Hari ini bukan akhir pekan, namun Aruna Laksmi, gadis yang dikenal sangat sibuk, bisa bangun jam 9 pagi dengan hati yang tenang. Aruna saat ini adalah mahasiswi semester 5 yang tengah menjalani magang di luar kampus. Bukan untuk mencari pengalaman atau pengetahuan tambahan, melainkan untuk menghindari praktikum yang dianggapnya tidak masuk akal di jurusannya. Selain itu, magang juga jadi cara untuk mengalihkan perhatian setelah cowok yang sudah lama dekat dengannya mem-publish pasangan barunya. Itulah yang semakin membuatnya stress di awal semester. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyibukkan diri, baik fisik maupun pikirannya, demi menghindari perasaan galau.
"Hmmm, jam berapa nih?" Aruna menguap khas orang yang baru bangun tidur. Tangannya mencari-cari ponsel di atas kasur. Oke, ketemu. Ia langsung menyalakan ponselnya di tengah gelapnya kamar dan berusaha membuka mata yang masih terpejam. 'Oh, masih pagi,' gumamnya. Lima menit kemudian, ia bangkit, merapikan tempat tidurnya, lalu masuk ke kamar mandi untuk mencuci baju yang menumpuk selama seminggu terakhir.
Di dalam kamar, ia sengaja menyalakan musik untuk menambah semangat di pagi hari, kebiasaan khas Gen Z. Setelah semua pekerjaan membersihkan kamar selesai, ia merias wajahnya dan bersiap untuk pergi. Tiba-tiba, dering ponselnya memecah konsentrasi. Ia melihat nama "Mahendra" muncul di layar.
"Halo, Hen, sudah di mana?" jawab Aruna sambil membenarkan riasannya.
"Masih cetak dokumen, belum berangkat kan?"
"Belum, ini masih di kos. Kabarin kalau mau otw," jawab Aruna.
"Laporan udah dicetak semua? Mau aku cetakin sekalian?" tanya Mahendra.
"Oh, nggak usah, aku udah tinggal ambil di bawah."
"Okedeh," jawab Mahendra, kemudian menutup panggilan.
Mahendra, yang biasa dipanggil Mahen oleh teman-temannya, adalah satu teman magang Aruna. Mahen memiliki watak yang tenang dan serius, berbanding terbalik dengan Aruna yang sering panik, tapi ia selalu bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna.
Suara klakson motor terdengar beberapa kali tepat di depan kos Aruna. "Ruuun, aku dah di bawah!" teriak Mahen keras di atas motornya. Namun, yang ditunggu tak kunjung keluar. Akhirnya, ia turun dari motor dan hendak membuka gerbang kos Aruna. Tangan Mahen sudah siap mendorong gerbang. "Hei, berisik tau nggak?" teriak Aruna dari seberang jalan depan kosnya. Ia sudah berdiri di sana sejak mendengar klakson motor Mahen, tapi Mahen tidak memberi jeda sedikit pun antara bunyi klakson dan teriakannya.