Tepat pukul 5.10, Aruna berdiri di tepi jalan, menunggu bus yang akan membawanya pulang. Lima belas menit kemudian, bus pun tiba. Aruna segera naik dan duduk di kursi yang kosong.
"Astaga, mau pulang dua hari aja begini amat," keluh Aruna dalam hati, sesaat setelah ia duduk di kursinya.
Baru beberapa menit bus melaju, Aruna sudah tertidur pulas. Seharian penuh aktivitas yang menguras tenaga membuatnya merasa seperti pekerja rodi. Namun, ia terbangun ketika ponselnya berbunyi. Dengan mata yang berat, ia merogoh saku celananya dan menekan tombol jawab tanpa memeriksa nama penelepon.
"Iya, halo, selamat malam," jawabnya.
"Aruna, kamu sudah baca pesan saya? Besok saya tunggu jam 10 pagi di ruang saya," suara Mas Kevin terdengar di ujung telepon.
Aruna langsung tersadar sepenuhnya dan buru-buru membuka pesan di ponselnya. 'Apa? Ujian lisan di ruang Mas Kevin?' gumamnya kesal.
"Mohon maaf, Mas, tapi kan besok weekend. Bisa nggak dijadwalkan ulang di weekday saja?" tanya Aruna, mencoba menjelaskan.
"Saya hanya free di weekend, Aruna," jawab Mas Kevin tenang.
Aruna hanya mengangguk pelan, meskipun kepalanya semakin pening. Kini, ia masih dalam perjalanan pulang dan besok harus kembali ke tempat magang, padahal jarak rumah ke tempat magang memakan waktu 6 jam perjalanan.
Aruna memutuskan untuk tidur lagi, merasa lelah dengan segala gebrakan dadakan dari pamong magangnya. Ia sudah tak mampu berpikir jernih lagi. Toh, jika ia tidak bisa ujian lisan sekalipun, sepertinya tidak akan terlalu dipermasalahkan. Lagipula, ia tidak mungkin kembali malam itu juga.