(Mungkin saja jamaah Iran memang melawan arus, tetapi Mbak Asma Nadia mungkin juga tidak salah)
Saya mengatakan apa yang saya tulis masih bersifat subjektif, karena saya tidak melakukan penelitian mendalam terhadap apa yang saya tulis. Saya hanya mencoba merangkai puzzle-puzzle yang berserakan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh bersumber dari berita-berita online dan sedikit koran cetak, tentunya saya menggunakan logika dan akal sehat saya. Jadi sangat mungkin apa yang saya tulis belum akurat. Berbagai rumor, gosip tetap saya sertakan selama mampu dirangkai menjadi cerita yang runut. Referensi saya tulis dalam nomor diapit kurung siku. Dua rumor/gosip yang tidak saya gunakan, karena sudah dibantah secara resmi adalah:
- “dokter” Mesir mengatakan ada sabotase gas beracun[9] [10]
Pemerintah Arab Saudi secara resmi sudah membantah gosip ini.
Komentar saya: Surat “dokter” Mesir yang ditujukan kepada Raja Arab Saudi, dalam penilaian saya lebih semacam curahan hati seorang pasien Histrionik yang sedang berkonsultasi ke Psikolog, dibanding laporan seorang dokter, atau mungkin memang ia bukan seorang dokter. Lagi pula penyintas dari Indonesia tidak mengalami gejala keracunan sama sekali.
- 28 Askar telah dipancung oleh kerajaan Arab Saudi
Gosip ini juga dibantah secara resmi oleh Kerajaan.
Komentar saya: sangat bodoh kalau memang kerajaan Arab Saudi melakukan ini, karena otomatis semua orang akan berpikir, bahwa pemancungan dilakukan untuk menutupi sebab yang sebenarnya mengapa tragedi ini bisa terjadi.
- Sumber-sumber yang saya gunakan, saya menilai cukup netral (BBC, Wall Streel Jounal, detik). Kalau BBC dan WSJ berasal dari negara yang secara politik berseberangan degan Iran, jadi kecil kemungkinan mereka condong mendukung pihak tertentu. Detik.com dll saya menilai cukup netral. Kalau arrahmah.com saya menilai agak memusuhi Iran, tetapi tetap saya gunakan, karena secara keseluruhan tidak merusak rangkaian cerita.
Saya menuliskan “ada kemungkinan memang jama’ah Iran melawan arus”, mudah-mudahan tidak dijadikan senjata untuk menyerang golongan tertentu, dengan hanya sengaja memenggal tulisan saya di bagian ini. Demikian juga ketika saya memberikan “kripik pedas (kritik pedas maksudnya), terhadap Kerajaan Arab Saudi”, mudah-mudahan juga tidak ada yang sengaja memenggal tulisan saya di bagian ini, untuk memojokkan golongan yang lain. Jadi yang membaca tulisan ini sebaiknya membaca secara utuh, dan memahaminya sebagai penjelasan dari sudut pandang sistem, seperti yang sudah saya tulis di tulisan yang pertama, bahwa tragedi Mina 2015 memang terkait erat dengan pengelolaan sistem yang masih kurang baik.
Saya bukan pendukung fanatik Republik Islam Iran. Kalau pun saya kagum dengan negara Iran, hanya karena Iran menjadikan Israel dan sekutu setianya Amerika Serikat menjadi musuh besarnya, di mana Israel adalah musuh nomor satu buat umat Islam. Saya juga bukan pembenci Kerajaan Arab Saudi, dengan berkali-kali mengkritik atas penyelenggaraan ibadah Haji yang menurut saya, belum disediakan sistem pengamanan yang andal. Sebagai penyelenggara prosesi ibadah Haji, sudah sepantasnya kita memberikan penghormatan kepada Kerajaan Arab Saudi, di lain pihak Kerajaan memang harus bertanggung jawab penuh jika ada gangguan atau musibah dalam penyelenggaraan ibadah haji ini. Kalaupun ada hal yang saya kurang suka terhadap Kerajaan Arab Saudi ini, yaitu semata-mata karena tidak mampu bersikap tegas terhadap musuh nomor satu umat Islam, Israel.
Saya juga menuliskan “kemungkinan Mbak Asma Nadia tidak salah”, juga bukan karena saya mendukung Mbak Asma Nadia. Sekali pun saya belum pernah baca novelnya. Saya hanya pernah melihat sekilas sinetron yang diangkat dari novelnya, yang dibintangi Dewi Sandra. Yang saya ingat, sebuah film yang diangkat dari novel Mbak Asma Nadia ini (“Surga yang Tak Dirindukan”) telah membuat kuota poligami aktor Fedi Nuril sudah habis ( mempunyai dua istri di film Ayat-Ayat Cinta, demikian juga di Film Surga yang Tak Dirindukan). Saya pun belum menonton film tersebut. Jadi kalau pun saya seolah-seolah membenarkan Mbak Asma Nadia, tidak lain karena saya melihat keruntutan ketika mendeskripsikan sebuah sistem.
A. RINGKASAN DARI TULISAN PERTAMA
- Menyalahkan perilaku Jama’ah dalam tragedi Mina 2015 sesuatu yang kurang elegan. Sudah menjadi korban masih saja disalahkan. Jama’ah bisa disalahkan jika memang sengaja melakukan SABOTASE atau TERORISME. Seharusnya kita memandang jama’ah adalah sebagai entitas dari sistem yang bisa dikendalikan.
- Untuk perbaikan sistem, saya lebih cenderung merekomendasikan harus ada perbaikan struktur dari sisi perangkat keras, tidak cukup hanya perbaikan struktur dari perangkat lunak(jadwal, aturan, dll) ataupun perbaikan perilaku jama’ah.
- Bahwa sebab utama dari tragedi Mina adalah karena ada kepadatan jama’ah di rute 204 yang sudah jauh di atas ambang maksimal. Investigasi seharusnya dimulai dari sini.
Saya menemukan analisis yang sangat bagus bagaimana tragedi Mina 2015 ini terjadi yang ditulis sesorang, dapat dilihat di referensi [13] atau ini linknya:
https://nafanakhun.wordpress.com/2015/09/27/analisa-tragedi-mina-2015/
B. MASUKAN DARI PEMBACA [14}
Karena saya menulis note pada tanggal 27 September 2015, dan apa yang saya tulis berdasarkan apa yang saya alami tahun 2006, saya belum membaca Majalah Detik yang terbit pada tanggal 28 September 2015. Di Majalah ini, sejak tragedi Mina 2006, di mana tragedi ini selalu berulang, disebutkan bahwa Pemerintah Arab Saudi mengundang Anders Johansson, Mahasiswa muslim yang sedang menuntaskan program doktoral di Universitas Teknologi Dresden dan dosennya pembimbingnya, Dirk Helbing, menganalisis bagaimana tragedi di Mina terus berulang. Helbing punya keahlian yang agak langka, yakni memahami dinamika kerumunan besar, seperti yang terjadi di Mekah saat musim haji. Mekah dan Mina saat musim haji, kata Helbing, merupakan masalah pejalan kaki paling rumit di dunia. Ada jutaan orang dari lebih 100 negara, dari remaja hingga lanjut usia, dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda, berjalan kaki dalam waktu hampir bersamaan menuju satu tempat.
Setelah dilakukan simulasi luaran dari penelitian ini adalah diaturnya jadwal dan rute tertentu untuk jama’ah haji yang akan melempar ke jamarat. Dilengkapi juga dengan aplikasi CrowdVision yang terpasang di pusat kendali, menurut Fiona Stern, pendiri perusahaan pembuat aplikasi tersebut, akan menganalisis rekaman video dan memberi peringatan jika konsentrasi jemaah sudah kelewat padat dan mendekati kondisi berbahaya.
Komentar saya:
Kerajaan Arab Saudi sudah melakukan terobosan yang luar biasa untuk sistem pengamanan prosesi pelemparan Jamarat. Dari tahun 2007-2014 tidak ada insiden yang berarti di Jamarat. Pertanyaannya justru mengapa di tahun 2015 ini terjadi tragedi di Jamarat yang mungkin menjadi tragedi yang terbesar sepanjang sejarah jika mengacu pada jumlah jama’ah yang wafat. Kalau saya boleh menilai, pengamanan yang disediakan sekarang ini baru level 2, saya berharap semoga tidak lama lagi ditingkatkan ke level 3. Apa yang dilakukan olah para pakar dari Universitas Teknologi Dresden, luarannya baru berupa perbaikan kinerja dari sisi pengubahan struktur yang berupa perangkat lunak (pengaturan rute dan jadwal, dan juga peringatan bahaya, tapi tidak real time di Jamarat). Seperti saya tulis di note saya yang pertama, seharusnya sistem pencegahan di Jamarat tidak hanya berhenti sampai perbaikan dari sisi struktur perangkat lunak. Kalau hanya pengaturan rute dan jadwal, pengamatan dari pusat kendali, sangat rentan jika tiba-tiba ada perilaku jama’ah yang berubah atau yang lebih penting jika ada gangguan lingkungan yang tidak diprediksi. Oleh karena itu pengembangan sistem pencegahan ini harus ditingkatkan ke level pengamanan yang ke 3, yaitu dengan perangkat keras. Jadi di setiap rute sejak di awal rute dan di jarak-jarak tertentu sampai akhir rute sudah terpasang sensor otomatis yang dapat menghitung kepadatan. Jadi misal kepadatan sudah mencapai batas ambang maksimal, otomatis ada palang yang menutup pintu. Palang ini harus ada pada jarak-jarak tertentu, untuk menghindari terjadinya proses berhenti mendadak. Dalam bayangan saya, kalau sistem pencegahan otomatis sudah berjalan, ketika para Askar memerintahkan jama’ah untuk berbelok ke rute 204, sistem secara otomatis menutup rute dengan palang tertentu dan terdapat tulisan berjalan/ suara yang menyatakan “Rute ini sedang penuh, silahkan bersabar untuk menunggu kepadatan menjadi normal”. Jadi untuk meningkatkan keamanan di jamarat ini penggunaan teknologi mendesak untuk diterapkan.
C. BAGI KERAJAAN ARAB SAUDI ANGKA MAKSIMAL ADALAH 769 [15]
- Menurut pemerintah Arab Saudi dan juga beberapa media Mesir menyebutkan jumlah yang wafat dalam tragedi Mina 2015 adalah 769. Tetapi kalau dihitung tidak pas. Salah satu sumber berita yang menyebutkan jumlah yang wafat 769, tetapi rincian per negaranya sebagai berikut: Iran, 464 orang; Mesir, 75 orang; Nigeria, 64 orang; Mali, 60 orang; Indonesia, 57 orang; Pakistan, 46 orang; India, 45 orang; Niger, 22 orang; Kamerun, 20 orang; dan Pantai Gading, 14 orang, Chad, 11 orang; Aljazair, 11 orang; Senegal, 10 orang; Maroko, 10 orang; Somalia, 8 orang; Libya, 4 orang; Tanzania, 4 orang; Kenya, 3 orang; Tunisia, 2 orang; Burkina Faso, 1 orang, Burundi, 1 orang; dan Belanda, 1 orang. Kalau ditotal dari rincian setiap negara tersebut jumlah yang wafat adalah: 932, di mana jumlah jama’ah dari Indonesia masih 57.
- Ketika jumlah jama;ah yang wafat dari Mesir bertambah dari 75 orang menjadi 124, jumlah total yang wafat tetap 769.
- Ketika jumlah jama’ah Nigeria yang wafat bertambah menjadi 74 (sebelumnya 64) dan dinyatakan 244 hilang, jumlah total tetap 769.
Tentunya menjadi pertanyaan besar bagi saya dan mungkin juga para pembaca, mengapa jumlah yang wafat dari hari ke hari tetap 769, padahal jumlahnya seharusnya terus bertambah. Kalau alasan dari Kerajaan bahwa kemungkinan tidak semuanya berasal dari tragedi Mina, kurang masuk akal. Kalau bukan karena tragedi Mina, biasanya bisa ditelusuri wafatnya di mana, dan biasanya sudah terdata. Contohnya yang dari Indonesia, yang dilaporkan hilang, akhirnya memang mayoritas adalah yang wafat di tragedi Mina, walaupun ada juga akhirnya setelah beberapa hari hilang, kembali ke pemondokanya, tapi sangat kecil jumlahnya. ADA APA SEBENARNYA, APA KHAWATIR KALAU JUMLAHNYA TERLIHAT SANGAT BESAR?
D. BERAPA JUMLAH KORBAN TRAGEDI MINA 2015? MELEBIHI MINA 1990?
Kalau dihitung secara benar, ketika jumlah jamaah Indonesia yang wafat pada tragedi Mina adalah 57, jumlah total yang wafat adalah 932. Prediksi saya, dengan mengambil proporsi yang setara, ketika jama’ah Indonesia yang wafat 57, jumlah total 932, saat ini jumlah jama’ah Indonesia yang wafat dalam tragedi Mina adalah 123, maka jumlah total yang wafat adalah (123/57)*932 = 2012, jauh di atas jumlah yang wafat pada tragedi Mina 1990. Apalagi kalau ditambah jumlah jama’ah yang masih hilang atau belum teridentifikasi, mungkin masih bisa lebih besar. SESUATU YANG SANGAT SERIUS TELAH TERJADI, PADAHAL SUDAH DIBANTU PENERAPAN TEKNOLOGI DARI JERMAN. Saya tidak tahu alasannya mengapa Arab Saudi dan Mesir kompak mengatakan jumlah total yang wafat selalu 769. Padahal prediksi saya, jumlah jama’ah yang wafat cukup besar selain Iran adalah Mesir. Terhadap negera Mesir ini, negeri para Nabi, saya cukup prihatin, ketika mempunyai Presiden yang Hafidz dan bersikap tegas terhadap Israel, sekarang malah mendapatkan hukuman mati. Jadilah sekarang Mesir tidak mampu bersikap tegas terhadap Israel.
E. BAGAIMANA KRONOLOGINYA MENGAPA PREDIKSI JUMLAH YANG WAFAT SANGAT BESAR?
Tanggal 23 September 2015 (9 Dzulhijah) [12]
Pintu kereta api yang mengangkut jama’ah dari Mekah ke Arafat (untuk melaksanakan ibadah wukuf) tak berfungsi, sehingga banyak jama’ah mengalami sesak nafas
Tanggal 24 September 2015 dini hari (10 Dzulhijah) [7]
Tanggal 24 September 2015 dinihari perjalanan kereta api dari Mekah/Arafat/Muzdalifah ke Mina banyak ditunda, dan ketika berjalanpun banyak berhenti tanpa alasan yang jelas, karena ada orang penting (menyebutnya raja Arab) akan naik Haji.
Komentar saya: perjalanan kereta api banyak ditunda sering berhenti mungkin disebabkan:
- Ada hubungannya dengan kerusakan pintu kereta api sehari sebelumnya
- Ada orang penting akan berhaji, jadi biar di jamarat tidak terjadi penumpukan jama’ah, karena beberapa rute akan ditutup, maka sengaja kereta api tidak dijalankan, sehingga harapannya jama’ah belum sampai di jamarat. Sebenarnya sudah ada maksud baik dengan penundaan kereta api ini.
Para Jama’ah yang Gagah Berani (Tanggal 24 September 2015 dini hari sampai pagi) [5]
Karena frustasi menunggu kereta api yang tidak kunjung jalan lebih dari dua jam, akhirnya dini hari juga para jama’ah dengan gagah berani pantang menyerah memutuskan untuk berjalan kaki dari Arafat/Muzdalifah sampai Mina (Arafat-Mina kira-kira 14 km, Muzdalifah-Mina kira-kira 9 km, Mekah-Mina 7 km). Dapat dibayangkan, para jama’ah yang sudah menumpuk selama lebih dua jam di stasiun kereta api dari berbagai stasiun, akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki menuju Jamarat. Yang berjalan kaki cukup jauh ini mungkin para jama’ah Afrika dan beberapa negera Asia. Kalau Jama’ah Indonesia memang pemondokannya dekat dengan Jamarat, hanya perlu melewati terowongan Mu’asim. Dapat dipahami ibadah haji dapat dianalogikan seperti perjalanan ke medan perang, jadi para jama’ah tetap jalan terus walaupun harus jalan kaki.
Tanggal 24 September 2015, beberapa saat sebelum tragedi
Para jama’ah yang sudah dengan gagah berani berjalan dari berbagai tempat ke Jamarat(karena kereta tidak jalan), tentu fisiknya menjadi lebih lemah, untuk menuju jamarat berjalan menyusuri rute 204 (rute buat jama’ah dari Afrika dll). Dapat dibayangkan rute ini sangat padat dengan jama’ah, karena sejak di stasiun sudah terjadi penumpukan lebih dari dua jam, akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki bersama-sama. Ketika menyusuri rute 204 ini, saat itu perkiraan saya antara pukul 5 - 7 pagi waktu setempat. Beberapa di antara mereka mungkin sambil menenteng tas-tas semenjak dari stasiun, karena tanggung kalau harus ke perkemahan terlebih dahulu (kalau misal naik kereta api dengan waktu tempuh yang sebentar, saya yakin mereka pasti beristirahat dulu di tenda perkemahan). Tetapi apa mau dikata kereta tertunda berjam-jam akhirnya berjalan kaki. Jama’ah yang telah selesai melempar jumrah, pulang dengan melalui rute yang sama (204), karena rute lainnya ditutup. [4] [6]
Beberapa kloter Jama’ah Indonesia (di antaranya kloter JKS 61 dan SUB 48), mungkin bersama-sama Jama’ah Asia lainnya (Pakistan, India, dll) berjalan menyusuri jalan King Fadh yang lebarnya hampir 2 atau 3 kali dari rute 204. [2]
Menjelang terjadinya Tragedi
Perhatikan pada gambar rute :
Keterangan Gambar:
- Street(rute) 203 saya gambar putus-putus, karena di google map tidak tergambar, tetapi disebut oleh jama’ah SUB 48, mungkin berupa jalan yang dibawah.
- Lebar jalan King Fadh sekitar 2 atau 3 kali dari lebar rute-rute yang lainnya (street)
- Yang dilengkari pink adalah tempat kejadian tragedi
- panah hijau, rute yang ditempuh oleh jama’ah JKS 61
- Panah jingga, rute yang ditempuh oleh jama’ah SUB 48
- Jama’ah Afrika dll yang dengan gagah berani berjalan kaki dari Mekah/Arafat/Muzdalifah berjalan menyusuri 204
- Jama’ah beberapa negara Asia berjalan menyusuri jalan King Fadh
F. BAGAIMANA KRONOLOGIS MENJELANG TRAGEDI
Seperti saya ceritakan di atas, jama’ah yang sudah melempar jumrah, pulang melalui rute yang sama yaitu 204 karena rute yang lain ditutup (jadi bisa dikatakan seolah-olah diperintahkan untuk melawan arus, dan diizinkan). Jama’ah yang pulang ini terdiri dari jama’ah Iran, , Kamerun, Ghana, Nigeria, dll (CATAT: TIDAK HANYA IRAN) [7][3][1]. Jadi di rute 204 ini terdapat arus jama’ah yang menuju jamarat ada juga yang pulang. Walaupun sudah sangat padat, tetapi masih belum terjadi apa-apa, masih aman-aman saja, mungkin kepadatan belum melewati ambang batas maksimal. Saya dapat mengatakan jama’ah yang sejak awal melewati rute 204 ini dalam kondisi lemah karena perjalanan panjang dan belum sempat sarapan.
Ketika di rute 204 terdapat dua arus yang berlawanan, dan masih aman-aman saja, di jalan King Fadh yang lebar, mengalir arus jama’ah dari Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya. Yang melewati jalan King Fadh ini prediksi saya, saat itu belum ada yang pulang, karena jama’ah yang melewati rute ini kemungkinan berangkat dari tenda-tenda jadi tidak terlalu pagi, bahkan sempat sarapan terlebih dahulu. Prediksi saya jama’ah kloter JKS 61 berangkat terlebih dahulu dibanding kloter SUB 48. Di depan jama’ah kloter JKS 61, mungkin beriringan para jama’ah dari negara-negara Asia lainnya. Para Jama’ah Asia dan JKS 61 ini berjalan menyusuri jalan King Fadh sampai mendekati rute 223, beberapa jama’ah Asia disuruh belok ke rute 223 menuju 204. Dapat dimengerti jama’ah yang berasal dari jalan King Fadh yang lebar tiba-tiba harus masuk ke rute 223 yang sempit, supaya arus tetap seimbang otomatis jama’ah harus berjalan lebih cepat atau kepadatan bertambah atau juga secara bersamaan kepadatan meningkat dan kecepatan bertambah. Jadi rute 223 ini tiba-tiba menjadi sangat padat. Tibalah 2 rombongan pertama dari kloter JKS 61 ke rute 223, mereka diminta belok oleh Askar, tetapi bandel tetap lurus, karena melihat rute 223 sudah sangat padat, apalagi 2 rombongan ini terdiri dari orang tua dan beberapa memakai kursi roda. 3 rombongan JKS 61 berikutnya sampailah rute 223 dan dibelokkan menuju menuju 204. Ya Allah, saya dapat membayangkan 3 rombongan jama’ah ini pasti sudah tidak bisa bernafas dengan normal karena jama’ah sangat padat dan cuaca panas (saya naik angkot saja di siang hari di Bandung, sudah serasa ingin pingsan karena panasnya).[2][3]
Di saat yang sama jama’ah dari SUB 48 yang berjalan menyusuri jalan King Fadh, dibelokkan ke rute 203 menuju rute 204, di mana di rute 203 ini terjadi pertemuan 3 arus. Dapat dibayangkan pula betapa padatnya rute 203 ini. [3]
Jama’ah dibelokkan oleh Askar di rute 223 dan juga rute 203, mungkin juga rute-rute lainnya sepanjang jalan King Fadh, tidak usah memakai logika yang ribet-ribet, juga dapat disimpulkan bahwa Askar tersebut memang diminta (ada perintah dari atasan yang lebih berwenang) untuk mensterilkan Jalan King Fadh. [7][4]. Sebenarnya pembelokan ini masih akan wajar saja, karena asumsinya rute 204 kosong, karena jama’ah dari Afrika masih tertahan di stasiun kereta api dll, tidak menyangka para jamaah memutuskan dengan gagah berani berjalan kaki.
Jama’ah dari Kloter SUB 48 ini, walaupun sudah berdesak-desakan di rute 203 berhasil mencapai rute 204 dan kemudian belok menuju Jamarat menyusuri rute 204, makanya jamaa’ah SUB 48 ini bertemu dengan jama’ah yang berjalan melawan arus menyusuri rute 204 (prediksi saya jama’ah yang dengan gagah berani berjalan jauh karena kereta tidak jalan, dan pagi-pagi sekali sudah sampai ke jamarat dan sudah selesai melempar, dan pulang, karena rute lainnya ditutup terpaksa melewati rute yang sama dan diizinkan). Jama’ah Sub 48 ini berjalan menyusuri rute 204 yang sudah sangat padat, dan mendekati pertemuan rute 204 dan rute 223. [4]
G. DAN TERJADILAH
3 rombongan dari JKS 61 bersama-sama jama’ah lainnya berjalan menyusuri rute 223 dengan kecepatan yang tinggi dan kepadatan meningkat (supaya tetap stabil akibat dialihkan dari jalan lebar ke rute yang sempit) dan mendekati pertemuan dengan rute 223, di saat yang sama Jama’ah dari SUB 48 dan jama’ah lainnya berjalan menyusuri rute 204 dengan kecepatan dan kepadatan yang tinggi juga mendekati pertemuan rute 204 dengan rute 223, di lain pihak jama’ah Iran, NIgeria, Chad, dan Mesir juga pulang dari jamarat menyusuri rute 204, dan mendekati pertemuan dengan rute 223. Saya prediksi semua jama’ah yang mendekati pertemuan rute 204, dan 223 saat itu sudah hampir kehilangan nafas, karena padatnya jama’ah, berjalan dengan kecepatan tinggi, dan teriknya matahari (walaupun baru menunjukkan pukul 7.30-an). Ya Allah rasa sakit yang dirasakan jama’ah saat itu, mudah-mudahan Kau Balas dengan “kepulangan” yang tanpa hisab (Siapa yang tidak ingin menangis membayangkan apa yang dirasakan jama’ah saat itu). Dalam keadaan nafas yang sudah hampir habis mereka masih bersemangat berjalan berdesak-desakan hanya untuk memperoleh Ridlo-Mu dan bertemu dengan-Mu. Dan akhirnya, karena nafas jama’ah yang sudah hampir habis, dan ketiga arus jama’ah yang sangat padat dan berjalan cepat, bertemu di persimpangan rute 204 dan 223, rute juga sudah tidak sanggup menahan beban, situasi chaos(kacau) terjadi. Terjadilah tumbukan dari 3 arus, di mana masing-masing arus tersebut:
- Sangat padat dan bergerak dengan kecepatan tinggi, tentulah mempunyai energi kinetik yang sangat besar. Bayangkan tiga arus yang mempunyai energi kinetik yang besar bertumbukkan, dapat dibayangkan apa yang terjadi.
- Dengan hukum momentum, ketiga arus sangat padat dan bergerak cepat, ketika bertumbukkan, lentingannya dapat menjalar berapa meter, mungkin puluhan meter.
- Dapat dipahami mempertimbangkan besarnya energi yang bertumbukan dan efek lentingan yang ditimbulkan, menyebabkan orang yang terpengaruh energi tumbukan dan lentingan itu beberapa ribu orang.
- Prediksi saya jumlah jama’ah yang wafat jauh melebihi tragedi Mina 1990. Perhitungan kasar saya sudah saya tuliskan di atas. Menurut saya ini sangat luar biasa, karena kejadiannya bukan di dalam terowongan. Tragedi Mina 1990 jumlah yang wafat besar, karena terjadi di terowongan, sehingga ruang geraknya sangat terbatas, ditambah oksigen yang tidak banyak sepeti di alam terbuka.
H. SIAPA YANG SALAH
Kalau ditelusuri secara kronologis:
- Askar yang membelokkan jama’ah itu tidak hanya di satu rute, tetapi di beberapa rute. Jadi, logikanya Askar tersebut memang menerima instruksi untuk membelokkan jama’ah untuk mensterilkan jalan/rute tertentu.
- Mengapa jalan harus disterilkan? Mungkin si Komo mau lewat. Logikanya, jalan disterilkan karena ada orang penting mau lewat, seperti di Indonesia saja.
- Orang penting tersebut kalau ke jamarat naik Helikopter kok? Betul banget, memakai helikopter ke jamaratnya, tetapi masak melempar jamaratnya dari Helikopter, gak kena terus dong? Tentunya harus turun kan bersama pengawal-pengawalnya. Nah jarak tertentu dari Jamarat harus disterilkan.
- Tidak ada satupun bukti bahwa pada hari itu orang penting ke Jamarat? Prediksi saya, belum sempat ke Jamarat, tragedi sudah terjadi.
- BISA JADI MBAK ASMA NADIA TIDAK SALAH, saya tiba-tiba teringat liburan orang penting Kerajaan Arab Saudi bersama 1000 temannya berlibur di pantai Perancis, yang diprotes warga Prancis karena pantai ditutup untuk umum, dengan alasan keamanan, pada Juli 2015[11]. Demikian jugakah yang harus dilakukan ketika ada orang penting pergi ke Jamarat? Sebenarnya orang penting tersebut juga sudah bemaksud baik dan mengantisipasi, yaitu dengan tidak berjalannya kereta api, bus, dan angkutan lain, sehingga tidak ada aliran jama’ah ke jamarat. Tetapi tidak disangka para jama’ah dengan gagah berani menjemput surga dengan berjalan kaki.
- Jadi siapa yang harus disalahkan? Para Jama’ah yang dengan gagah berani berjalan kaki atau orang penting yang memerintagkan ditutupnya rute. JAWABAN SAYA ADALAH, SISTEMNYA YANG SALAH YANG DISEBABKAN KARENA PENUTUPAN RUTE TERTENTU. KEJADIAN SEBENARNYA HANYA ALLAH YANG TAHU.
I. SETELAH TRAGEDI
- 2 rombongan dari JKS 61, berikutnya dipersilahkan lurus melewati jalan King Fadh karena sesuatu telah terjadi [2].
- Seorang karyawan kereta api yang berkebangsaan Malaysia mengatakan, bahwa yang wafat dalam tragedi Mina tidak ada yang berasal dari penumpang kereta api. Lucu benar karyawan ini, atau bercanda. Ya jelas, yang wafat kan tadi yang berjalan kaki karena keretanya tidak mau jalan.[8]
Sebagai penutup mudah-mudahan saya tidak dibully seperti Mbak Asma Nadia, gara-gara tulisan saya ini.
J. REFERENSI
1 Jama’ah Iran melawan arus
2 Jama’ah haji dibelokkan ke rute 204 yang sudah padat, melalui rute 223 (Kloter JKS 61)
https://news.detik.com/berita/3028550/saksi-mata-askar-belokkan-jemaah-haji-indonesia-ke-204
3 Jama’ah haji dibelokkan ke rute 204 yang sudah padat, melalui rute 203 (Kloter SUB 48)
Harian cetak Pikiran Rakyat, 5 Oktober 2015 halaman 1
4 Polisi memblokir seluruh jalan dan hanya membiarkan satu rute terbuka bagi jemaah. Situasi semakin memburuk ketika polisi mengizinkan orang-orang yang kembali dari Jamarat menggunakan rute sama dengan jemaah yang bergerak menuju Jamarat.
5 Perjalanan kereta yang tertunda karena kacau, bis dan mobil juga tidak jalan sehingga banyak yang memilih berjalan kaki dari Arafat ke Mina (Saksi mata dari Mesir)
Wall Street Journal (media Amerika Serikat) :http://www.wsj.com/articles/iran-attacks-saudis-over-hajj-disaster-1443183376
6 Insiden terjadi di dekat pintu keluar stasiun kereta api dekat tenda-tenda
Media Rusia: http://www.rt.com/news/316363-saudi-stampede-haj-mecca/
7 Perjalanan kereta api banyak ditunda, dan ketika berjalanpun banyak berhenti tanpa alasan yang jelas, karena ada orang penting (menyebutnya raja Arab) akan naik Haji. Polisi menutup pintu pintu masuk dan keluar dari kamp-kamp jama’ah , dan hanya menyisakan satu pintu. Jama’ah Iran, Kamerun, Ghana dan Nigeria setelah melempar jamarat, pulang lewat rute yang sama (melawan arus).
Media Inggris: http://www.bbc.com/news/world-middle-east-34351652
8 Petugas berkebangsaan malaysia yang bekerja di kereta api metro mengatakan, korban bukan berasal dari orang-orang yang naik kereta api.
Media Malaysia: http://www.sinarharian.com.my/semasa/prasarana-nafi-ada-kaitan-rempuhan-1.434116
9 Sabotase dengan menebar gas beracun
10 Bantahan isu gas beracun. Kementerian Kesehatan Arab Saudi menolak tudingan bahwa tragedi Mina pada hari pertama Idul Adha, Kamis, 24 September 2015, disebabkan oleh gas beracun.
11 Libur Mewah Raja Saudi dan 1.000 Temannya di Prancis Picu Kemarahan, karena pantai ditutup untuk umum
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/07/150720_majalah_raja_saudi
12 Pintu Kereta Tak Berfungsi, 204 Jemaah Haji Terjebak dan Sesak Napas: Dari Mekah ke Arafat
13 ANALISA TRAGEDI MINA 2015. Dua isu yang berseliweran di media sosial mengenai penyebab tragedi Mina 2015, yaitu: Jamaah Iran yang selalu bergerak melawan arus tiap tahun dan konvoi pangeran Mohammad bin Salman Al Saud yang menyebabkan ditutupnya Jalan King Fahd, sebenarnya tidak bertolak belakang
https://nafanakhun.wordpress.com/2015/09/27/analisa-tragedi-mina-2015/
14 Tragedi Mina Salah Siapa: Majalah Detik
http://majalah.detik.com/read/2015/09/26/165311/3028757/1314/tragedi-mina-salah-siapa#2
15 Jumlah maksimal yang wafat 769
http://www.antaranews.com/berita/521348/korban-meninggal-tragedi-mina-dari-mesir-juga-bertambah
http://elshinta.com/news/28404/2015/10/06/74-jemaah-haji-nigeria-tewas-dalam-insiden-di-mina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H