Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pantun, Ciri-ciri, Jenis, dan Bentuk

9 Desember 2023   19:38 Diperbarui: 9 Desember 2023   19:43 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay 

Selain yang telah dikemukakan di atas, irama pantun sama dengan irama syair, bukan saja syair kadang-kadang muncul dalam pantun. Baris syair kadang-kadang muncul dalam pantun. Sajak yang digunakan sama yaitu bersajak aa-aa (Fang1993: 209) 

Dari uraian tentang pantun di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui ciri-ciri pantun kita harus memahami bentuk-bentuk pantun terlebih dahulu. Agar lebih mudah memahami ciri-ciri pantun, berikut ini akan disajikan tabel yang membedakan antara pantun dengan syair.

Jenis-Jenis Pantun 

Berdasarkan bentuknya pantun dibedakan menjadi 1) pantun berkait, 2) talibun dan 3) pantun kilat (karmina)

Pantun Berkait

Pantun berkait dalam ilmu sastra sering disebut dengan seloka. Pantun ini termasuk dalam kesusastraan Melayu klasik. Berkaitan dengan ini, Sugiarto (2008:51) mengatakan bahwa " Pantun berkait merupakan bentuk puisi yang telah tua, yaitu sejak masuknya pengaruh sastra Hindu ke Asia Tenggara pada awal abad pertama. Dalam karya sastra melayu klasik, pantun berkait termasuk puisi jenis pepatah atau perumpamaan yang mengandung olok-olok, ejekan senda gurau, dan sindiran. "

Dilihat dari bentuknya pantun berkait, ada yang ditulis dalam empat baris tiap bait dengan memakai bentuk pantun atau syair. Namun demikian ada juga pantun berkait yang ditulis kurang dari empat baris dan bahkan ada yang lebih dari empat baris tiap bait. Selanjutnya Hasamudin(2003: 581) memberi batasan tentang pantun berkait sebagai berikut.

Rangkaian pantun yang sambung menyambung, yakni larik kedua dan keempat bait pertama muncul sebagai larik pertama dan ketiga bait berikutnya. Oleh sebab itu, pantun ini disebut sebagai pantau berantai. Perbedaan pantun berkait dengan pantun biasa adalah bahwa pantun berkait terdiri atas beberapa bait yang bersambung-sambung.

Jika diamati secara saksama pantun berkait seolah merupakan persilangan antara pantun dan syair. Sebagian besar pantun berkait terdiri atas empat larik tiap bait bentuk ini mirip dengan bentuk pantun dan syair. 

Selain itu, pantun berkait beberapa diantaranya memilki sampiran dan isi yang merupakan ciri khas pantun secara umum. Akan tetapi jika diamati sajak akhir yang berpola aa-aa yang ada dalam pantun berkait yang keempat isinya semuanya isi jelas terlihat bahwa pola ini merupakan pola syair. 

Jadi satu khas dari pantun berkait adalah bersajak aa-aa. Sejalan dengan pendapat di atas, Hidayati, ( 2007:9) menyatakan pantun berkait adalah "Ikatan pantun yang terdiri dari beberapa bait yang sambung menyambung. Larik kedua dan keempat pada tiap baitnya menjadi bait pertama dan ketiga bait berikutnuya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun