Tak sedikit orang yang menjadikan perilaku makan sebagai kegemarannya (hobby). Atau, makan adalah prioritas utama dan atau satu-satunya kebutuhan terpenting dalam hidup. Tak ayal, banyak orang rela merogoh kocek lebih dalam guna memuaskan hobby satu ini.
Terlebih saat ini, 9 bulan pandemi enggan berlalu. Selama itu pula pandemi terkesan menciptakan kebiasaan baru, tak terkecuali perilaku makan kita. Menurut survei BPS Juni 2020, terjadi kenaikan signifikan 46 % terhadap kebutuhan konsumsi makanan. Sebanyak 56 % dari responden menyatakan bahwa kebutuhan terhadap makan mengalami peningkatan selama pandemi.
Makanan ternyata bukan hanya sebagai sumber kekuatan namun juga sebagai sumber kebahagiaan. Paul Fluglestad, pakar dari University of North Florida, bersama kawan-kawannya melakukan studi apakah ada hubungan antara perilaku makan dengan kebahagiaan seseorang.
Hasilnya sungguh menawan. Penelitian yang dilakukan terhadap 2287 remaja ini menyebutkan kalau remaja yang konsisten menjaga pola makan sehat, memilih makanan sesuai kebutuhan diri, akan cenderung bahagia dibandingkan dengan remaja yang tidak konsisten atau abai terhadap perilaku makannya. Ini menandakan, seberapa besar perhatian kita pada perilaku makan, akan menentukan seberapa besar kebahagiaan kita.
Lalu, bagaimana dengan perilaku makan kita selama ini? Yuk kita cermati kembali.
Asyiknya Makan itu SemuÂ
Fatamorgana. Seperti tidak nyata. Tipu muslihat. Pernahkah merasakan kalau kita makan tapi gak asyik? Atau, sudah makan sepiring tapi kok sepertinya tidak kenyang ya? Mengapa demikian? Mungkin karena asyiknya makan kita semu. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi itu.
SEKEJAP (S)
Pernahkah mengamati sekeliling kita, ada orang yang makan dengan sangat cepat? Misalnya, makan bakso. Kita baru makan beberapa suap, dirinya sudah habis satu mangkok bakso. Sekejapnya makan ini bisa dilandasi beragam alasan.
Pertama, ingin segera melakukan aktivitas selanjutnya. Tuntutan perkerjaan yang sangat tinggi, atau batas istirahat kerja yang hanya 15 menit bisa melatarbelakanginya.
Kedua, kebiasaan makan cepat. Seseorang yang sudah terbiasa makan cepat, ia akan konsisten dalam situasi apapun. Bisa juga karena sudah dari dulunya seperti demikian maupun karena keadaan lingkungan.