepupunya yang belum dihubunginya. Tanpa berpikir lama, ia menekan tombol panggil pada kontak bernama 'Daven' -- berdering. Pada dering terakhir, akhirnya panggilan di jawab oleh si empunya.

"Halo, Ze?" jawab suara di seberang sana.

"Halo Mas Dav, lagi di rumah nggak?" Mas Daven adalah sepupu Zeya yang tinggalnya di desa sebelah. Umurnya hanya terpaut 2 tahun di atas Zeya.

"Iya Ze, sini main ke rumah".

"Hm, niatnya gitu sih, tapi bantuin aku ya Mas hehe" Zeya sedikit lega, itu berarti ia memiliki teman yang akan dijadikan tumbal buat cari jentik-jentik.

"Emang kamu kalau main itu pasti pas ada maunya doang" jawab Mas Daven kesal.

"Nanti aku bawain makanan deh, janji" senyumnya mengembang.

"Ditunggu segera".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun