Sebelum sampai di terminal, Aruna menghubungi adik laki-lakinya yang kini duduk di kelas 11 SMA.
"Lah, terus gimana nasib kakakmu ini?" tanya Aruna, sedikit kesal.
"Kata Mama nggak boleh jemput sekarang, udah terlalu malam," jawab adiknya.
"Astaga... Kenapa nggak bilang dari kemarin? Yaudah deh," jawab Aruna, langsung memutuskan telepon sepihak. Ia hanya menatap ke luar jendela, merasa semua pilihan sudah tidak ada lagi. Jarak terminal ke rumahnya masih sekitar satu jam perjalanan, dan karena rumahnya jauh dari daerah perkotaan, tak ada layanan grab yang masih beroperasi malam itu.
Tak lama setelah itu, sepupunya menelepon dan meminta Aruna untuk menghubunginya lagi ketika sudah sampai di terminal. Mendengar itu, hati Aruna sedikit lebih tenang dan kepalanya terasa lebih ringan.
Sesampainya di terminal, Aruna segera turun dari bus dan masuk ke dalam mobil sepupunya yang menjemputnya.
***
Pagi hari, pukul 7. Aruna baru saja memejamkan mata lagi setelah terjaga pada pukul 4 subuh. Namun, ia sudah harus bangun lagi karena ponselnya berbunyi beberapa kali.
"Halo, ya?" jawab Aruna, setengah mengantuk.
"Ini Mahen. Mas Kevin tadi kirim pesan, katanya hari ini ujian lisan via Zoom jam 8. Kamu pasti nggak bangun kalau nggak ku telepon," ujar Mahen di ujung telepon.
Aruna mendengus kesal. "Oke, thanks Hen. Sumpah, tuh orang bikin greget!"