Mohon tunggu...
Muh. Ibnu Choldun R.
Muh. Ibnu Choldun R. Mohon Tunggu... -

Seorang pengajar, tinggal di Bandung. Sampai SMA tinggal di Sukoharjo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Mina Dari Pandangan Subjektif Saya 2 :Lanjutan

12 Oktober 2015   19:34 Diperbarui: 13 Oktober 2015   08:27 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jama’ah dibelokkan oleh Askar di rute 223 dan juga rute 203, mungkin juga rute-rute lainnya sepanjang jalan King Fadh, tidak usah memakai logika yang ribet-ribet, juga dapat disimpulkan bahwa Askar tersebut memang diminta (ada perintah dari atasan yang lebih berwenang) untuk  mensterilkan Jalan King Fadh. [7][4]. Sebenarnya pembelokan ini masih akan wajar saja, karena asumsinya rute 204 kosong, karena jama’ah dari Afrika masih tertahan di stasiun kereta api dll, tidak menyangka para jamaah memutuskan dengan gagah berani berjalan kaki.

Jama’ah dari Kloter SUB 48 ini, walaupun sudah berdesak-desakan di rute 203 berhasil mencapai rute 204 dan kemudian belok menuju Jamarat menyusuri rute 204, makanya jamaa’ah SUB 48 ini bertemu dengan jama’ah yang berjalan melawan arus menyusuri rute 204 (prediksi saya jama’ah yang dengan gagah berani  berjalan jauh karena kereta tidak jalan, dan pagi-pagi sekali sudah sampai ke jamarat dan sudah selesai melempar, dan pulang, karena rute lainnya ditutup terpaksa melewati rute yang sama dan diizinkan). Jama’ah Sub 48 ini berjalan menyusuri rute 204 yang sudah sangat padat, dan mendekati pertemuan rute 204 dan rute 223. [4]

G. DAN TERJADILAH

3 rombongan dari JKS 61 bersama-sama  jama’ah lainnya berjalan menyusuri rute 223 dengan kecepatan yang tinggi dan kepadatan meningkat (supaya tetap stabil akibat dialihkan dari jalan lebar ke rute yang sempit) dan mendekati pertemuan dengan rute 223, di saat yang sama Jama’ah dari SUB 48  dan jama’ah lainnya berjalan menyusuri rute 204 dengan kecepatan dan kepadatan yang tinggi juga mendekati pertemuan rute 204 dengan rute 223, di lain pihak jama’ah Iran, NIgeria, Chad, dan Mesir juga pulang dari jamarat menyusuri rute 204, dan mendekati pertemuan dengan rute 223. Saya prediksi semua jama’ah yang mendekati pertemuan rute 204, dan 223 saat itu sudah hampir kehilangan nafas, karena padatnya jama’ah, berjalan dengan kecepatan tinggi, dan teriknya matahari (walaupun baru menunjukkan pukul 7.30-an). Ya Allah rasa sakit yang dirasakan jama’ah saat itu, mudah-mudahan Kau Balas dengan “kepulangan” yang tanpa hisab (Siapa yang tidak ingin menangis membayangkan apa yang dirasakan jama’ah saat itu). Dalam keadaan nafas yang sudah hampir habis mereka masih bersemangat berjalan berdesak-desakan hanya untuk memperoleh Ridlo-Mu dan bertemu dengan-Mu. Dan akhirnya, karena nafas jama’ah yang sudah hampir habis, dan ketiga arus jama’ah yang sangat padat dan berjalan cepat, bertemu di persimpangan rute 204 dan 223, rute juga sudah tidak sanggup menahan beban, situasi chaos(kacau) terjadi. Terjadilah tumbukan dari 3 arus, di mana masing-masing arus tersebut:

  1. Sangat padat dan bergerak dengan kecepatan tinggi, tentulah mempunyai energi kinetik yang sangat besar. Bayangkan tiga arus yang mempunyai energi kinetik yang besar bertumbukkan, dapat dibayangkan apa yang terjadi.
  2. Dengan hukum momentum, ketiga arus sangat padat dan bergerak cepat, ketika bertumbukkan, lentingannya dapat menjalar berapa meter, mungkin puluhan meter.
  3. Dapat dipahami mempertimbangkan besarnya energi yang bertumbukan dan efek lentingan yang ditimbulkan, menyebabkan orang yang terpengaruh energi tumbukan dan lentingan itu beberapa ribu orang.
  4. Prediksi saya jumlah jama’ah yang wafat jauh melebihi tragedi Mina 1990. Perhitungan kasar saya sudah saya tuliskan di atas. Menurut saya ini sangat luar biasa, karena kejadiannya bukan di dalam terowongan. Tragedi Mina 1990 jumlah yang wafat besar, karena terjadi di terowongan, sehingga ruang geraknya sangat terbatas, ditambah oksigen yang tidak banyak sepeti di alam terbuka.

 

H. SIAPA YANG SALAH

Kalau ditelusuri secara kronologis:

  1. Askar yang membelokkan jama’ah itu tidak hanya di satu rute, tetapi di beberapa rute. Jadi, logikanya Askar tersebut memang menerima instruksi untuk membelokkan jama’ah untuk mensterilkan jalan/rute tertentu.
  2. Mengapa jalan harus disterilkan? Mungkin si Komo mau lewat. Logikanya, jalan disterilkan karena ada orang penting mau lewat, seperti di Indonesia saja.
  3. Orang penting tersebut kalau ke jamarat naik Helikopter kok? Betul banget, memakai helikopter ke jamaratnya, tetapi masak melempar jamaratnya dari Helikopter, gak kena terus dong? Tentunya harus turun kan bersama pengawal-pengawalnya. Nah jarak tertentu dari Jamarat harus disterilkan.
  4. Tidak ada satupun bukti bahwa pada hari itu orang penting ke Jamarat? Prediksi saya, belum sempat ke Jamarat, tragedi sudah terjadi.
  5. BISA JADI MBAK ASMA NADIA TIDAK SALAH, saya tiba-tiba teringat liburan orang penting Kerajaan Arab Saudi bersama 1000 temannya berlibur di pantai Perancis, yang diprotes warga Prancis karena pantai ditutup untuk umum, dengan alasan keamanan, pada Juli 2015[11]. Demikian jugakah yang harus dilakukan ketika ada orang penting pergi ke Jamarat? Sebenarnya orang penting tersebut juga sudah bemaksud baik dan  mengantisipasi, yaitu dengan tidak berjalannya kereta api, bus, dan angkutan lain, sehingga tidak ada aliran jama’ah ke jamarat. Tetapi tidak disangka para jama’ah dengan gagah berani menjemput surga dengan berjalan kaki.
  6. Jadi siapa yang harus disalahkan? Para Jama’ah yang dengan gagah berani berjalan kaki atau orang penting yang memerintagkan ditutupnya rute. JAWABAN SAYA ADALAH, SISTEMNYA YANG SALAH YANG DISEBABKAN KARENA PENUTUPAN RUTE TERTENTU. KEJADIAN SEBENARNYA HANYA ALLAH YANG TAHU.

I. SETELAH TRAGEDI

  • 2 rombongan dari JKS 61, berikutnya dipersilahkan lurus melewati jalan King Fadh karena sesuatu telah terjadi [2].
  • Seorang karyawan kereta api yang berkebangsaan Malaysia mengatakan, bahwa yang wafat dalam tragedi Mina tidak ada yang berasal dari penumpang kereta api. Lucu benar karyawan ini, atau bercanda. Ya jelas, yang wafat kan tadi yang berjalan kaki karena keretanya tidak mau jalan.[8]

 

Sebagai penutup mudah-mudahan saya tidak dibully seperti Mbak Asma Nadia, gara-gara tulisan saya ini.

J. REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun